Mohon tunggu...
M. Rasyid Nur
M. Rasyid Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiun guru PNS tidak pensiun sebagai guru

M. Rasyid Nur, pendidik (sudah pensiun dari PNS pada Mei 2017) yang bertekad "Ingin terus belajar dan belajar terus". Penyuka literasi dan berusaha menulis setiap hari sebagai bagian belajar sepanjang hari. Silakan juga diklik: http://mrasyidnur.blogspot.com/ atau http://tanaikarimun.com sebagai tambahan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UN 2013: Beban Jadi Ringan

16 April 2013   05:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:08 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

BERBANDING Ujian Nasional (UN) tahun-tahun sebelumnya pada hakikatnya UN tahun ini membuat beban sekolah secara moral lebih ringan. Kepala Sekolah, guru dan pengawas ruang tidak terbebani lagi oleh tugas-tugas 'kotor' sebagai tugas tambahan selama UN sebagaimana praktek selama ini oleh beberapa sekolah. Tugas-tugas kotor itu terlalu riskan dan sulit dilakukan dengan sistem UN saat ini.

Jika direview beberapa kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan UN di tahun-tahun sebelumnya pada dasarnya disebabkan oleh keinginan lulus (dari peserta UN) dan keinginan meluluskan (dari sekolah/ orang tua) secara berlebihan. Peserta didik tetap ingin lulus dalam UN walaupun tidak belajar dengan bersungguh-sungguh. Tentu saja akhirnya melakukan kecurangan seumpama mencontek dan atau bekerja sama sesama peserta UN dalam satu ruang.

Keinginan yang berlebihan dari pihak sekolah untuk meluluskan anak-didiknya juga membuat sekolah melakukan berbagai rekayasa kecurangan dalam UN. Ada Kepala Sekolah yang membuat tim pembuat kunci jawaban dengan membocorkan soal itu sebelum pelaksanaan UN. Ada pula guru yang diam-diam membuat kunci jawaban Mata Pelajaran (MP) yang diampunya karena takut nilai MP-nya jeblok. Dan ada pula pengawas ruang yang membiarkan peserta UN saling bekerjasama atau bahkan ikut mendistribusikan kunci jawaban yang sudah disediakan pihak sekolah atau guru MP.

Semua itu bisa terjadi karena jenis soal yang sama antara satu anak dengan lainnya. Guru atau sekolah cukup membuat kunci jawaban satu saja untuk semua peserta UN. Jikapun tahun lalu (2012) ada lima paket soal yang berbeda, sekolah masih berusaha membuat lima kunci soal sesuai kode soal yang ada. Praktek-praktek kotor dalam UN masih terjadi.

Berbeda dengan soal yang dipakai pada UN tahun 2013 ini yang menggunakan barcode antara soal dan LJUN (Lembar Jawaban UN) yang berbeda antara satu anak dengan lainnya dalam satu ruang. Bahkan menurut penjelasan Dinas Provinsi ketika memberi sosialisasi beberapa pekan sebelum ujian, jenis soal itu tidak hanya 20 paket yang berbeda tapi bisa lebih banyak soal yang berbeda. Nah, dengan jumlah paket yang begitu banyak sudah jelas tidak lagi ada kesempatan bagi sekolah untuk berbuat kecurangan secara masal sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Jika pun ada guru atau pengawas yang tetap ingin berbuat curang dengan memberi jawaban kepada peserta tentu saja jumlahnya akan terbatas. Untuk satu soal hanya untuk satu orang peserta. Hal ini bisa saja terjadi jika peserta itu adalah kebetulan anak atau adiknya yang secara emosional ingin diselamatkannya.

Beban berat yang selama ini tertumpu di pundak sekolah atau guru sejatinya tidak perlu jika kejujuran dan kebenaran dapat ditegakkan. Keinginan lulus yang berlebihan yang menjadi budaya sekolah itu memang disebabkan oleh cara pandang yang salah terhadap status kelulusan dan juga disebabkan oleh adanya kesempatan. Tapi dengan sistem yang sekarang ini kesempatan itu sangat kecil bahkan sangat sulit untuk dilakukan.

Maka beban berat yang sebanrnya adalah mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi UN dengan benar dan jujur. Sikap curang dan kotor selama ini harus sudah ditinggalkan. Tugas sekolah adalah bagaimana meluruskan cara pandang siswa, guru, masyarakat dan bahkan pejabat pemerintah (Dinas Pendidikan) yang juga ikut keliru memandang status kelulusan. Kini kelulusan itu sepenuhnya menjadi hak sekaligus tanggung jawab peserta didik asal proses pembelajaran yang menjadi hak mereka sudah terlaksana dengan baik dan benar.  Tugas berat sekolah adalah melakukan proses pembelajaran yang benar sementara tugas bverat pemerintah adalah mempersiapkan sarana prasarana pendidikan yang memadai.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun