Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Prinsip Menjaga NKRI

17 Agustus 2020   12:12 Diperbarui: 17 Agustus 2020   12:24 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fa bi`ayyi l`i rabbikum tukaibn, lantunan salah satu ayat dari surat Ar-Rahman meluncur merdu dari Imam solat Maghrib di Masjid komplek dua hari yang lalu. 

Ayat yang terjemahannya kurang lebih "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" begitu menghujam di hati, ditambah bacaan yang sangat indah dari imam yang seorang hafidz. 

Tak terasa mata berkaca-kaca mengingat betapa besar nikmat yang telah Allah subhana wa ta'ala berikan, namun masih saja tiap kali kita masih kurang bersyukur dan terkadang menghujat-Nya.

Tidak mendustakan nikmat Tuhan, itu berarti dalam segala kondisi rasa syukur manusia haruslah lebih dikedepankan daripada sikap-sikap lainnya. Tidak ada yang kemudian terjadi di dunia ini tanpa diatur oleh Tuhan semesta alam. Tidak usah dihitung-hitung berapa banyak nikmat Tuhan yang kita peroleh, karena sampai air lautan kering pun belum tentu cukup untuk menuliskannya.

Kalau kita ingat bahwa peringatan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus tahun 2020 ini merupakan peringatan hari ulang tahun  kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 75, maka tentu ini adalah berkah yang luar biasa dari  sang Pencipta. 

Kemerdekaan yang diperoleh dengan cucuran darah dan air mata melalui perjuangan seluruh rakyat, merupakan nikmat yang harus terus dipertahankan guna menjadikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi segenap rakyat Indonesia.

Ada dua cara agar kemerdekaan Indonesia tetap terjaga dan memberi kemanfaatan luas bagi segenap rakyatnya yaitu pertama memahami bahwa kemerdekaan adalah nikmat yang harus disyukuri, dan kedua adalah memegang prinsip bhinneka tunggal Ika. 

Dua prinsip tersebut haruslah dipegang jikalau kita ingin melihat Indonesia tetap berdiri sebagai negara kesatuan yang menaungi berbagai macam etnis suku bangsa dan agama.

Pertama, kemerdekaan adalah nikmat yang wajib disyukuri. Pada saat rakyat Indonesia menyadari bahwa kemerdekaan tidak ujug-ujug datang dari langit, melainkan melalui proses panjang, perjuangan fisik, perang, diplomasi yang melibatkan para pejuang, rakyat, ulama, pemuka agama, maka akan terbayang betapa berharganya nilai kemerdekaan tersebut. 

Nilai perjuangan yang tidak ternilai tersebut menjadi pertanda jika kemerdekaan adalah nikmat Tuhan yang tidak ternilai.

Hidup merdeka di negara secantik Indonesia, yang tanahnya subur, kekayaan alamnya melimpah, lautnya sangat luas, serta sinar matahari yang terus memancar sepanjang tahun. 

Banyak orang dari negara lain seperti Eropa, Amerika yang iri dengan Indonesia dan bermimpi untuk dapat hidup di Indonesia. Tentu lahirnya negara Indonesia adalah berkah yang harus disyukuri oleh segenap rakyatnya.

Ketika kita bisa mensyukuri nikmat sebagai negara Indonesia, insya Allah yang akan muncul di benak rakyat adalah bagaimana berbuat baik dan nyata guna membuat Indonesia semakin maju. 

Tiada rasa syukur tanpa sebuah aksi nyata untuk kemajuan negara, kira-kira begitu filosofinya. Saat rasa syukur atas nikmat kemerdekaan muncul, seburuk apapun kondisinya negara ini, tak akan pernah keluar kata hujatan kita atasnya. Karena kemerdekaan adalah nikmat Tuhan, maka akankah kita mendustakannya?

Kedua, memegang prinsip bhinneka tunggal Ika. Dalam Al Qur'an Allah berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Qs. al-Hujurat: 13)

Sesungguhnya manusia sudah ditakdirkan Allah untuk menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Ini adalah ketetapan Allah yang tidak bisa dirubah dan harus diterima dengan ikhlas oleh manusia. Tak terkecuali Negara Indonesia yang terbentuk dari bermacam-macam suku.

Keanekaragaman suku, agama, bahasa, dan budaya rakyat Indonesia semestinya bukan untuk dipertentangkan, namun justru menjadi modal dasar kemajuan bangsa. 

Janganlah memunculkan narasi-narasi yang memunculkan kebencian bernuansa SARA, karena Indonesia adalah rumah bersama bukan rumah segelintir golongan. Keanekaragaman ini harus tetap terjaga dalam bingkai bhinneka tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Prinsip bhinneka tunggal Ika harus dipegang teguh oleh semua rakyat Indonesia. Tidak boleh faktor SARA membuat kita terpecah belah. Pada dasarnya Allah sudah mentakdirkan manusia itu hidup berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, bukan satu bangsa dan suku. Allah memberi nikmat keberagaman kepada rakyat Indonesia, bukan sebuah hukuman apalagi kutukan.
Dirgahayu NKRI ke 75

MRR, JKT-17/08/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun