Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Jangan Buat Sajadahmu Menghalangi Bahuku

31 Mei 2018   09:09 Diperbarui: 1 Juni 2018   13:18 3161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Bulan Ramadhan selalu identik dengan puasa dan Shalat Tarawih. Jamaah shalat fardhu di masjid menjadi melonjak sepanjang bulan suci ini. Indikator yang paling mudah adalah menengok jumlah shaf shalat Subuh dan Isya. Shalat Subuh yang di hari-hari biasa hanya 3 shaf bisa melonjak dua kali lipat saat ramadhan tiba, begitu pula dengan shalat Isya. Ramadhan telah meningkatkan semangat umat muslim untuk bersama-sama menggapai pahala sebanyak-banyaknya.

Berbicara mengenai sholat jamaah di masjid, kali ini saya ingin menyoroti perihal penggunaan sajadah. Sajadah biasanya berupa kain berbentuk persegi yang dibentangkan sebagai alas untuk shalat. Kadang sajadah diduduki sendiri, kadang juga berbagi dengan jamaah sebelahnya yang tidak membawanya dengan dibentangkan melebar sehingga biasanya dua orang jamaah hanya menggunakan untuk sujud bukan sebagai alas ketika tahyat.

Bagi masjid yang sudah ada karpet sebagai lantai, biasanya soal sajadah tidak menjadi masalah karena orang akan membentangkan sajadah dengan separo terlipat hanya untuk sujud. Namun untuk masjid yang hanya berlantai keramik atau marmer tanpa dilapisi karpet kadang masalah muncul. 

Saat 5 sampai 10 menit selepas adzan dikumandangkan, biasanya orang melakukan shalat sunah. Pada kondisi ini jamaah shalat sudah mulai membentangkan sajadahnya, baik memanjang maupun melebar. 

Saat selesai melaksanakan shalat sunah, jamah tersebut melanjutkan wirid dengan duduk di atas sajadahnya (jika dibentangkan memanjang) dan menduduki sebagian kecil sajadah ketika dibentangkan melebar. Mereka duduk di atas sajadah masing-masing hingga saatnya ikamah dikumandangkan, pertanda shalat fardhu akan segera dimulai.

Saat ikamah dikumandangkan, para jamaah bergegas berdiri untuk membentuk shaf yang lurus lagi rapat. Teorinya sesuai hadits nabi meluruskan shaf dengan cara menempelkan bahu dengan bahu dan kaki dengan kaki. Ketika shaf di depan masih ada yang kosong, maka jamaah yang berada di belakangnya maju untuk mengisi, begitu seterusnya sampai shaf sholat yang paling belakang.

Sering saya alami ketika shaf di depan kosong atau longgar, jamaah yang berada di shaf tersebut sudah memberikan kode agar jamaah yang berada di shaf belakangnya maju dan mengisi bagian yang kosong tersebut namun jamaah yang dikode tidak segera maju mengisinya. Jamaah yang tepat berada di belakang shaft yang kosong (2-3 orang) kadang hanya saling berpandangan mempersilahkan satu sama lain untuk maju tanpa sepatah katapun yang terlontar. 

Akhirnya bukan jamaah yang tepat berada di belakang slot kosong yang bergerak maju mengisinya namun justru jamaah yang berada agak jauh dari slot yang kosong tersebut. Kerap kali saya melihat kondisi tersebut, dan pengamatan saya menunjukkan bahwa jamaah yang malas untuk maju mengisi slot yang kosong adalah jamaah yang sudah terlanjur membentangkan sajadah. Barangkali mereka malas untuk berpindah karena harus memindahkan sajadah yang sudah terlanjur dibentangkan atau meninggalkannya begitu saja.

Bayangkan kondisi di atas terjadi saat sholat Jumat dimana biasanya jamaah membludak sampai keluar masjid. Saat ada slot yang kosong ketika ikamah telah selesai dilantunkan oleh Muazin dan jamaah yang tepat di belakangnya tidak buru-buru maju mengisi sementara imam sudah memulai sholat dengan melantunkan takbir, maka dipastikan akan ada slot dalam shaf yang kosong. Ketika imam sudah takbir maka para jamaah secara natural akan sesegera mungkin mengikuti imam. 

Hal ini menyebabkan saat sudah dalam posisi shalat dan melihat ada slot kosong di shaf depannya, jamaah tersebut tidak mau bergerak maju mengisinya dan menyebabkan satu shaft yang tidak sempurna. 

Hal lain terkait penggunaan sajadah adalah kebiasaan orang ingin tetap berada di tengah-tengah sajadah ketika dibentangkan memanjang, dan ketika dibentangkan melebar ingin sujudnya mengenai sajadah tersebut  bukan pinggirannya. Sujud di pingiran sajadah, dimana separuh kening menempel pada sajadah dan separuh lagi menempel lantai memang tidak enak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun