Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dua Seteru, Anies dan Ahok Mungkinkah Bersatu di 2024?

19 November 2019   09:58 Diperbarui: 19 November 2019   10:59 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: megapolitan.kompas.com

Ada dua sosok yang terus menjadi trending topik selama berbulan-bulan sejak Oktober 2017 yaitu sesaat setelah pelantikan Gubernur DKI Jakarta masa bakti 2017-2022. Akhir-akhir ini kedua sosok ini menjadi bahan pembicaraan di jagat dunia maya dan bahkan seluruh Indonesia. Yang satu akibat munculnya anggaran jumbo lem Aibon sementara satunya perihal rumor penunjukannya sebagai bos BUMN.

Anies Baswedan dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) adalah dua sosok yang terus menjadi media daring beberapa tahun belakangan ini. Keduanya dipertemukan dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 dimana saat itu Ahok menjadi Petahana sementara Anies berpasangan dengan Sandiaga Uno menjadi penantangnya. Pada Putaran kedua Anies-Sandi mengalahkan Ahok-Djarot dengan prosentase perolehan suara 57,96% berbanding 42,04%.

Kemenangan Anies atas Ahok dalam Pilkada DKI masih menyisakan luka dan "penentangan" dari pendukung Ahok. Anies dianggap menggunakan politik identitas, sentimen agama untuk memenangkan Pilkada tersebut. Ahok kemudian kalah, tersandung kasus penistaan agama dan harus mendekam di penjara sementara Anies giliran memerintah DKI Jakarta sebagai gubernur menggantikan Ahok.

Selama Anies menjabat menjadi gubernur, ada saja kritik yang mengarah padanya, dari masalah trotoar, pelebaran jalan, instalasi bambu, anggaran dan lain sebagainya. Pengkritiknya tidak saja bermunculan di dunia maya atau sosmed namun juga secara terang-terangan di dunia nyata, berasal dari para akun anonim, orang biasa, anggota partai, bahkan publik figur. Anies seolah-olah menjadi Gubernur Indonesia, sehingga para pengkritiknya tidak hanya berasal dari warga DKI saja namun seluruh Indonesia Raya.

Sehingga ada ungkapan dari Netizen bahwa gubernur daerah lain seperti Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Khofifah dan lainnya seharusnya berterimakasih ke Anies karena mata warganya lebih tertuju pada Gubernur DKI Jakarta sehingga mereka bisa tenang memimpin dan terhindar dari kritik-kritik pedas.

Berbeda dengan Anies yang menjalani peran sebagai gubernur DKI, Ahok begitu bebas dari tahanan lebih banyak diekspos media dalam sisi kehidupan pribadinya. Mulai dari Ahok berlibur kemana, menikah dengan siapa, hingga menu makanan favoritnya selalu menjadi sorotan. Media memanfaatkan ketokohan Ahok yang punya banyak pendukung dan simpatisan untuk membuat berita seputar dirinya.

Pertemuan Ahok dengan menteri BUMN Erick Thohir pada tanggal 13 November 2019 yang kemudian disusul informasi jika Ahok diplot menjadi Bos salah satu BUMN seolah menjadi jalan kembalinya Ahok dalam kancah panggung nasional. Kabar penugasan Ahok sebagai bos BUMN segera memantik pro dan kontra berkepanjangan dan demikian hangat di media massa maupun dunia maya termasuk sosmed. Ada banyak yang mendukung jika Ahok masuk menjadi Bos BUMN, namun lebih banyak pula yang menolaknya termasuk dari Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu dimana Ahok digosipkan akan berlabuh.

Anies dan Ahok, keduanya begitu dahsyat bagi Indonesia sehingga setiap gerak langkahnya dipantau oleh media. Meskipun masih ada luka yang belum kering sebagai akibat Pilkada DKI Jakarta 2017 di antara para pendukungnya, sesungguhnya keduanya punya banyak persamaan dan perbedaan yang bisa saling melengkapi.

Anies dan Ahok sama-sama pernah menjadi gubernur DKI Jakarta. Keduanya juga berasal dari kaum minoritas yng seringkali dianggap bukan penduduk pribumi asli, Anies keturunan Arab sementara Ahok Tionghoa, hanya Anies Muslim Ahok Kristen. Sebelum terjun menjadi birokrat, Anies dan Ahok berasal dari dunia profesional, Anies profesional di bidang pendidikan dan Ahok adalah pengusaha.

Keduanya berbeda dalam masalah gaya kepemimpinan. Anies meskipun keturunan Arab lebih bergaya seperti orang Jawa, halus tutur katanya, pandai menata kalimat dan terlihat santun. Berbeda dengan Ahok yang cenderung keras, berbicara terus terang, terkadang meluapkan emosi dengan marah dan umpatan. Anies bisa memainkan peran sebagai birokrat yang melihat proses secara keseluruhan, mengayomi, dan memberikan ketenangan. Sementara Ahok berani menggebrak, kadang keluar aturan, menginginkan segala sesuatu transparan dan proses yang cepat, layaknya pengusaha.

Kalau dilihat, perpaduan Anies dan Ahok adalah perpaduan yang sangat pas dan saling melengkapi seperti layaknya dulu pasangan SBY-JK. Jadi tidak ada salahnya jika Anies dipasangkan dengan Ahok dalam Pilpres 2024, sebuah kondisi yang cukup ideal demi bangsa dan negara serta mempererat kohesivitas antara anak bangsa. Kita bisa belajar dari kisah bergabungnya Prabowo Subianto ke dalam pemerintahan Jokowi yang diikuti menguatnya persatuan bangsa ditandai dengan hilangnya istilah cebong dan kampret. Jadi kalau sekedar Ahok jadi bos BUMN itu sih baru isu kecil, padahal ada visi kedepan di mana Anies dan Ahok menjadi pasangan Capres-Cawapres 2024 yang lebih menarik untuk direalisasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun