Mohon tunggu...
Yuliyanto S. Pd
Yuliyanto S. Pd Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Membiasakan untuk menjadi bisa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyempurnakan Belajar Dengan Silaturrahim

4 September 2011   03:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:15 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Silaturrahmi dan Silaturrahim
Dua kata itu sangat sering kita katakan dalam beberapa kesempatan, terlebih pada saat ini yang masih dalam suasana lebaran. Mana yang memiliki makna lebih mendalam? Dalam sebuah ceramah halal bihalal yang pernah saya ikuti, dengan gaya joke, ustad mengawalinya dengan memaknai kedua kata tersebut. Silaturrahmi dikatakan berasal dari kata rahmi yang berarti kaki/pupu. Jadi silaturrahmi berarti mempererat tali persaudaraan seperti eratnya saudara sepupu. Sedangkan silaturrahim berasal dari kata rahim (perut/kandungan). Jadi silaturrahim diartikan mempererat tali persaudaraan seperti eratnya saudara kandung. Dengan demikian silaturrahim mempunyai makna lebih mendalam daripada silaturrahmi.

Belajar
Bicara soal belajar tidak akan ada habisnya, karena selama kita hidup pasti akan selalu melakukannya. Salah satu guru saya mengatakan, dua hal yang tidak mengenal batasan usia adalah belajar dan cinta.
Banyak para ahli memberikan pengertian mengenai belajar yang apabila kita ambil intinya merujuk pada satu kata kunci yaitu sebuah proses untuk memperoleh perubahan perilaku yang berbentuk kecakapan verbal, intelektual dan motorik.

Tahapan Belajar
Berikut ini sebuah nasehat bijak tentang belajar dari Melvin L. Silberman yang merupakan perluasan kata-kata bijak Konfusius :
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan, saya pahami.
Yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya tahu dan terampil.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.

Berdasarkan nasehat itu, tampak bahwa untuk bisa menguasai sesuatu diperlukan tahapan: mendengar, melihat (membaca), menanyakan, menerapkan, dan mengajarkan.

Membaca merupakan kunci sukses pertama dalam belajar. Dari membaca kita menjadi tahu banyak hal.

Mendengarkan dilakukan untuk menyamakan persepsi, antara yang sudah kita baca dengan penjelasan (yang disampaikan) oleh orang lain (nara sumber). Bisa juga dilakukan untuk memperoleh informasi baru (jika sebelumnya belum pernah membaca).

Membaca dan mendengarkan merupakan tahapan yang harus selalu dilakukan dalam belajar. Urutannya bisa membaca dulu baru mendengarkan atau sebaliknya. Jika yang pertama dilakukan adalah mendengarkan, harus diikuti dengan membaca (melihat).

Tahapan bertanya dilakukan jika terdapat ketidaksesuaian antara yang kita baca dan kita dengar dari   penjelasan (yang disampaikan) oleh orang lain (nara sumber). Di samping itu, tahap ini bisa juga dilakukan dalam rangka memperoleh penjelasan yang lebih mendalam tentang sesuatu yang sedang dipelajari. Bagi sebagian orang, tahapan ini bisa tidak dilakukan karena sudah cukup dengan membaca dan mendengarkan.

Tahapan selanjutnya adalah melakukan (menerapkan). Melalui tahapan ini pengalaman kita (baik yang menyenangkan atau tidak) akan menjadi semakin banyak, dan dengan pengalaman yang banyak maka kita akan menjadi semakin terampil.

Akhirnya, untuk bisa menguasai yang kita pelajari, kita dituntut mengajarkannya sebagai penyempurna 4 tahapan sebelumnya. Cara yang paling mudah dan murah untuk melakukan tahapan ini adalah melalui silaturrahim baik secara langsung atau melalui media (jejaring sosial). Melalui hal ini kita bisa melakukan tanya-jawab (diskusi) tentang berbagai hal untuk memperluas/memperdalam dan atau mengajarkan tentang sesuatu yang sudah kita baca, dengar, dan mungkin lakukan. Dengan semangat silaturrahim di hari lebaran ini mari kita sempurnakan semangat belajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun