Mohon tunggu...
mrajjodilaya
mrajjodilaya Mohon Tunggu... Freelancer - anything

the man with crazy little things behind his heart.

Selanjutnya

Tutup

Music

Idealisme dan Komersial dalam Berseni

8 Desember 2020   05:28 Diperbarui: 8 Desember 2020   05:32 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Semua anak muda mempunyai taraf dan batas tertentu soal sifat idealnya masing - masing dalam berseni. Ada yang menekan garis idealnya secara mati - matian, ada juga yang bermain digaris yang aman, atau situasional. Itu mengapa keidealisan selalu saja dikaitkan dengan konsistensi. Diera sekarang, dimana informasi, teknologi, dan juga referensi bertukar begitu cepat, cukup sulit untuk menentukan hal apa saja yang ideal bagi diri kita masing - masing. Itu membuat kita diera sekarang menjadi skeptis, karena terlalu banyaknya informasi dan referensi yang kita dapat. Apakah harus tetap berseni dengan keidealisan, atau harus terbawa arus dan mengikutinya? Karena sekarang kita sudah memasuki era digital, seorang atau mungkin banyak seniman yang bertabrakan dengan kebutuhan komersil. Apakah itu salah? Tentunya tidak. Kesenian dari dulu memanglah sebuah pasar, kebanyakan orang - orang menengah keatas seperti para raja, bangsawan yang hanya bisa menikmati seni secara ekslusif. Namun, fenomena yang terjadi diera sekarang sudah menjadi hal yang tidak tabu lagi. Para seniman harus memilih apakah harus menjadi idealis atau komersialis. Masing - masing pilihan mempunyai dampak negatif dan positif.

Berseni dengan idealis akan punya dampak positif pada jiwa sang seniman, karena dia bisa menepis segala hal yang mengharuskan dia menjadi bukan dirinya sendiri. Dampak negatifnya adalah, masyarakat belum tentu menyukai atau menikmati apa yang seniman itu sajikan. Kemudian kebalikannya, berseni dengan memilih secara mengejar komersial akan mengekang dan memenjarakan jiwa dan gairah sang seniman itu sendiri karena bukan menjadi dirinya sendiri, tapi masyarakat bisa menerima dan menikmati apa yang seniman itu persembahkan.


"yang menyedihkan itu memilih tidak jadi diri sendiri dan juga tidak ada yang menikmati karyanya."

- Eross Candra ( Sheila On 7)

Ironisnya, hal serupa juga terjadi kepada saya pribadi. Saya adalah seseorang yang cukup mencintai apapun yang berkaitan dengan musik. Sejujurnya, saya hanya ingin bermain musik dengan apa yang saya ingin tampilkan dan rasakan, menurut saya, penonton hanyalah objek yang cukup harus diam dan melihat apa yang saya persembahkan. Singkat cerita, saya dihubungi oleh beberapa Radio dan Cafe, mereka menawari pekerjaan dan meminta saya untuk mengisi dan bermain musik ditempat mereka dengan bayaran yang menurut saya cukup, tapi dengan memberi set playlist lagu yang harus saya bawakan. Setelah mendengar hal itu, saya mulai dilema dengan apa yang mereka tawarkan, antara menerima tawaran itu tapi saya tidak bisa menjadi diri saya, atau menolak dengan konsekuensi bahwa saya tidak mendapatkan pekerjaan itu. Akhirnya saya pun memutuskan menolak, dan pekerjaan itu banyak diambil oleh beberapa 'musisi' yang beberapa mungkin saya kenal. Saya tidak bilang bahwa saya lebih baik daripada mereka, terlalu subjektif rasanya jika itu saya katakan.


Pointnya adalah, sampai detik ini saya belum bisa menemukan garis tengah yang mampu memisahkan antara idealis dan komersialis. Mungkin, karena saya masih terlalu muda, masih menggebu - gebu dengan gairah dan keputusan saya, entahlah. Seperti kata Tan Malaka, "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda." Menurut saya, idealis itu adalah sebuah pilihan yang mungkin tidak bisa dicampur adukkan dengan kebutuhan. Setelah menua, kebutuhan akan semakin kompleks, dan mungkin disitulah perlahan idealisme itu akan luntur.

"I'd rather be hated for who I am, than loved for who I am not." (Saya lebih baik dibenci menjadi diri saya, daripada dicintai menjadi orang lain.)

- Kurt Cobain (Nirvana)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun