Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 11)

3 April 2018   07:47 Diperbarui: 3 April 2018   08:24 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bao bertanya, "Kepala dalam kotak itu apakah pria atau wanita? Katakanlah." "Kepala pria." "Apakah kamu menguburkan kepala itu atau melaporkannya kepada petugas yang berwenang?" "Tidak, hamba tidak menguburkannya juga tidak melaporkannya kepada petugas yang berwenang." "Jadi bagaimanakah kamu membuang kepala tersebut?" tanya Bao lagi.

"Hamba memiliki tetangga satu desa yang sudah tua bernama Qiu Feng. Suatu hari ia memergoki hamba mencuri labu miliknya...." "Mencuri labu! Jadi ini adalah ketiga kalinya!" sela Bao.

Ye melanjutkan, "Mencuri labu sesungguhnya adalah pertama kalinya. Kakek Qiu sangat marah padaku lalu mencambukkan dengan keras menggunakan tali basah sehingga meninggalkan luka lebam. Setelah itu baru ia melepaskan hamba. Sejak saat itu hamba sangat membencinya sehingga melemparkan kepala itu ke rumahnya." Bao kemudian membuat dua buah surat perintah dan memerintahkan empat orang petugas: dua orang membawa Bai An dan dua orang membawa Qiu Feng agar keduanya hadir besok di pengadilan, sedangkan Ye Qian-er ditahan di dalam penjara.

Keesokan harinya Bao baru saja akan mandi dan belum membuka pengadilan ketika petugas yang menjaga mayat wanita itu datang melaporkan, "Hamba kemarin malam menjalankan perintah Tuan menjaga mayat tersebut. Tadi pagi hamba memeriksa dan menemukan bahwa ternyata halaman di mana mayat tersebut ditemukan adalah halaman belakang milik tukang daging Zheng, tetapi pintu utamanya terkunci. Maka hamba datang melaporkan hal ini kepada Tuan." Bao menyadari sesuatu dan berkata, "Benar sekali." Lalu petugas itu pun pergi.

Bao segera membuka sidang pengadilan dan memanggil masuk tukang daging Zheng. Ia berseru, "Dasar bajingan! Kamu sendirilah yang melakukan pembunuhan, tetapi masih mengelak dan menuduh orang lain. Kamu tidak tahu tentang kepala wanita itu, tetapi mengapa di halaman belakang rumahmu ditemukan sesosok mayat wanita? Mengakulah!" Para petugas di kedua pun berseru, "Mengakulah! Mengakulah!"

Tukang daging Zheng berpikir pasti mayat wanita itu ditemukan oleh petugas yang dikirimkan untuk menyelidiki ke tokonya dan sejenak terdiam ketakutan bagaikan patung. Beberapa saat kemudian baru ia dapat berkata, "Hamba mengaku. Hari itu pada waktu jaga kelima hamba bangun. Baru saja hamba akan memotong babi, terdengar seseorang mengetuk pintu meminta tolong. Hamba segera membuka pintu membiarkannya masuk. Terdengar juga suara orang yang mengejarnya di luar berkata, 'Karena belum ditemukan juga, besok pagi kita harus mencarinya lagi diam-diam. Dia pasti bersembunyi di suatu tempat.' Setelah berkata demikian, orang itu pun pergi. Setelah orang itu menenangkan diri, ketika hamba menyalakan lentera, ternyata ia adalah seorang wanita muda."

"Waktu itu hamba bertanya mengapa ia melarikan diri di tengah malam. Ia bercerita, 'Namaku Jinniang, aku telah diculik dan dijual ke rumah bordil. Tetapi aku adalah wanita yang berasal dari keluarga terpandang dan tidak menuruti keinginan mucikari. Kemudian putra Gubernur Jiang yang sangat berkuasa dan kaya ingin membeliku sebagai selirnya. Aku berpura-pura menyetujuinya dan menuangkan arak kepadanya untuk mengambil hatinya. Aku memberinya arak sampai ia mabuk lalu melarikan diri.' Hamba melihat wanita itu sangat cantik dan juga memakai perhiasan mutiara dan giok. Muncullah suatu niat jahat. Namun tak disangka wanita itu berteriak dan tidak membiarkanku begitu saja. Hamba mengambil pisau untuk menakut-nakutinya, tetapi tak disangka pisau tersebut mengenai lehernya dan menyebabkan kepalanya terpenggal. Ia pun tewas seketika. Tiada pilihan selain hamba melepaskan pakaiannya dan mengubur mayatnya di halaman belakang."

"Namun ketika hamba sedang mengambil jepit rambut dan perhiasan dari kepala tersebut, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan mengatakan ingin membeli kepala babi. Hamba segera memadamkan lentera. Kemudian hamba berpikir kenapa tidak membungkus kepala itu dan membuat orang tersebut membuangnya untukku? Hamba benar-benar kebingungan dan panik, tanpa berpikir panjang langsung membungkus kepala tersebut dengan kain celemek lalu menyalakan lentera. Hamba membuka pintu lalu memanggil kembali orang itu yang ternyata adalah tuan muda Han. Sangat kebetulan sekali ia tidak membawa wadah sehingga hamba langsung menyerahkan kepala manusia yang dibungkus kain itu kepadanya. Setelah ia pergi, hamba merasa menyesal. Masalah ini bagaimana mungkin menyuruh orang lain yang membuangnya? Pasti akan menimbulkan kehebohan. Jika ia membuang kepala itu, maka tidak akan ada masalah. Jika muncul masalah, hamba berpikir akan menyangkal semuanya. Tak disangka Tuan dapat memecahkannya dan menemukan mayat tersebut. Kasihanilah hamba yang tidak sengaja telah membunuh orang! Pakaian dan barang-barang wanita itu sama sekali belum hamba sentuh. Hamba benar-benar mendapatkan ketidakadilan!"

Karena sang tukang daging telah mengaku, Bao pun menyuruhnya menandatangani surat pengakuan. Kemudian seorang petugas datang melaporkan bahwa Qiu Feng telah datang. Bao memerintahkannya dibawa masuk ke ruang sidang dan menanyakan mengapa ia diam-diam menguburkan kepala pria tersebut.

Qiu Feng tidak berani berbohong dan berkata, "Malam itu hamba mendengar ada suara seperti benda jatuh di luar dan khawatir itu adalah orang yang ingin mencuri. Ketika hamba keluar rumah untuk memeriksanya, ternyata itu adalah sebuah kepala manusia. Hamba sangat ketakutan dan menyuruh pekerja Liu San menguburkan kepala itu. Tak disangka Liu San tidak mau jika tidak diberikan seratus uang perak. Hamba mau tidak mau memberikannya lima puluh uang perak, barulah ia pergi menguburkannya."

"Di manakah kepala itu dikuburkan?" tanya Bao. "Tanyakanlah kepada Liu San," jawab Qiu Feng. "Di manakah Liu San sekarang?" "Di rumah hamba."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun