Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Metode Dasar Meditasi (Bagian 1)

13 Oktober 2011   12:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:00 6695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh Ajahn Brahm

Meditasi adalah cara untuk melepas. Dalam meditasi Anda melepas dunia luar yang ruwet untuk meraih kedamaian batin yang mantap. Dalam semua jenis mistisisme dan tradisi spiritual, meditasi adalah jalan menuju pikiran yang murni dan kokoh. Pengalaman pikiran yang murni ini, terlepas dari dunia luar, luar biasa nikmat. Ini adalah kebahagiaan yang lebih nikmat daripada seks.

Dalam berlatih meditasi, akan diperlukan kerja keras, terutama pada permulaannya, tetapi jika Anda teguh, meditasi akan membawa Anda pada keadaan yang sangat indah dan penuh makna. Memang sudah hukum alam bahwa tanpa perjuangan kita tidak akan maju. Entah anda seorang umat awam, bhikkhu, atau bhikkhuni, jika tidak berupaya Anda tidak akan ke mana-mana.

Upaya saja tidak cukup. Upaya perlu kepiawaian. Ini berarti mengarahkan energi Anda ke hal-hal yang tepat saja dan mempertahankannya sampai tugas usai. Upaya piawai tidaklah menghalangi atau mengganggu; malahan menghasilkan indahnya kedamaian dari meditasi yang mendalam.

Sasaran Meditasi

Untuk mengetahui ke mana upaya Anda harus diarahkan dalam meditasi, Anda harus memiliki pemahaman jernih akan sasaran meditasi. Sasaran meditasi ini adalah kesunyian nan indah, keheningan, dan kebeningan pikiran. Jika Anda mampu memahami sasaran tersebut, maka penerapan upaya dan cara-cara untuk mencapai sasaran itu menjadi jauh lebih jelas. Upaya diarahkan untuk melepas, untuk mengembangkan pikiran yang cenderung tidak melekat. Salah satu pernyataan Buddha yang sederhana dan mendalam adalah “seorang meditator yang menggunakan pelepasan sebagai objek utama, dengan mudah mencapai samadhi (konsentrasi),” itulah, keheningan berkesadaran, sasaran dari meditasi (Samyutta Nikaya 48,9). Meditator seperti itu mencapai keadaan sukacita batiniah ini nyaris secara otomatis. Buddha telah mengatakan bahwa sebab-sebab utama bagi pencapaian meditasi mendalam dan peraihan keadaan dashyat ini adalah kemampuan untuk menanggalkan, untuk melepaskan, untuk meninggalkan.

Melepas Beban-beban Kita

Selama meditasi, kita tidak boleh mengembangkan pikiran yang mengumpulkan dan mencengkeram segala sesuatu. Alih-alih kita mesti mengembangkan pikiran yang rela untuk melepas, untuk membuang segala beban. Dalam keseharian, kita harus menanggung beban dari banyak tugas, seperti membawa banyak kopor berat, tetapi semasa meditasi bagasi-bagasi semacam itu tidak diperlukan. Dalam meditasi, bongkarlah sebanyak mungkin bagasi. Memikirkan tugas dan pencapaian itu bagaikan beban berat menekan Anda. Tinggalkan mereka dengan rela tanpa menoleh ke belakang.

Sikap pikiran yang cenderung pasrah akan menuntun Anda memasuki meditasi mendalam. Bahkan selama tahap-tahap awal meditasi, lihatlah apakah Anda mampu membangkitkan energi pelepasan – kerelaan untuk membiarkan segala sesuatu berlalu. Saat Anda membiarkan hal-hal berlalu dalam pikiran Anda, Anda akan merasa jauh lebih lega dan lebih bebas. Dalam meditasi, pelepasan terjadi dalam tahap-tahap, selangkah demi selangkah.

Meditator itu bagaikan burung yang membubung ke angkasa dan menuju puncak. Burung tak pernah membawa-bawa kopor! Meditator yang piawai membubung bebas dari semua beban mereka dan mendaki puncak pikiran mereka yang menawan. Di puncak pencerapan semacam itulah meditator akan memahami, dari pengalaman langsung mereka sendiri, makna dari apa yang kita sebut “pikiran”. Pada saat yang sama mereka juga akan memahami sifat apa yang kita sebut “diri”, “Tuhan”, “dunia”, “alam semesta”, segalanya. Di sanalah mereka menjadi tercerahkan – bukan di alam pemikiran-pemikiran, tetapi di puncak keheningan yang membubung dalam pikiran mereka.

Tulisan ini akan bermanfaat bagi mereka yang ingin bermeditasi untuk meringankan beban-beban kehidupan, tetapi karena rintangan atau keengganan, tidak akan memacu meditasi sampai ke tataran-tataran sukacita dan pencerahan. Bahkan bagi pemula sekalipun, bila dipraktikkan dengan benar meditasi akan membangkitkan kebahagiaan yang berarti.

Mungkin Anda ingin cepat-cepat melewati tahap-tahap awal meditasi ini, tetapi berhati-hatilah jika Anda begitu. Jika Anda melewati langkah-langkah awal ini dengan terburu-buru, jangan-jangan persiapan Anda belum tuntas. Ini seperti mencoba membangun rumah di atas pondasi yang asal-asalan – bangunan menjulang dengan sangat cepat, tetapi juga bisa runtuh dengan segera! Alangkah bijaknya jika Anda melewatkan cukup waktu untuk membuat dasar dan pondasi yang kokoh. Kemudian, ketika Anda meneruskan ke tataran yang lebih tinggi – keadaan sukacita meditasi – keadaan tersebut akan stabil.

Tahap Pertama: Kesadaran Saat Ini

Ketika saya mengajar meditasi, saya senang mengawali dari tahap sederhana meletakan bagasi masa lampau dan masa depan. Mungkin Anda pikir ini adalah hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi tidaklah begitu. Melepas masa lalu berarti tidak memikirkan pekerjaan Anda, keluarga Anda, komitmen Anda, tanggung jawab Anda, suka-duka masa kanak-kanak Anda, dan sebagainya. Anda melepas seluruh pengalaman lampau dengan menunjukkan ketidaktertarikan sama sekali terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Selama meditasi Anda menjadi seseorang yang tidak punya sejarah. Anda tidak berpikir tentang di mana Anda tinggal, di mana Anda lahir, siapa orang tua Anda, atau seperti apa Anda dibesarkan. Semua sejarah tersebut Anda tinggalkan. Dengan cara ini, jika Anda bermeditasi dengan orang lain, setiap orang menjadi setara – seorang meditator belaka. Tak pandang apakah Anda seorang meditator kawakan atau hanya seorang pemula.

Jika kita menanggalkan semua sejarah itu, kita menjadi setara dan bebas. Kita membebaskan diri kita dari berbagai tetek bengek, persepsi, dan gagasan yang membatasi kita, yang menghentikan kita dari pengembangan kedamaian yang lahir dari pelepasan. Setiap bagian dari sejarah kita akhirnya dilepaskan, bahkan kenangan akan apa yang baru saja terjadi. Apa pun yang telah terjadi tidak lagi menarik minat kita, dan kita membiarkannya berlalu. Hal-hal itu tidak lagi berkecamuk dalam pikiran kita.

Saya menggambarkan ini sebagai mengembangkan pikiran seperti sebuah kamar berdinding empuk. Ketika pengalaman, persepsi, atau gagasan apa pun menghantam dinding kamar, hal-hal itu tidak dipantulkan kembali. Hal-hal itu meresap ke dalam bantalandan berhenti di sana. Masa lampau tidak bergema dalam kesadaran kita. Sebagian orang merasa jika mereka merenungi masa lampau, entah bagaimana mereka dapat belajar dari masa lampau dan memecahkan masalah mereka. Namun, ketika menatap masa lampau, kita secara terus-menerus memandang melalui lensa-lensa yang terdistorsi. Apa pun nampaknya yang kita pikirkan, pada kenyataannya hal itu tidak mirip sama sekali! Inilah sebabnya mengapa orang-orang berdebat tentang kejadian-kejadian yang bahkan baru saja terjadi.

Hal ini diketahui dengan baik oleh polisi yang menyelidiki kecelakaan lalu lintas bahwa dua orang saksi mata, yang keduanya jujur penuh, bisa memberikan laporan yang saling bertentangan mengenai suatu kecelakan. Ketika kita menyadari betapa tak dapat diandalkannya ingatan kita, kita tidak akan mengagung-agungkan masa lampau kita. Kita bisa menguburnya, sebagaimana kita mengubur orang yang sudah tewas. Kita mengubur peti mati atau memperabukan jenazah, dan bereslah semua.

Jangan berkutat pada masa silam. Jangan membawa-bawa peti mati yang penuh dengan kenangan-kenangan mati. Jika Anda melakukannya, Anda akan memberatkan diri Anda dengan beban-beban berat yang tidak benar-benar Anda miliki. Ketika Anda membiarkan masa silam berlalu, Anda akan merasa terbebas saat ini. Begitu pula masa depan – antisipasi, rasa takut, rencana, dan harapan – biarkanlah berlalu juga. Suatu kali Buddha bersabda, “Apa pun yang engkau pikir akan terjadi, hal itu selalu menjadi sesuatu yang berbeda.” (Majjhima Nikaya 113,21). Masa depan dikenali para bijak sebagai tak pasti, tak diketahui, dan tak terduga. Mengantisipasi masa depan seringkali sia-sia belaka, dan dalam meditasi hal ini selalu merupakan pemborosan waktu besar-besaran.

Pikiran Itu Mengagumkan dan Aneh

Tatkala Anda bekerja dengan pikiran Anda, Anda mendapati bahwa pikiran itu begitu aneh. Pikiran dapat melakukan hal-hal yang mengagumkan dan tak terduga. Para meditator yang mengalami saat-saat sulit untuk mencapai kedamaian pikiran terkadang mulai berpikir, “Ini dia, lagi-lagi saatnya frustasi.” Tetapi seringkali terjadi keanehan: meskipun mereka bersiap-siap gagal, toh mereka berhasil juga mencapai tataran meditasi yang sangat damai.

Baru-baru ini saya mendengar tentang seorang pria yang baru pertama kali ikut retret meditasi 10 hari. Setelah hari pertama, saking merasa sakitnya, dia meminta pulang saja. Gurunya berkata, “Tinggallah satu hari lagi dan rasa sakit itu akan lenyap, saya jamin.” Jadi ia tinggal sehari lagi, tetapi rasa sakit itu malah bertambah parah. Jadi sekali lagi ia ingin pulang saja. Sang guru mengulangi petunjuknya, “Sehari lagi saja dan rasa sakit itu akan pergi.” Dia pun tinggal sampai hari ketiga, tetapi rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Setiap petang selama sembilan hari ia mendatangi gurunya dan minta izin pulang. Dan sang guru berkata, “Sehari saja lagi dan rasa sakit itu akan lenyap.” Alangkah terkejutnya ia, saat mulai duduk pada hari terakhir, rasa sakit itu lenyap dan tidak kumat lagi. Ia mampu duduk dalam waktu yang lama dan tanpa rasa sakit sama sekali. Ia terpukau pada betapa ajaibnya pikiran ini dan betapa pikiran mampu menghasilkan hasil tak terduga semacam itu. Jadi Anda tidak dapat mengetahui masa depan. Masa depan bisa menjadi begitu asing, begitu aneh di luar dugaan Anda. Pengalaman-pengalaman seperti yang dialami pria tersebut dapat memberikan Anda kebijaksanaan dan keberanian untuk meninggalkan segala gagasan dan pengharapan tentang masa depan.

Kalau selama meditasi Anda berpikir, “Berapa menit lagi waktunya? Berapa lama lagi saya harus menahan ini?” itu namanya berkelana ke masa depan. Rasa sakit bisa lenyap dalam kedipan mata. Hanya saja Anda tidak dapat menduga kapan hal tersebut akan terjadi. Selama retret, Anda mungkin merasa bahwa meditasi Anda tidak ada yang berjalan dengan baik. Tetapi pada sesi berikutnya Anda mungkin kuat duduk bermeditasi dan segalanya menjadi begitu damai dan lancar, “Wow!” pikir Anda. “Sekarang saya mampu bermeditasi!” Tetapi, sesi berikutnya kembali separah yang pertama. Apa yang terjadi di sini?

Guru meditasi pertama saya pernah mengatakan sesuatu kepada saya yang waktu itu kedengaran cukup aneh. Beliau bilang bahwa tidak ada yang namanya meditasi yang jelek. Beliau benar. Semua sesi meditasi yang Anda sebut jelek atau bikin frustasi adalah saat Anda bekerja keras demi “upah” Anda. Ini seperti seseorang yang sepanjang hari bekerja keras tetapi di penghujung hari tidak memperoleh uang. “Buat apa saya bekerja keras?” pikirnya. Ia bekerja lagi sepanjang hari Selasa dan masih saja tidak memperoleh apa-apa. Hari buruk lagi. Sepanjang Rabu dan Kamis ia bekerja, dan tetap saja nihil hasil. Empat hari buruk berturut-turut. Lalu tibalah hari Jumat. Ia bekerja keras persis seperti sebelumnya, dan pada akhir hari itu si bos memberinya upah. Wow! Mengapa tidak setiap hari adalah hari gajian?

Mengapa tidak setiap sesi meditasi adalah hari gajian? Mengertikah Anda maksud kiasan itu? Selama sesi-sesi meditasi yang sulit, Anda membangun kredit Anda, dasar-dasar keberhasilan Anda. Selama sesi meditasi yang sukar, Anda membangun kekuatan Anda, yang menciptakan momentum bagi kedamaian. Lantas, ketika telah cukup kredit, pikiran masuk ke dalam meditasi yang baik, dan itu adalah hari gajian. Tetapi Anda harus ingat bahwa di dalam apa yang disebut meditasi buruklah, sebagian besar pekerjaan dirampungkan.

Masa Lampau dan Masa Depan Adalah Beban

Dalam sebuah retret yang saya bawakan, selama sebuah wawancara seorang wanita bertutur kepada saya bahwa ia merasa kesal sepanjang hari kepada saya, tetapi karena dua alasan yang berbeda. Pada awal meditasinya ia mengalami masa-masa sulit dan kesal kepada saya karena tidak segera membunyikan lonceng untuk mengakhiri sesi itu lebih awal. Pada sesi meditasi berikutnya ia masuk ke dalam yang damai permai dan kesal kepada saya karena membunyikan lonceng terlalu cepat. Rentang waktu semua sesi itu sama, persis satu jam.

Ketika Anda mengantisipasi masa depan dengan berpikir, “Berapa menit lagi lonceng berbunyi?” Anda menyiksa diri sendiri. Jadi berhati-hatilah untuk tidak membawa-bawa beban yang berat “Masih berapa menit lagi?” atau “Habis ini saya ngapain?”. Jika itu yang Anda pikirakan, Anda tidak sedang memusatkan perhatian pada apa yang sedang terjadi saat ini. Anda sedang mencari-cari masalah. Anda tidak sedang bermeditasi.

Dalam tahap meditasi ini jagalah perhatian Anda tepat pada saat ini, sampai titik di mana Anda bahkan tidak tahu hari apa ini dan jam berapa sekarang. Pagi? Sore? – entahlah! Semua yang Anda tahu adalah momen apakah saat ini. Dengan cara ini, Anda akan tiba pada “waktu vihara” nan indah ini, di mana Anda hanya bermeditasi pada saat ini. Anda tidak tahu berapa menitkah telah berlalu atau masih berapa lama sisa waktunya. Anda bahkan tidak ingat hari apakah sekarang.

Suatu kali, sebagai seorang bhikkhu muda di Thailand, saya pernah benar-benar lupa tahun berapakah waktu itu! Sungguh mengagumkan hidup di alam tanpa waktu, sebuah alam yang jauh bebas ketimbang dunia yang digerakkan oleh waktu yang biasa kita tinggali. Di alam tanpa waktu, Anda mengalami momen ini – seperti halnya orang-orang bijak telah mengalami momen ini selama ribuan tahun. Anda telah tiba pada realita saat ini.

Realita saat ini itu mengagumkan dan hebat. Ketika Anda telah melepas seluruh masa lampau dan seluruh masa depan, itu seakan Anda sudah benar-benar hidup. Anda ada di sini. Ini adalah tahap pertama meditasi, hanya kesadaran ini yang bertahan pada saat ini. Dengan mencapai tahap ini, Anda telah merampungkan urusan yang besar. Anda telah melepaskan beban pertama yang dapat menghalangi meditasi mendalam. Jadi, penting sekali terus berusaha untuk membuat tahap awal ini menjadi kuat, kokoh, dan mantap.

Tahap Dua: Kesadaran Hening Saat Ini

Pada bagian awal saya menggambarkan tujuan meditasi ini: keheningan yang indah, ketenteraman, dan kejernihan pikiran yang mengandung pandangan cerah yang paling mapan. Anda telah melepaskan beban pertama yang dapat menghalangi meditasi mendalam. Sekarang Anda mesti lanjut ke keheningan pikiran yang bahkan jauh lebih indah dan murni.

Keheningan Artinya Tanpa Komentar

Dalam membahas tahap kedua ini, kita perlu menjernihkan perbedaan antara mengalami kesadaran hening akan momen saat ini dan memikirkan tentang hal itu. Perumpamaan tentang menonton pertandingan tenis di televisi bisa membantu penjelasan. Anda bisa perhatikan bahwa ada dua pertandingan yang berlangsung secara bersamaan: pertandingan yang Anda saksikan di layar televisi dan pertandingan yang Anda dengar menurut penuturan komentator. Komentar-komentar itu sering tidak apa adanya. Jika orang Australia bermain melawan orang Amerika, misalnya, penyiar olahraga Australia agaknya menyampaikan ulasan yang sangat berbeda dengan ulasan versi penyiar Amerika. Dalam perumpamaan ini, menonton televisi tanpa ulasan mewakili kesadaran hening dalam meditasi dan memusatkan perhatian pada ulasan mewakili berpikir tentang meditasi. Anda mesti berpikir bahwa Anda semakin mendekati kebenaran ketika Anda mengamati tanpa komentar, tatkala Anda hanya mengalami kesadaran hening saat ini.

Kadang kita beranggapan bahwa melalui komentar dalam hati kita dapat mengetahui dunia. Kenyataannya, omongan dalam hati sama sekali tidak tahu tentang dunia. Justru omongan dalam hati itulah yang memutar khayalan-khayalan yang menyebabkan penderitaan. Omongan dalam hati itulah yang menyebabkan kita marah kepada musuh-musuh kita dan menyebabkan kelekatan yang berbahaya terhadap orang-orang yang kita kasihi. Omongan dalam hati menyebabkan segala masalah kehidupan, membangun rasa takut dan rasa bersalah, rasa resah dan depresi. Omongan dalam hati menciptakan ilusi-ilusi selihai aktor yang piawai mengakali penonton untuk menciptakan kengerian atau keharuan. Jadi jika Anda mencari kebenaran, Anda mesti menghargai kesadaran hening saat ini dan, ketika sedang bermeditasi, anggaplah hal ini sebagai hal yang lebih penting daripada gagasan apa pun.

Apresiasi berlebihan yang kita berikan kepada ide-ide kita sendirilah yang menjadi rintangan utama dalam mencapai kesadaran hening. Jika kita cukup bijak untuk mengesampingkan pentingnya berpikir dan lebih menyadari pentingnya kesadaran hening, pintu menuju keheningan batin akan terkuak.

Suatu cara yang efektif untuk mengatasi komentar dalam hati adalah mengembangkan kesadaran saat ini yang semakin murni. Anda mengamati setiap momen dengan begitu dekatnya sampai-sampai Anda tidak punya waktu untuk berkomentar tentang apa yang barusan terjadi. Suatu gagasan seringkali adalah suatu opini yang barusan terjadi: “Itu bagus”, “Itu jelas”, “Apa itu tadi?”. Semua komentar ini berkenaan dengan pengalaman sebelumnya. Ketika Anda mencatat atau membuat komentar tentang pengalaman yang telah berlalu, Anda tidak akan memerhatikan pengalaman yang baru saja tiba. Anda bercengkerama dengan tamu lama dan mengabaikan tamu yang baru datang.

Untuk mengembangkan pengibaratan ini, bayangkan pikiran Anda sebagai tuan rumah dalam suatu pesta, menyambut para tamu yang masuk melewati pintu. Jika seorang tamu tiba dan Anda mulai ngobrol ke sana ke mari dengan orang itu, maka Anda tidak melaksanakan tugas Anda untuk memberikan perhatian kepada setiap tamu yang datang. Karena setiap tamu tiba di depan pintu setiap saat, Anda harus menyapa setiap orang dan bergegas menyambut tamu berikutnya. Anda tidak boleh terlibat percakapan yang sangat singkat sekalipun dengan tamu mana pun, karena ini berarti kehilangan tamu yang datang berikutnya. Dalam meditasi, pengalaman datang satu per satu ke dalam pikiran melalui pintu-pintu indera kita. Jika Anda dengan sadar menyapa satu pengalaman dan mulai bercakap-cakap dengannya, Anda akan melewatkan pengalaman berikut yang persis mengikutinya.

Ketika Anda sepenuhnya berada dalam momen setiap pengalaman, dengan setiap tamu yang datang ke dalam pikiran Anda, dengan begitu saja Anda tidak menyediakan tempat bagi omongan dalam hati. Anda tidak dapat mengobrol dengan diri sendiri karena Anda sepenuhnya sibuk dengan sadar menyambut segala sesuatu yang baru tiba. Ini namanya memperhalus kesadaran saat ini menuju tataran yang menjadikannya sebagai kesadaran hening kekinian pada setiap momen.

Dengan mengembangkan keheningan batin, Anda melepaskan beban berat lainnya. Ini seolah Anda membawa-bawa ransel berat di punggung Anda selama 30 atau 50 tahun secara terus-menerus, dan selama itu Anda harus menempuh perjalanan bermil-mil yang melelahkan. Sekarang Anda sudah punya keberanian dan menemukan kebijaksanaan untuk menaruh ransel itu di tanah barang sekejap. Anda merasa amat sangat lega, begitu enteng, dan begitu terbebas, sekarang Anda tak terbebani.

Teknik lain yang bermanfaat untuk mengembangkan keheningan batin adalah mengenali jeda-jeda di antara pemikiran-pemikiran, atau di antara masa-masa percakapan dalam hati. Amatilah baik-baik dengan kesadaran yang tajam ketika satu pemikiran berakhir dan sebelum pemikiran lainnya mulai muncul – itu dia! Itulah kesadaran hening! Pada awalnya itu mungkin hanya sementara saja, tetapi selama Anda mengenali keheningan fana itu, Anda menjadi terbiasa dengannya. Dan kalau Anda terbiasa dengannya, keheningan itu akan lebih awet. Anda mulai menikmati keheningan, begitu pada akhirnya Anda menemukannya, dan itulah sebabnya mengapa keheningan itu bertumbuh. Namun ingat, keheningan itu pemalu. Jika keheningan mendengar Anda membicarakannya, ia akan menghilang seketika!

Keheningan Itu Menyenangkan

Sungguh hebat jika kita semua mampu melepaskan percakapan dalam hati dan tinggal dalam kesadaran hening momen saat ini dalam waktu yang cukup lama untuk menyadari betapa menyenangkannya hal itu. Keheningan itu jauh lebih produktif akan kebijaksanaan dan kejernihan ketimbang berpikir. Ketika kita menyadari hal ini, keheningan menjadi jauh lebih menarik dan penting. Pikiran akan cenderung ke arah ini, terus mencari-carinya, sampai ke titik di mana pikiran akan terlibat dalam proses berpikir hanya jika benar-benar perlu., hanya jika ada maksud baginya. Begitu kita menyadari bahwa kebanyakan pemikiran kita tidaklah bernilai, tidak membawa kita ke mana-mana dan hanya menyebabkan sakit kepala, dengan senang hati dan mudahnya kita melepaskan banyak waktu dalam keheningan batin. Tahap kedua dari meditasi ini, makanya, adalah kesadaran hening saat ini. Kita bisa jadi melewatkan banyak waktu untuk mengembangkan dua tahap pertama ini, karena jika kita mampu meraih titik ini, kita benar-benar sudah menempuh jalan yang panjang dalam meditasi kita. Di dalam kesadaran hening “saat ini saja”, kita mengalami begitu banyak kedamaian, sukacita, dan kebijaksanaan sebagai hasilnya.

Tahap Tiga: Kesadaran Hening Saat Ini Pada Napas

Jika kita ingin melangkah lebih jauh, alih-alih dengan hening menyadari apa pun yang datang ke dalam pikiran, kita memilih kesadaran hening saat ini terhadap satu hal saja. Satu hal ini bisa berupa pengalaman bernapas, gagasan tentang cinta kasih (metta), lingkaran berwarna yang divisualisasikan dalam pikiran (kasina), atau beberapa titik kesadaran lainnya yang tidak lazim. Di sini saya akan menguraikan tentang kesadaran hening saat ini pada napas.

Kemanunggalanan Versus Keragaman

Memilih untuk mematok perhatian kita pada satu hal berarti melepas keragaman dan berpindah ke lawannya, kemanunggalan. Tatkala pikiran mulai menyatu dan perhatian bertahan pada satu hal saja, pengalaman kedamaian, sukacita, dan kekuatan meningkat secara signifikan (bermakna). Di sini kita menemukan bahwa keragaman berarti juga sebagai beban. Ini seperti memiliki enam pesawat telepon di atas meja Anda. Membuang keragaman dan hanya memperkenankan satu pesawat telepon (saluran pribadi, begitulah) di meja Anda merupakan kelegaan tersendiri yang membangkitkan sukacita. Pemahaman bahwa keragaman merupakan beban berat adalah penting sekali sekali agar kita mampu fokus pada pernapasan.

Kesabaran Tekun Adalah Jalan Tercepat

Jika Anda telah mengembangkan kesadaran hening saat ini dengan cermat dan seksama selama periode yang panjang, Anda akan mendapati bahwa cukup mudah untuk mengalihkan kesadaran itu pada napas dan mengikuti napas dari momen ke momen tanpa tercela. Ini karena dua rintangan pada meditasi pernapasan telah teratasi. Yang pertama dari dua rintangan itu adalah kecenderungan pikiran untuk melayang ke masa lalu atau masa depan, dan rintangan kedua adalah percakapan dalam hati. Inilah sebabnya mengapa saya mengajarkan dua tahap persiapan akan kesadaran saat ini dan kesadaran hening saat ini sebagai suatu persiapan yang kokoh untuk meditasi pernapasan yang lebih mendalam.

Sering terjadi para meditator memulai meditasi pernapasan ketika pikiran mereka masih melompat-lompat di antara masa lampau dan masa depan dan ketika kesadaran mereka masih hanyut oleh ulasan-ulasan dalam hati. Tanpa persiapan yang baik mereka merasa meditasi pernapasan itu sulit, bahkan mustahil, dan menyerah putus asa. Mereka menyerah karena mereka tidak mulai di tempat yang benar. Mereka tidak melakukan upaya persiapan sebelum mengambil napas sebagai fokus perhatian mereka. Akan tetapi, jika pikiran mereka telah dipersiapkan baik-baik dengan menunaikan dua tahap pertama tersebut, maka ketika Anda beralih pada napas, dengan mudah Anda mampu mempertahankan perhatian Anda pada napas. Jika Anda menemui kesulitan untuk memerhatikan napas Anda, ini adalah tanda bahwa Anda telah terburu-buru melewatkan dua tahap pertama. Kembalilah ke latihan persiapan. Kesabaran tekun adalah jalan tercepat.

Tak Masalah di Mana Anda Mengawasi Napas

Ketika Anda fokus pada napas, Anda berfokus pada pengalaman bernapas yang terjadi saat ini. Anda mengalami apa yang dikerjakan oleh napas, apakah napas masuk, napas keluar, atau di antaranya. Sebagian guru mengatakan untuk mengawasi napaspada ujung hidung, sebagian guru lain bilang untuk mengamati napas pada perut, dan beberapa lainnya bilang untuk pindah ke sana ke mari. Melalui pengalaman, saya telah menemukan bahwa tak masalah di mana Anda mengawasi napas. Sesungguhnya yang terbaik adalah tidak menempatkan napas di mana pun. Jika Anda menempatkan napas di ujung hidung Anda, maka hal itu menjadi “kesadaran hidung” bukan kesadaran napas, dan jika Anda meletakkannya di perut Anda maka hal itu menjadi“kesadaran perut”. Tanya diri Anda sendiri saat ini, “Apakah saya sedang menarik napas atau sedang menghembuskan napas? Bagaimana saya tahu?“ Itulah! Pengalaman memberitahu Anda apa yang Anda perhatikan. Abaikan soal di mana pengalaman itu berlokasi. Fokus saja pada pengalaman itu sendiri.

Kecenderungan untuk Mengendalikan Napas

Masalah umum yang terjadi pada tahap ini adalah kecenderungan untuk mengendalikan napas dan ini membuat napas menjadi tidak nyaman. Untuk mengatasi kesulitan ini, bayangkanlah Anda sebagai seorang penumpang di dalam sebuah mobil yang melihat melalui jendela napas Anda. Anda bukan sopir ataupun sopir cadangannya. Jadi berhentilah memberikan perintah, biarkanlah, dan nikmati saja perjalanan Anda. Biarkan napas melakukan pernapasan dan tonton saja.

Ketika Anda mampu menyadari napas masuk atau keluar kira-kira seratus pernapasan berturut-turut, tanpa terlewati sekali pun, berarti Anda telah mencapai apa yang saya sebut sebagai tahap ketiga dari meditasi ini, yang meliputi perhatian yang terus-menerus pada napas. Hal ini lagi-lagi lebih damai dan menyenangkan ketimbang tahap sebelumnya. Untuk pergi lebih dalam, bidikan Anda berikutnya adalah perhatian sinambung penuh pada napas.

Tahap Empat: Perhatian Sinambung Penuh Pada Napas

Tahap keempat terjadi ketika perhatian Anda meluas ke perhatian setiap momen tunggal pernapasan. Anda menyadari penarikan napas persis saat itu juga, ketika sensasi perdana penarikan napas muncul. Lalu Anda mengamati saat sensasi-sensasi tersebut berkembang secara bertahap melalui seluruh rangkaian satu tarikan napas, tidak kehilangan satu momen pun dalam penarikan napas tersebut. Ketika penarikan napas tersebut selesai, Anda menyadari momen itu. Anda melihat dalam pikiran Anda pergerakan terakhir dari penarikan napas tersebut. Kemudian Anda melihat momen berikutnya sebagai sebuah jeda antarnapas, lalu lebih banyak momen jeda lagi sampai penghembusan napas dimulai. Anda menyadari momen pertama penghembusan napas dan setiap sensasi yang mengikutinya ketika penghembusan napas berlangsung, sampai penghembusan napas itu menghilang ketika fungsinya selesai. Semua ini dilangsungkan dalam keheningan dan pada momen saat ini.

Menyingkir dari Jalan

Anda mengalami setiap bagian dari masing-masing penarikan dan penghembusan napas secara sinambung selama ratusan napas berturut-turut. Itulah sebabnya tahap ini disebut perhatian sinambung penuh pada napas. Anda tidak bisa mencapai tahap ini dengan paksa, melalui genggaman atau cengkeraman. Anda hanya dapat meraih derajat keheningan ini dengan melepas segala sesuatu di segenap alam semesta, kecuali pengalaman pernapasan sejenak yang berlangsung diam-diam ini. Sesungguhnya “Anda” tidak mencapai tahap ini, tetapi pikiranlah yang mencapainya. Pikiran melakukan pekerjaannya sendiri. Pikiran mengenali tahap ini sebagai tempat yang sangat damai dan menyenangkan untuk ditinggali, sendirian saja bersama napas. Inilah di mana pelaku, bagian utama dari ego kita, mulai sirna.

Dalam tahap meditasi ini kita menemukan bahwa kemajuan terjadi tanpa susah payah. Kita hanya perlu menyingkir dari jalan, membiarkannya berlalu, dan menonton semuanya terjadi. Pikiran secara otomatis akan mendaki, jika saja kita membiarkannya, menuju pada kemanunggalan yang sangat sederhana, damai, dan nikmat dengan menyendiri bersama satu hal, hanya bersama napas di setiap momen. Inilah kemanunggalan pikiran, kemanunggalan dalam momen, kemanunggalan dalam keheningan.

Permulaan Napas yang Indah

Tahap keempat adalah apa yang saya juluki “papan lontar” meditasi, karena dari sini kita bisa menyelam menuju keadaan sukacita. Ketika kita sekedar mempertahankan kemanunggalan kesadaran ini tanpa mencampurinya, napas akan mulai menghilang. Napas tampak mengabur saat pikiran terpusat, alih-alih pada apa yang ada di pusat pengalaman bernapas, yang merupakan kedamaian, kebebasan, dan kebahagiaan yang luar biasa.

Pada tahap ini saya memperkenalkan istilah “napas yang indah”. Di sini pikiran mengenali bahwa napas damai ini luar biasa indahnya. Kita terus-menerus menyadari napas yang indah ini, momen demi momen, tanpa rehat dalam rantai pengalaman. Kita hanya meyadari napas yang indah ini, tanpa usaha, dan untuk waktu yang lama.

Sekarang, sebagaimana hendak saya jelaskan lebih lanjut dalam bagian berikutnya, ketika napas lenyap, yang tertinggal hanyalah “yang indah”. Keindahan nirwujud menjadi objek tunggal pikiran. Pikiran sekarang mengambil pikiran sebagai objeknya sendiri. Kita tak lagi menyadari napas, tubuh, gagasan, suara, atau dunia luar. Semua yang kita sadari hanya keindahan, kedamaian, sukacita, kelegaan, atau apa pun yang disebut oleh persepsi kita nantinya. Kita hanya mengalami keindahan, secara kesinambungan, tanpa susah payah, tanpa ada sesuatu yang menjadi indah! Kita telah lama meninggalkan percakapan dalam hati, menanggalkan penggambaran dan penghakiman. Di sini pikiran sedemikian heningnya sampai-sampai tak dapat berkata apa pun. Kita baru mulai mengalami rekahan dini sukacita dalam pikiran. Sukacita itu akan berkembang, tumbuh, dan menjadi sangat kokoh dan kuat. Dan setelah itu kita bisa memasuki keadaan-keadaan meditasi yang disebut jhana.

Saya telah menguraikan empat tahap pertama meditasi. Setiap tahap mesti dikembangkan dengan baik sebelum melaju ke tahap berikutnya. Luangkan cukup waktu dalam empat tahap permulaan ini, buatlah tahap-tahap tersebut mantap dan stabil sebelum melanjutkan. Anda harus mampu dengan mudah mempertahankan tahap keempat, perhatian sinambung penuh pada napas, selama setiap momen napas tanpa terputus sekali pun selama dua atau tiga ratus napas berturut-turut. Saya tidak bilang bahwa Anda harus menghitung napas selama tahap ini; saya hanya memberikan indikasi kisaran jangka waktu yang mampu kita lewatkan dalam tahap keempat sebelum melangkah lebih jauh. Dalam meditasi, seperti yang saya sampaikan di awal, kesabaran tekun adalah jalan tercepat.

(Bersambung ke bagian 2)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun