Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Ojo Kagetan Ojo Gumunan"

25 Desember 2017   08:39 Diperbarui: 25 Desember 2017   09:50 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari itu, Jumat, 22 Desember 2017, badan menggeliat, mata mulai terbuka, panas mulai menyapa, pertanda saya tertidur cukup lama di dalam bis. 

Arloji menunjukkan pukul 06.45 WIB ketika tatapan mata saya tertuju padanya, artinya tepat 1 jam lamanya dari saat bis memasuki jalan tol Cikampek-Jakarta dari gerbang Tol Tambun Km 21. Saat itu bis masih berada di Km 11, seputaran Bekasi Barat, dimana ternyata lalu lintas di jalan tol sangat tersendat. 

Hampir satu jam hanya untuk menempuh jarak sekitar 10 Km, atau bisa dikatakan kecepatan rata-rata hanyalah 10 Km/jam, padahal ini di jalan tol, jalan yang seharusnya bebas hambatan dan sudah pasti berbayar.

Ketika bis melintasi Km 10, maka terjawab sudah penyebab dari kemacetan yang terjadi. Rupanya ada sebuah bis yang terperosok ke pinggir bahu jalan di area rerumputan sementara sebagian kecil badan bisnya masih berada di bahu jalan. 

Mengapa saya katakan penyebabnya adalah bis yang terperosok tersebut, karena setelah melewati bis tersebut ternyata jalan tol lancar sekali, kemacetan langsung hilang setelahnya. 

Pikiran saya berusaha mrngkorelasikan mengapa terjadi kemacetan padahal lajur 1-4 jalan tol tidak ada yang terganggu, hanya sebagian kecil bahu jalan atau lajur darurat saja yang terpakai oleh bis yang terperosok, sementara bahu jalan adalah area terlarang bagi kendaraan untuk melintas kecuali keadaan darurat.

Keingintahuan orang melihat kejadian terperosok nya bis tersebut lah yang kemudian membuat mereka memperlambat laju kendaraannya dengan harapan bisa menonton lebih lama kejadian tersebut. 

Akibat dari perlambatan kendaraan tersebut, maka secara otomatis kendaraan di belakangnya juga memperlambat lajunya, begitu seterusnya berurutan dari depan ke belakang hingga akhirnya terjadi kemacetan sampai puluhan km dari lokasi terperosoknya bis.

Kejadian agak mirip pernah saya alami sekitar sepuluh tahun lalu. Saat itu saya dan teman-teman kantor sedang menuju ke Bandung dari Jakarta menggunakan kendaraan untuk suatu urusan dinas. Saat berada di jalan tol Jakarta-Cikampek di sekitar Karawang Barat, kami terkena kemacetan hampir sepanjang 4 km. Setelah berhasil melewati kemacetan, barulah kami tahu penyebabnya. 

Adalah satu kendaraan yang sedang terbakar di jalur sebaliknya/berlawanan arah (Cikampek-Jakarta) hingga menyebabkan  pengemudi kendaraan yang berada di jalur sebaliknya seperti saya ini memperlambat kendaraannya dan ada beberapa yang berhenti untuk menonton kendaraan yang terbakar tersebut.

Sikap kebatinan dan perilaku masyarakat terutama pengemudi yang sangat ingin tahu dengan kejadian atau kecelakaan seperti diceritakan tersebut di atas tentu merugikan banyak orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun