Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 18)

8 Juli 2018   16:33 Diperbarui: 20 Juli 2018   12:03 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pada malam harinya setelah selesai makan malam, mereka berdua masih berbincang-bincang dengan santai. Kemudian Putri Di memerintahkan, "Bersihkanlah dan rapikan kamar hening, dan juga bawakan bantal dan selimut serta letakkan di dalam kamar yang telah dibersihkan. Aku akan berbincang-bincang dengan Nyonya Besar Bao untuk menghabiskan waktu sambil menanti malam yang panjang." Ibu suri melihat hal ini sesuai dengan maksud hatinya. Tiba waktunya untuk tidur, semua pelayan termasuk para dayang diperintahkan untuk mengundurkan diri dan tidak diperbolehkan masuk ke kamar kecuali dipanggil.

Karena terus-menerus memikirkan mengapa Nyonya Besar Bao tidak mengetahui usia putranya sendiri, Putri Di pun bertanya dengan sengit, "Mengapa Nyonya Besar ingin menipuku?" Ibu suri tanpa sadar berseru sambil menangis, "Kakak, apakah engkau tidak mengenaliku lagi?" Ia tidak dapat menahan kesedihannya lagi. "Apakah Nyonya Besar adalah Yang Mulia Ibu Suri Li?" kata Putri Di dengan sangat terkejut. Mata ibu suri berlinang air mata sehingga ia tidak dapat berkata sepatah kata pun.

Putri Di merasa curiga dan mendesaknya, "Saat ini di sini tidak ada orang, mengapa Nyonya tidak menceritakannya kepadaku secara perlahan-lahan?" Setelah dapat mengendalikan dirinya, ibu suri menceritakan bagaimana kesengsaraan yang ia alami saat itu, bagaimana Yu Zhong mengobankan diri untuk menggantikannya, bagaimana ia kemudian dibawa keluar menuju Chenzhou, bagaimana ia bertemu dengan Bao yang berpura-pura mengakuinya sebagai ibu kandung, bagaimana ia tinggal di kamar suci dalam kediaman Kaifeng, berkat doa Nyonya Li memohon kesembuhan matanya sehingga ia dapat melihat lagi, dan akhirnya hari ini dapat pergi ke istana memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Putri Di demi mengungkapkan kejadian yang sebenarnya.

Mendengar kisah ini, Putri Di tak disangka juga ikut menangis. Setelah beberapa lama, ia bertanya, "Apakah Nyonya memiliki buktinya?" Ibu suri segera mengeluarkan bola emas miliknya lalu memberikannya kepada Putri Di. Setelah menerimanya, ia memeriksanya di bawah cahaya lentera. Lalu seketika dengan gemetar, ia menyerahkan kembali bola itu dan segera ia berlutut sambil berkata, "Hamba tidak mengetahui Yang Mulia telah tiba; hamba melakukan banyak kesalahan. Mohon Yang Mulia Ibu Suri mengampuni hamba!"

Ibu Suri Li segera membalas sopan santun itu dengan membantu Putri Di berdiri dan berkata, "Kakak tidak perlu seperti ini. Sekarang bagaimana caranya kita dapat memberitahukan kaisar tentang hal ini?" Putri Di berterima kasih kepada ibu suri lalu berkata, "Yang Mulia tenang saja. Saya memiliki suatu rencana." Kemudian ia bercerita, "Pada hari itu Selir Liu berkomplot dengan Guo Huai untuk menukar putra mahkota dengan kucing, tetapi untungnya pelayan Kou Zhu menyerahkan putra mahkota kepada Chen Lin yang kemudian membawanya dalam kotak buah menuju Istana Nanqing untuk dibesarkan. Setelah itu putra Selir Liu meninggal karena sakit dan putra Yang Mulia Ibu Suri yang dibesarkan di Istana Nanqing dipilih untuk mengisi kekosongan posisi putra mahkota. Ketika putra mahkota berkeliling istana, ia melihat Yang Mulia di Istana Dingin; karena merasakan ikatan emosional antara ibu dan anak, putra mahkota berlinang air mata. Selir Liu menjadi curiga dan menanyai Kou Zhu dengan siksaan, namun Kou Zhu yang berhati setia bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya pada pagar pembatas tangga. Kemudian Selir Liu memfitnah Yang Mulia di hadapan kaisar terdahulu sehingga menyebabkan Yang Mulia diperintahkan bunuh diri oleh kaisar terdahulu."

Mendengar kisah ini, ibu suri seakan-akan terbangun dari mimpi dan tidak dapat menahan kesedihannya. Putri Di berusaha menghiburnya hingga akhirnya ibu suri dapat mengendalikan dirinya dan berkata, "Kakak, bagaimanakah caranya agar putraku mengetahui hal ini sehingga kami ibu dan anak dapat bertemu kembali?" "Saya akan berpura-pura jatuh sakit dan menyuruh Pengurus Ning melaporkannya kepada Yang Mulia Kaisar. Beliau pasti akan datang menjenguk orang tuanya sendiri. Pada waktu itu saya akan memberitahukan beliau kejadian yang sebenarnya." Ibu suri pun menganggap ini rencana yang bagus.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali Putri Di mengutus Pengurus Ning menuju istana untuk melaporkan kepada kaisar: "Yang Mulia Putri Di semalam tiba-tiba jatuh sakit dan penyakitnya sangat parah." Pengurus Ning yang tidak mengetahui latar belakang masalahnya tidak berani menolak perintah dan segera menuju ke istana. Putri Di juga memberitahukan hal ini kepada Pangeran Liuhe.

Pada waktu jaga kelima Kaisar Renzong baru saja akan membuka pertemuan ketika ia melihat pengurus Istana Renshou (Berbelas Kasih dan Panjang Umur) datang melaporkan, "Tadi malam Yang Mulia Ibu Suri Liu jatuh sakit, sepanjang malam tidak bisa tidur." Mendengar hal ini, kaisar terlebih dahulu pergi ke Istana Renshou menjenguk Ibu Suri Liu dan diam-diam memerintahkan agar kedatangannya tidak diberitahukan sehingga tidak mengejutkan ibu suri. Dengan langkah yang pelan-pelan kaisar memasuki kamar ibu suri. Terdengar suara erangan lalu tiba-tiba terdengar suara ibu suri berteriak, "Pelayan Kou, kamu berani-beraninya melakukan hal yang keterlaluan ini!" dan seruan "Aiya!"

Pada saat itu seorang pelayan wanita mengangkat tirai bersulam kamar tidur ibu suri. Kaisar masuk ke dalam dan duduk pada sisi tempat tidur. Ibu suri Liu tiba-tiba terbangun dan melihat kaisar di sampingnya. "Terima kasih Yang Mulia telah memperhatikanku. Saya hanya tiba-tiba terkena demam, bukan penyakit yang parah. Yang Mulia tidak perlu khawatir," kata ibu suri. Setelah memberikan penghormatan, kaisar segera memerintahkan tabib kerajaan memeriksa kondisi ibu suri. Kaisar juga memberikan beberapa kata penghiburan agar ibu suri lebih bersemangat lalu ia pergi meninggalkan tempat itu.

Baru saja kaisar meninggalkan Istana Renshou dan tiba di istana utama, pengurus Istana Nanqing tiba dan berlutut di hadapan kaisar untuk melaporkan: "Yang Mulia Putri Di semalam tiba-tiba jatuh sakit dan penyakitnya sangat parah. Hamba secara khusus datang untuk melaporkan hal ini kepada Yang Mulia." Kaisar terkejut mendengar kabar yang mendadak ini dan segera pergi menuju Istana Nanqing. Di sana ia disambut oleh Pangeran Liuhe dan menanyakan bagaimana kondisi Putri Di kepada pangeran. Pangeran menjawab dengan suara yang pelan, "Ibu semalam jatuh sakit, saat ini kondisinya agak membaik setelah beristirahat." Kaisar merasa lebih tenang mendengar hal ini. Kemudian kaisar memerintahkan para pelayannya menunggu di luar dan hanya membawa Chen Lin masuk ke dalam untuk menjenguk Putri Di. Ini sesuai dengan maksud Pangeran Liuhe yang juga mengikuti kaisar masuk ke kamar ibunya.

Suasana di dalam kamar begitu sunyi dan tenang, tidak terlihat seorang pelayan pun di dalam. Tirai bersulam tergantung tinggi di atas tempat tidur dan Putri Di sedang terbaring di dalamnya. Kaisar Renzong segera maju memberikan penghormatan. Putri Di membalikkan badannya dan tiba-tiba bertanya, "Yang Mulia, di dunia ini apakah hal yang terpenting dan tertinggi?" "Tidak ada yang lebih tinggi daripada berbakti kepada orang tua," jawab kaisar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun