Mohon tunggu...
M. Ridwan Umar
M. Ridwan Umar Mohon Tunggu... Dosen - Belajar Merenung

Warga Negara Biasa

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kebangkrutan Thomas Cook, Korban Berikut Disrupsi Digital

3 Oktober 2019   19:23 Diperbarui: 3 Oktober 2019   19:41 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayangnya, manajemen Thomas Cook mungkin berpikir lain. Mereka tetap membuat maskapai sendiri bernama Thomas Cook juga. Memang, terlihat keren dan bergengsi sih. Pesawatnya pakai nama Thomas Cook. Dari sisi promosi dan marketing tentu berdampak.

Namun pilihan ini ternyata harus dibayar mahal. Maskapai mereka mengerus banyak modal. Ada satu hal yang sebenarnya tidak berhasil diantisipasi oleh Thomas Cook. Apa itu?

Jawabannnya, mereka tidak tidak berhasil mengantisipasi perubahan pola prilaku konsumen. Thomas Cook tetap menyangka menyangka bahwa jutaan konsumen mereka akan selalu loyal dengan model bisnis lama, yang mereka anggap sudah teruji yaitu bisnis offline dengan konter bertebaran di dunia.

Mungkin nih di benak mereka, Thomas Cook terlalu besar untuk kolaps. Atau jangan-jangan, mereka memandang sepele dengan para perusahaan startup yang bermunculan.

Sebenarnya, Thomas Cook juga menggunakan bantuan internet atau aplikasi untuk membantu konsumen merasakan jasa mereka secara online. Mereka bersinerji dengan perusahaan Expedia, untuk mengoperasikan bisnis secara online, pada tahun 2017. Namun, tindakan itu tentu terlambat.

Saya melihat, kolaborasi dengan Expedia sepertinya hanya sebagai pelengkap saja. Barangkali, supaya jangan dikatakan tidak gaul di dunia maya, atau kalah fitur dengan aplikasi lainnya.

Namun, yang jelas, Thomas Cook memang tidak mudah mudah berpindah dari bisnis offline ke online, secara cepat. Mereka sudah kadung sangat tergantung dengan toko offline yang dimiliki di berbagai negara. Bayangkan pula, mereka masih setia menggunakan layanan telepon fisik untuk konsumen. Sepertinya, ,mereka lupa bahwa konsumen ternyata membutuhkan experience baru dalam melakukan perjalanan.

Yes, perubahan experience atau pengalaman ini banyak tidak disadari peruhaaan besar atau bisnis konvensional. Karena asyik konsumen yang berlimpah, perusahaan abai bahwa konsumen sebenarnya sedang mencari suasana atau pengalaman baru. Hati-hati..

Pada kasus Thomas Cook, ternyata banyak konsumennya yang menyadari bahwa melakukan booking perjalanan secara individual dapat dilakukan tanpa jasa Thomas Cook. Mereka merasa bahwa pengalaman yang ditawarkan aplikasi digital dengan klik sana klik sini, memilih destinasi, pesawat dan hotel secara murah dapat dilakukan sendiri.

Lalu, buat apa lagi menggunakan perusahaan travel lagi. Sudah mahal, ribet pula.  Masuk akal bukan?

Nah, sekarang, bayangkan jika seluruh konsumen yang kita miliki berpikir yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun