Mohon tunggu...
M Reindy
M Reindy Mohon Tunggu... -

Asking good questions is half of learning

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pawai “Obor Pattimura” di Kota Ambon Berakhir Bentrok

15 Mei 2012   03:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Selasa 15 Mei 2012 pukul 01.00 Wit telah berlangsung pawai “Obor Pattimura” dari Saparua menuju Ambon yang dilakukan secara estafet dalam rangka memperingati hari Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura ke-195 yang diikuti oleh ratusan pemuda.

Namun sekitar pukul 05.30 Wit saat iring-iringan penari cakalele membawa “Obor Pattimura” dari Batumerah yang akan diserahkan kepada masyarakat Mardika secara estafet, tepatnya di Jl. Tulukabesi, Kec. Sirimau, Kota Ambon, tanpa diduga rombongan tersebut mendapat serangan berupa lemparan batu dari warga yang sedang menonton pawai di tepi jalan. Mendapat serangan seperti itu para penari cakalele yang membawa obor-obor bambu secara spontan melemparkan obornya ke arah penonton hingga mengakibatkan sejumlah orang mengalami luka bakar.

Bentrokan pun tak dapat dihindarkan, aparat keamanan yang mendampingi pawai “Obor Pattimura” tidak bisa berbuat banyak dikarenakan jumlah personel yang tidak seimbang. Tidak hanya lemparan batu, bom rakitan juga terdengar meledak di lokasi kejadian yang mengakibatkan sekitar 10 unit kendaraan roda dua dan 3 rumah milik warga Mardika hangus terbakar serta sebuah rumah lagi hancur dirusak massa, sementara sekitar 55 orang korban bentrokan yang mengalami luka bakar, terkena lemparan batu, serpihan bom, senapan angin, panah dan sabetan parang langsung dibawa ke rumah sakit terdekat.

Bentrokan mulai mereda satu jam kemudian setelah puluhan personil Brimob dan Satgas Yonif 131 yang dilengkapi peralatan lengkap dan kendaraan taktis seperti water canon, mobil barakuda serta panser berusaha menghalau massa dari kawasan jalan Jenderal Sudirman hingga jalan Rijali.

Kabid Humas Polda Maluku AKBP Johanes Huawe menyatakan bentrokan terjadi karena adanya perdebatan antara warga Batumerah (pembawa obor) dengan warga Mardika. Warga Batumerah menyatakan bahwa Mardika bukan negeri adat sehingga warga Mardika tidak bisa membawa obor Pattimura. Hal ini yang memicu kemarahan warga Mardika sehingga terjadi bentrokan.

Proses pelaksanaan pawai “Obor Pattimura”

Sebelum obor dibawa ke Ambon, para Latupatti berkumpul di Baileo (rumah Adat) Negeri Haria untuk bersulang tuak sebagai lambang persaudaraan serta membacakan 17 pasal keberatan rakyat yang berisi protes atas pemaksaan kehendak penjajah Belanda. Ke-17 pasal keberatan itu merupakan hasil rumusan Kapitan Pattimura bersama para pahlawan saat pertemuan akbar di puncak Gunung Saniri.

Obor tersebut kemudian diseberangkan dari Pulau Saparua dengan menggunakan kapal perang ke Pulau Ambon, selanjutnya diarak secara estafet oleh delapan desa/kelurahan hingga tiba di kawasan Pattimura Park.

Para pemuda yang berada di setiap kawasan yang dilewati obor wajib berkumpul di batas kampung-kampung untuk menunggu kedatangan pemuda yang membawanya, kemudian dilarikan secara estafet menuju desa lainnya. Pada setiap desa disiapkan lima orang pemuda yang bertugas membawa dan mengawal obor, sedangkan sisanya mengiringi dengan tarian Cakalele selama perjalanan.

Setelah tiba di kawasan Pattimura Park, obor tersebut diterima Walikota Ambon dan kemudian menyerahkannya kepada Upulatu (pimpinan tertinggi/gubernur) guna menyulut obor utama yang berada di tengah kawasan Pattimura, sekaligus menandai dimulainya upacara peringatan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun