Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 11)

3 April 2018   07:47 Diperbarui: 3 April 2018   08:24 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 11 - BAO MENGADILI SANG PENCURI, ZHAN ZHAO MENOLONG SEORANG WANITA TUA

Mendengar Zhao Hu telah menangkap Ye Qian-er, Bao segera mengutus empat orang petugas: dua orang untuk menjaga mayat wanita tersebut dan dua orang lain membawa Ye Qian-er ke pengadilan. Kemudian Bao menyuruh Zhao mengganti pakaiannya dan memuji jerih payah Zhao menyelidiki kasus ini. 

Zhao sangat bangga akan hal ini lalu masuk ke kamarnya. Pelayan Zhao telah mempersiapkan air untuk cuci muka dan pakaian ganti untuk tuannya di kamar. Zhao ketika masuk ke kamarnya memberikan pelayannya sepuluh uang perak sambil berkata, "Anak muda, berkat idemu aku bisa berbuat jasa ini." Zhao sangat gembira; setelah membersihkan dirinya ia pun tidur.

Tak lama kemudian para petugas datang membawa Ye Qian-er dalam keadaan terikat. Bao segera membuka sidang pengadilan. Ye Qian-er dibawa ke hadapan pengadilan dan dilepaskan ikatannya. "Siapakah namamu?" tanya Bao, "Mengapa tanpa alasan kamu membunuh orang? Katakanlah."

"Nama hamba Ye Qien-er, di rumah memiliki seorang ibu yang lanjut usia. Karena miskin dan hidup susah, saya menjadi pencuri. Tak disangka saya tertangkap saat pertama kali melakukan pencurian. Mohon Tuan mengampuni hamba," jawab Ye. "Kamu mencuri sudah termasuk pelanggaran hukum, mengapa kamu juga membunuh orang?" "Benar hamba mencuri, tetapi hamba tidak pernah membunuh orang."

Bao menghardik dengan memukul meja satu kali, "Kamu budak kurang ajar! Percuma menanyai kamu baik-baik jika kamu tidak mengaku. Petugas, bawa keluar dan hukum dia dengan dua puluh kali pukulan kayu." Menerima dua puluh pukulan itu meninggalkan luka memar di sekujur tubuh Ye. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku Ye Qian-er mengapa begitu tidak beruntung? Terakhir kali juga mengalami hal yang sama seperti kali ini. Benar-benar sial!"

Bao mendengar perkataan ini dan bertanya, "Terakhir kali apakah yang terjadi? Cepat katakan!" Ye mengetahui dirinya sudah keceplosan dan tidak berani mengatakan apa pun. Karena itu Bao memerintahkan, "Tampar dia! Pukul dengan keras!"

Ye dengan ketakutan berkata, "Tuan jangan marah, saya akan mengatakannya. Ini disebabkan oleh tuan tanah Bai Xiong dari desa keluarga Bai. Ketika hari ulang tahunnya, hamba datang memberikan pelayanan demi mendapatkan uang dengan berharap setelah selesai menerima sedikit bonus atau makanan. Ternyata pengurus rumahnya Bai An lebih pelit dan kikir daripada tuannya. Bukan hanya ia tidak memberikan bonus, tetapi juga tidak memberikan saya sedikit pun makanan sisa. Karenanya hamba marah sehingga mencuri di rumahnya pada malam itu."

"Kamu baru saja mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya kamu mencuri, tetapi tampaknya ini adalah kedua kalinya." "Mencuri dari tuan tanah Bai adalah pertama kalinya." "Bagaimanakah kamu mencuri darinya? Katakan," tanya Bao.

Ye bercerita, "Hamba mengingat jalan menuju rumahnya sehingga langsung menyelinap masuk melalui pintu utama dan segera bersembunyi di kamar sebelah timur. Kamar sebelah timur ini ditinggali oleh selir tuan tanah Bai bernama Yurui dan hamba mengetahui di dalam lemarinya terdapat kotak yang berisi banyak barang berharga. Ketika hamba bersembunyi, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar. Yurui membuka pintu dan masuklah seseorang lalu ia menutup pintu. Hamba dari tempat persembunyian melihat ternyata orang itu adalah pengurus Bai An. Lalu mereka berdua tertawa dengan gembira dan naik ke atas tempat tidur berkelambu. Tak lama kemudian hamba menunggu mereka tertidur kemudian diam-diam membuka lemari dan meraba-raba sebuah kotak kayu kecil yang berat tetapi mudah dibawa. Setelah mengambilnya, saya melompati tembok dan pulang ke rumah. Di atas kotak tersebut terdapat gembok, di sampingnya tergantung sebuah kunci. Hamba begitu gembira tak terkira pada malam itu. Tetapi ketika membuka kotak itu, hamba sangat terkejut karena ternyata isinya sebuah kepala manusia! Kali ini juga hamba menemukan sesosok mayat. Oleh sebab itu hamba mengatakan: 'Terakhir kali juga mengalami hal yang sama seperti kali ini.' Bukankah ini berarti hamba tidak beruntung?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun