Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengejar "Ridho" Orang Tua

17 Januari 2018   14:02 Diperbarui: 17 Januari 2018   14:06 3315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teman saya bercerita bahwa dulu dia punya teman SMA di daerah Padang Sumatera Barat yang termasuk golongan anak pintar. Karena kepintarannya ini dalam ujian masuk perguruan tinggi kerap kali menjadi joki bagi teman-temannya. 

Hal ini sepertinya terjadi di sekitar tahun 1980 an akhir. Yang menarik adalah banyak teman yang dijokiin olehnya masuk ke jurusan bergengsi banyak perguruan tinggi negeri ternama di pulau Jawa namun temannya teman saya malah cuma diterima di jurusan kimia murni sebuah perguruan tinggi negeri di Padang. 

Secara logika tidak mungkin dia sendiri tidak lulus ke jurusan bergengsi perguruan tinggi negeri ternama di Jawa sebab hasil perjokian buat teman-teman menunjukkan hal sebaliknya. 

Usut punya usut ternyata Ibu si Orang ini hanya menginginkan anaknya kuliah di daerah, tidak meridhoi kuliah di luar Padang. Rupanya ridho ibu yang menyebabkan temannya teman saya ini tidak lolos ujian untuk jurusan bonafide pada Perguruan Tinggi Negeri di luar kota asalnya.

Begitulah kekuatan seorang ibu, orang tua, terhadap kesuksesan anaknya, namun banyak di antara kita kurang memperhatikan hal tersebut. Seringkali kita merasa sangat percaya diri dengan kemampuan, modal, dan kekuatan kita untuk menjalankan suatu pekerjaan, memulai usaha dan aktivitas lainnya sehingga tidak perlu meminta restu dari orang tua kita tercinta. 

Barangkali sebenarnya orang tua tidak ridho dengan pekerjaan atau usaha yang kita jalani tetapi kita tidak menyadarinya sehingga dalam perjalanannya ketika menjalankan usaha tersebut banyak sekali hambatan dan gangguan. Alangkah baiknya sebelum mengambil pilihan atas suatu hal yang penting seperti karir, usaha, pertimbangan dan restu orang tua menjadi hal utama yang perlu kita mintakan.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, belia berkata, "Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'"(HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Sudah sangat jelas bahwa Ibu adalah orang yang harus sangat kita berbakti kepadanya baru kemudian kepada ayah kita tempatkan prioritas berikutnya sesuai urutan. Hal ini menandakan bahwa kita harus berbuat baik, berbakti terhadap orang tua termasuk melibatkan mereka dalam semua perjalanan hidup kita baik di kala senang maupun susah.

Menjadi sangat penting meminta ridho orang tua ketika kita melihat hadits berikut:

"Dari 'Abdullah bin 'Amr bin 'Ash radhiyallaahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua" (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun