Mohon tunggu...
M Firmansyah
M Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Catatan Akhir Tahun: Sudahi Politisasi Agama, Kritisi Payahnya Sistem Pendidikan, dan Songsong 2020 dengan Optimisme

30 Desember 2019   16:40 Diperbarui: 30 Desember 2019   16:41 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo dari akun ig @sufi_kota

Badai politisasi agama pasti berlalu itulah yang terjadi setelah narasi picik politisasi agama tak laku di jual di pilpres dan pileg 2019, banyak dari kita faham bahwa agama adalah sesuatu yang dianggap bermisi kedamaian dan persatuan tapi di tahun politik ini diksi dan narasi agama digunakan untuk memecah belah bangsa,menyemburkan fitnah dan berita hoax dan juga menumbuhkan ujaran kebencian yang berkecambah di lini massa sosial  media,alhamdulillah semua itu telah kita lewati,atas berkat rahmat Tuhan yang maha kuasa kita lalui cobaan terberat bangsa ini yaitu keterbelahan masyarakat dan ancaman persatuan,kini semua sudah normal meski harus diakui ekses-ekses kekecewaan masih tetap ada.

Persoalan bangsa ini memang cukup pelik,anggaran pendidikan yg sebesar 20% dari APBN tak juga menghasilkan kualitas pendidikan yang maju dan terbuka,lihatlah setiap tahun kampus-kampus memproduksi sarjana tapi tak juga mengangkat indonesia jadi bangsa yang memiliki perusahaan yang berjaya di kancah global,lihatlah orang masih impi-impikan jadi PNS dan hidup di zona nyaman ketimbang membangun masa depan ekonomi kerakyatan yang lebih baik,gurunya masih ada yang intoleran dan bersikap tertutup pada perbedaan,dosen nya senang menebar hoax dan ujaran kedengkian di sosmed,siswanya masih ingin dan bercita-cita membuat NKRI jadi negara agama,mahasiswa nya berdemo tapi tidak faham apa tuntutannya,S1 S2 S3 nya masih belum bisa mengenali mana fakta dan mana hoax,PNS masih rentan dengan radikalisme dan ekstrimisme,dan berbagai survei mengkhawatirkan kecendrungan dunia pendidikan semakin picik jumud dan fanatik sempit.

Kita masih jadi rangking belakang negara yang gemar membaca, literasi media belum dilakukan pemerintah dan kalangan civil society,masih banyak saja orang yang percaya hoax dan berita yang disinformasi,belum lagi etika bersosmed sangat rendah,ujaran kebencian dimana-mana, malah provokasi dan fitnah disuarakan oleh orang yang ngaku ustadz dan ulama,kita yang kritis dianggap liberal dan anti agama,padahal kita ingin semua berjalan sesuai dengan sistem demokrasi yang berlaku dan menjadi pilihan sadar semua rakyat indonesia.

Menteri pendidikan yang baru tugasnya cukup berat,alih-alih ingin ciptakan manusia atau siswa-siswa berkualitas tapi terkendala dengan kualitas guru dan dosen yang masih lemah dalam pluralisme dan keterbukaan,bayangkan ada guru jadi penebar hoax dan ada dosen yang berencana membuat kerusuhan dan  sejarah juga mencatat ada rektor malah menganjurkan untuk membangun negara khilafah.

Media sosial adalah senjata pisau bermata dua,ia bisa membangun peradaban seperti semakin mudah mengakses jurnal-jurnal penelitian dan pengetahuan dan media sosial juga bisa jadi alat pemecah belah bangsa,menguatnya intoleransi dan dampak buruk lain seperti pornografi,narkoba dan terorisme.
Tantangan kedepan menyongsong dekade baru 2020 yaitu mengembalikan agama sebagaimana fungsinya yakni mencerahkan akal,mendamaikan perseteruan dan membangun spiritualisme yang dalam tidak dangkal dan jumud.

Tantangan tahun 2020 akan mungkin kita temui masih ada ancaman resesi ekonomi global,politik global seperti demonstrasi rakyat hongkong yang tak jua usai,dan simpang siur nya pemberitaan uyghur masih akan mempengaruhi politik dalam negeri.

Dekade baru 2020 memberikan harapan dan optimisme walau semuanya masih belum tampak jelas tapi selama kita masih mau berikan kontribusi dengan membaca catatan ini dan merenungi kembali,apa yg harus dilakukan dan bagaimana problem solving yang akan kita ambil akan berpengaruh sejauh mana kedewasaan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun