Mohon tunggu...
Reshi Nayaka
Reshi Nayaka Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Homo homini socius

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Kilogram Buah Jeruk

29 November 2024   22:06 Diperbarui: 29 November 2024   22:06 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mas.....kasian mas...." Sebuah hal yang biasa kudengar Ketika di jalan. Sudah menjadi pemandangan sehari-hari Ketika aku mengantarkan buah untuk dijual. Seorang remaja, kira-kira sebaya denganku menggunakan baju yang tampak kekecilan dan lusuh dengan tubuh yang sangat kurus. Jalanan yang macet menurutnya merupakan ladang rezeki bagi dia, meskipun hasilnya tidak seberapa. Kadang kalau beruntung, recehan 20.000 sudah ada di genggamannya, cukup untuk 2 kali makan kenyang baginya.

Seringkali aku berpapasan dengannya. Kadang ia duduk dan berjalan-jalan di pinggiran jembatan. Ari, namanya. Awal mula aku mulai berteman dengannya karena saat itu hujan dan ia tidak memiliki tempat untuk berteduh. Segera aku payungi dia dan membawanya ke warung terdekat. Setelah itu, sesekali aku belikan ia makanan dan minuman, biasanya Ketika aku sehabis pulang mengantarkan buah ke pengecer. Kadang tidak jarang juga kuajak dia mampir ke warung untuk minum dan ngobrol-ngobrol. "Kedinginan, kadang bingung mencari tempat aman. Belum lagi uang yang sehari-hari  kukumpulkan tiak cukup." "ingin juga aku merasakan sekolah dan Pendidikan, andai saja nasibku tidak seperti ini...." Ia tidak punya pilihan apapun lagi, bahkan orangtuanya pun tidak jelas kemana perginya. Kasihan, satu kata yang tidak cukup untuk menjelaskan semuanya. Aku tahu ia membutuhkan bantuanku, namun aku rasa ia membutuhkan lebih dari sekedar bantuan.

Hari ini seperti biasa aku membantu orangtuaku mengantarkan buah buahan ke tempat orangtuaku berjualan. Hari ini aku membawa banyak sekali buah-buahan dan seperti biasa bertemu dengan Ari. Sebuah ide terlintas dibenakku. Langsung kuambil satu dus buah-buahan yang kubawa dan menuliskan "1 butir 2000" dan memberikan kepadanya. "Untuk apa buah-buahan ini ?" Tanya Ari. "Lebih menjanjikan seperti ini daripada berharap dengan tangan kosong, bukan...?" Jawabku. Kemudian, aku lanjut pergi.  Setiap hari kuulangi hal yang sama dengan harga yang sama, dan kulihat ia mendapat penghasilan yang lebih banyak daripada hanya memulung dan mengemis di jalan. Aku rasa ini adalah jalan yang lebih baik untuknya karena ada sesuatu yang bisa ditawarkan daripada harus mengemis. Harapannya ini menjadi pelajaran untuknya supaya terus berjuang. Dapat dilihat bagaimana remaja yang lusuh itu tersimpul senyum bahagianya Ketika mendapat uang yang banyak.

15 tahun kemudian....

"Breaking news, pemerintah melalui peraturan daerah akan melakukan sejumlah penertiban di beberapa lokasi...Penertiban akan dilakukan dengan membubarkan pedagang kaki lima di sejumlah tempat..." Saat itu keadaan benar-benar rusuh. Keributan terjadi antara petugas setempat dengan pedagang kaki lima yang masih ingin mempertahankan dagangannya. Masalahnya, penggusuran dilakukan tanpa adanya relokasi tempat. Banyak pedagang yang tidak tahu dimana mereka akan berjualan untuk menyambung hidup. Termasuk Rizky, anak pedagang buah yang biasa berjualan membantu orangtuanya, kini harus bersusah payah mencari pekerjaan baru. Sangat sulit mencari pekerjaan baru untuknya, mengingat ia hanya lulusan SMA. Hingga pada akhirnya....

"Rizky Al-Ghifari..." Namaku akhirnya dipanggil, setelah aku menunggu interview melamar kerja. "Pak direktur sudah melihat CV dan berkas-berkasmu, silahkan masuk ke ruangan, pak direktur sudah menunggu." Akupun  masuk ke ruangan interview dan bertemu direktur Perusahaan itu dan siap untuk melakukan interview. "Selamat, kamu sudah diterima di perusahaan ini. Tidak usah interview, besok senin temui saya di kantor ini." Kata direktur itu. Sangat bingung dan kaget. Dari semua yang melakukan interview, hanya aku  yang bisa diterima kerja semudah itu. Tidak percaya ! "Waktu kamu menolongku saat aku masih tergeletak kotor di pinggiran jembatan itu, aku belajar banyak hal...Aku belajar banyak dari dus buah yang kamu berikan kepadaku. Kalau bukan karena berkotak-kotak jeruk yang kamu berikan kepadaku, mungkin aku masih luntang-lantung di jembatan itu. Rizky temanku, sekarang sudah saatnya aku balas budi kepadamu." "ARI...." Aku benar-benar tidak menyangka. Aku bertemu kembali dengan teman lamaku. Ya, temanku yang dulu sering kutemui duduk di pinggiran jembatan, sekarang menjadi orang besar. "Namun, ada satu persyaratan yang harus kaupenuhi Ketika bekerja di perusahaanku." Lanjutnya. "Satu kilogram buah jeruk !" Aku Bahagia tidak hanya dapat kerja dan bertemu teman lama, aku juga senang sekarang ia menjadi orang besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun