Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masihkah Suka Menunda-nunda?

11 Januari 2018   11:47 Diperbarui: 11 Januari 2018   11:58 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semasa kuliah di Yogyakarta ( tahun 1997-2002) sepertinya hanya semester 1 dan 2 nilai Indeks Prestasi (IP) saya di atas 3,5 selebihnya pasti di bawah itu. Jadi saat semester-semester awal itulah saya masih termasuk rajin, rajin mencatat dan datang kuliah. Semester berikutnya sudah berubah, dari rajin mencatat menjadi rajin meminjam dan memfotocopy catatan kuliah teman. Meskipun semester 3 sampai 9 IP saya naik turun dan kadang jeblok, namun berkat tabungan di semester 1 dan 2 saya berhasil lulus dengan IP 3,13, tidak terlalu bagus tapi terasa cukup dan tidak memalukan sekali.

Awal kuliah memang angan-angan saya cepat lulus dan cum laude, namun dalam perjalanannya banyak hal yang membuat hal tersebut menjadi tidak terlaksana. Salah satu faktor penghambat tersebut adalah sikap suka menunda-nunda belajar. Tiap awal semester pada saat penyusunan KRS (Kartu Rencana Studi) selalu saya punya resolusi dan niat untuk belajar rajin tiap hari di tempat kos. Baru memasuki pekan pertama rasa malas sudah menghinggapi, pekan kedua rasa malas lebih menggila, setiap melihat buku dan catatan pikiran berkata "ah ujian semester masih lama, masih ada waktu bersantai, pekan depan saja belajarnya". 

Begitu terus yang terjadi, selalu menunda belajar, hingga akhirnya datang pekan-pekan ujian semester. Saat datang ujian akhir semester, maka baru gedebag gedebug mengumpulkan bahan-bahan, catatan kuliah, dan buku referensi. Pada akhirnya cara belajar SKS (sistem kebut semalam) pun saya praktekkan, besok hari ujian maka malam hari sebelumnya baru belajar.

Barangkali kalau persiapan ujian tidak dilakukan mendadak, belajar dilakukan setiap saat tidak hanya pada saat ujian, nilai saya bisa maksimum semua dan lulus cum laude. Tapi begitulah, kadang kala kita terlalu lemah untuk melawan nafsu dan membiarkannya menguasai kita sehingga tercebur dalam kemalasan dan menunda-nunda sesuatu. Padahal kita tidak tahu berapa lama masa hidup kita di dunia.

Alkisah semalam sekitar jam 21.20 WIB seorang teman menelpon, dalam teleponnya sambil terisak dia mengabarkan bila teman bermain bola dan futsal saya yang bernama Zudan meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi ro'jiun, perkataan yang meluncur dari mulut saya. Sekitar pukul 20. 30 WIB Zudan jatuh pingsan saat bermain futsal, di lapangan futsal tempat dimana dulu saya kadang bermain juga, kemudian di bawa ke rumah sakit dan ternyata nyawanya tidak tertolong.

 Tentu saja kami sesama anggota tim sepakbola merasa kehilangan pemain bek tengah terbaik yang dipunyai Perusahaan, pemain yang punya semangat dan stamina tinggi untuk bermain 90 menit menjaga daerah pertahanan dari serangan lawan. Zudan meninggal dalam usia 36 tahun, tanpa didahului sakit maupun terkena penyakit, dalam kondisi sedang berolahraga.

Sesungguhnya semua yang bernyawa pasti akan mati, seperti janji Allah dalam Surat Al-'Ankabut Ayat 57:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan."

Manusia tidak akan pernah tahu kapan akan dicabut nyawanya, berapa lama umurnya di dunia fana ini. Manusia hanya tahu bahwa kematian pasti akan datang, datangnya kapan tidak tahu.

 Dengan kondisi seperti ini maka saat kita menunda-nunda ibadah, pekerjaan, belajar, perbuatan baik, apakah kita yakin masih diberi kesempatan hidup untuk menjalankan dan menyelesaikan hal-hal tersebut? Jangan-jangan kita sudah dipanggil sebelum sempat menjalankan apalagi menyelesaikan ibadah, belajar, pekerjaan maupun rencana perbuatan baik lainnya.

Sekecil apapun niat baik yang ada di dalam hati dan pikiran harus segera kita lakukan, jalankan. Jangan hanya mengendap dalam hati dan pikiran dan menunda melaksanakannya. Semakin lama menunda-nunda untuk melakukan kebaikan, semakin jauh kita dari kebaikan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun