Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebih Baik atau Buruk dari Keledai?

13 Maret 2018   11:58 Diperbarui: 13 Maret 2018   12:18 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://orangefloat.wordpress.com


Hanya keledai yang melakukan kesalahan dua kali. Oleh karenanya Allah telah mengingatkan dalam surat Al Baqarah mengenai pelajaran dan kejadian dari kaum terdahulu sehingga manusia selanjutnya tidak mengulangi kesalahan yang pernah kaum terdahulu perbuat. Karena kekuatan akal manusia bisa membentengi dari pengulangan kesalahan, maka daripada itu jangan biarkan akal itu tak termanfaatkan. Al Baqarah juga menjelaskan akan tiga model manusia: taqwa, kafir, munafik. Selanjutnya modeling manusia akan menentukan jenis kepemimpinan dalam kehidupan di masyarakat. Oleh karenanya kepemimpinan harus diawali pengetahuan untuk memimpin dan cara mengatur yang dipimpin.

Paragraf di atas adalah ringkasan ceramah pak Ustad dalam pengajian lepas dhuhur kemarin siang di masjid kantor. Menghayati peribahasa hanya keledai yang membuat kesalahan dua kali, barangkali saya termasuk lebih parah dari keledai. Lah sampai hari ini saya masih banyak berbuat hal yang gak benar, yang salah, berulang-ulang. Mau contoh, berapa banyak saya masih suka melanggar lalu lintas maupun marka jalan, rasanya tidak terhitung saking belum kena tilang saja.

Banyak juga kesalahan yang berulang kali diperbuat dan berujung dosa seperti menggunjing orang lain atau ghibah, belum lepas juga saya dari masalah ini. Jadi masihkah berhak mengklaim bahwa saya lebih baik dari keledai dalam membuat kesalahan?

Semestinya akal  bisa menjadi pencegah dalam hal pengulangan kesalahan dalam hidup ini. Sudah banyak contoh kejadian untuk kita ambil pelajaran sehingga sebagai manusia kita tidak perlu mengalami hal jelek atau buruk sama seperti orang yang lebih dulu mengalaminya. Ibaratnya ketika sudah tahu bahwa minum racun tikus itu bisa berbahaya dan menyebabkan kematian, maka kita tidak perlu membuktikan khasiat racun tikus dengan cara meminumnya secara langsung.

Selanjutnya menjadi orang bertakwa, tidak beriman, atau bahkan orang munafik adalah satu pilihan yang bisa diambil oleh tiap manusia. Orang bisa memilih menjadi bertakwa, dengan konsekuensi kehidupan dunia dan akhiratnya mengacu pada janji dan ketetapan Allah. Ketika orang memilih menjadi bertakwa maka setiap perilaku dan tingkah lakunya adalah mengikuti koridor yang ditetapkan Allah melalui ajaran agama yang disampaikan oleh Rasulullah, maupun mengacu pada Al Qur'an dan Hadits. Orang bertakwa dijanjikan pahala dan kehidupan yang baik di akhirat kelak.

Boleh juga orang memilih tidak beriman dan atau menjadi orang munafik, namun ada konsekuensi pula yang harus ditanggung baik di dunia maupun akhirat kelak. Silahkan tiap orang memilih menggunakan akal sehatnya mau menjadi model manusia seperti apa. Saya sendiri memilih menjadi orang bertakwa meskipun masih sangat jauh dari namanya orang yang benar-benar bertakwa.

Sejatinya semua manusia adalah seorang pemimpin. Dalam kasta terendah manusia memimpin dirinya sendiri menjalani hidup. Dari diri sendiri naik lagi menjadi pemimpin keluarga, selanjutnya pemimpin tingkat RT RW, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan negara. Jadi ketika ditanyakan, apakah orang akan memilih pemimpin bertakwa, beriman, tidak munafik atau sebaliknya maka jawabannya pasti akan memilih pemimpin yang bertakwa, beriman dan tidak munafik.

Orang sudah tahu ketika kepemimpinan dikuasai oleh orang yang tidak bertakwa, maka siap-siaplah kezaliman akan terjadi. Namun orang lupa bahwa pemimpin bersumber dari masyarakat sehingga pemimpin mencerminkan rakyat yang dipimpinnya. Orang mengharapkan pemimpin yang bertakwa namun mereka tidak merubah diri mereka sendiri menjadi bertakwa ataupun menyiapkan generasi selanjutnya yang notabene calon pemimpin sebagai pribadi-pribadi yang bertakwa. Kesalahan yang sama selalu berulang dari waktu ke waktu.

Nampaknya banyak hal yang bisa kita pelajari dari pengalaman-pengalaman orang dan kaum terdahulu. Hal inilah yang bisa membuat seorang manusia lebih baik dari seekor keledai. Cukuplah kita mengambil pelajaran dari kejadian masa lalu, gunakan akal untuk menentukan pilihan mau menjadi orang dengan model seperti apa.

Firman Allah dalam surat Al-A'raf Ayat 96:

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

MRR, Jkt-13/03/2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun