Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 14)

21 April 2018   08:25 Diperbarui: 21 April 2018   08:42 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 14 -- ZHAN XIONGFEI MENGGAGALKAN UPAYA PEMBUNUHAN BAO

Walaupun Miao Xiu dan putranya kehilangan uangnya, mereka harus menderita dalam diam karena uang tersebut didapatkan secara tidak jujur sehingga tidak berani memberitahukannya kepada orang-orang. Setelah mengambil uang tersebut, Bai Yutang pergi melanjutkan perjalanannya, sedangkan Zhan Zhao juga bergegas melanjutkan perjalanan ke Tianchang.

Sementara itu, Bao setelah berhasil memecahkan kasus di desa Sanxing tengah beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Ketika tidak ada kerjaan, Bao Xing merasa penasaran dengan bantal "dewa pengelana". Ia berpikir, "Akan lebih baik jika malam ini aku diam-diam tidur dengan bantal ajaib tersebut." 

Pada malam harinya, setelah Bao tidur, ia berkata kepada Li Cai, "Saudara Li, merepotkan kamu satu malam ini. Aku beberapa hari ini tidak bisa tidur dan malam ini ingin mengambil waktu luang. Kamu berjaga malam ini. Jika Tuan ingin minum teh, kamu segera mempersiapkannya. Besok baru aku akan menggantikanmu lagi." "Kamu tenang saja, serahkan kepadaku. Kita berdua adalah pelayan pejabat kerajaan, tidak perlu membeda-bedakan tugas antara kita," kata Li.

Bao Xing mengangguk sambil tersenyum. Ia langsung masuk ke kamarnya sendiri dan melihat bantal "dewa pengelana" tersebut. Tanpa disadari ia merasa mengantuk dan menjatuhkan kepalanya di atas bantal itu. Ia pun masuk ke alam mimpi. Keluar dari pintu kamarnya, ia melihat seekor kuda hitam dengan pelana juga berwarna hitam; di kedua sisinya terdapat dua orang pelayan. Tanpa berkata apa pun keduanya membantu Bao Xing naik dan menunggangi kuda itu. Dengan secepat kilat, ia sampai di suatu tempat yang mirip dengan aula utama kantor prefektur Kaifeng.

"Bagaimana mungkin aku masih berada di kantor Kaifeng?" pikir Bao Xing. Tampak di bagian atasnya tergantung sebuah papan nama bertuliskan "Istana Yin dan Yang" Ia sedang kebingungan ketika seorang hakim akhirat datang sambil berkata, "Siapakah kamu? Beraninya menirukan Dewa Bintang dan datang membuat kekacauan!" Lalu hakim akhirat itu berseru, "Tangkap dia!" Kemudian datanglah seseorang bertubuh besar yang memakai pakaian perang berteriak keras. Bao Xing sangat ketakutan dan akhirnya terbangun dengan keringat dingin.

"Semuanya telah ditakdirkan. Aku tidak bisa menggunakan bantal ini. Hakim akhirat itu mengatakan aku menirukan Dewa Bintang. Ini artinya hanya Dewa Bintang yang bisa memakai bantal ini kelak. Tidak heran Li Keming mengatakan ia harus menyerahkannya kepada Dewa Bintang," pikir Bao Xing. 

Memikirkan hal ini membuatnya tidak bisa tidur. Dengan kesal, ia lalu bangkit dari tempat tidurnya. Terdengar suara genderang berbunyi menandakan waktu jaga keempat. Ia langsung pergi ke kamar Bao dan melihat Li Cai duduk di kursi sambil ketiduran dengan kepala menunduk ke bawah. Ia melihat sumbu pelita di sana sudah terbakar sangat panjang lalu segera memotongnya lebih pendek dengan gunting lilin.

Ia melihat di atas meja terdapat sepucuk surat. Ketika mengambil dan melihatnya, ia tanpa sadar berkata dengan suara keras, "Ini dari manakah asalnya?" Suara ini membuat Li Cai terkejut dan terbangun sambil berkata, "Aku tidak ketiduran." "Jika kamu tidak tertidur, surat ini dari manakah datangnya?" tanya Bao Xing.

Belum sempat Li Cai menjawabnya, terdengar Bao berkata, "Surat apakah itu? Bawalah ke sini untuk kulihat." Bao Xing membawakan pelita dan Li Cai mengangkat tirai kamar lalu mereka memberikan surat itu kepada Bao. Setelah membaca isinya, Bao bertanya, "Jam berapakah sekarang?" Bao Xing mengangkat pelitanya ke arah jam lalu menjawab, "Baru memasuki waktu fajar [yin = jam 3-5 pagi]." "Kita harus segera bangun," kata Bao.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun