Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suatu Sore di Bandar Lampung

16 Mei 2025   14:19 Diperbarui: 16 Mei 2025   17:18 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mentari sore memeluk Bandar Lampung dengan kehangatan khasnya. Di sebuah rumah sederhana, Muhammad Syahrul Azhim, bocah kelahiran 2011, tengah berkutat dengan dua buah dumbbell di ruang tengah. Delapan kilogram terasa cukup menantang bagi tubuhnya yang masih belia. Sesi latihannya hari ini sudah berjalan sekitar satu jam, dan ia masih bersemangat mengulang gerakan bicep curl.

Di rumah itu, suasana selalu ramai namun penuh kasih. Ada Bintana Nur Affifah Salma, sang kakak pertama yang cerewet dan kini tengah menimba ilmu di ITERA. Lalu ada Ibnu Abdissalam, kakak kedua yang lebih pendiam dan kini bersekolah di MAN 2. Syahrul, si bungsu, seringkali menjadi penengah di antara keduanya, meski tak jarang juga ikut meramaikan atau sekadar memperhatikan dari jauh.

Ayah Syahrul, Hatmannaja, seorang guru agama di SMKN 1, baru saja pulang mengajar. Beliau tampak lelah namun senyum hangat tak pernah luntur dari wajahnya. Ibunya, Nursiah Alam, seorang ibu rumah tangga yang selalu sigap menyiapkan segala keperluan keluarga, menyambut kepulangan sang suami dengan secangkir teh hangat. Keluarga ini memiliki akar yang kuat di Lampung. Ayah Syahrul adalah anak bungsu dari tiga belas bersaudara, sementara ibunya adalah anak pertama dari lima bersaudara.

Kisah tentang kakek dari pihak ayah, Romli bin Zahri, seorang guru ngaji yang dihormati, sering diceritakan. Begitu pula tentang neneknya, Romzah bin Ahmad Dani, yang dengan telaten mengurus rumah tangga. Dari pihak ibu, Syahrul mendengar cerita tentang kakeknya, Badilah Alam, seorang pejabat, dan neneknya, Ruaida, seorang guru di Jakarta.

Setelah menyelesaikan sesi angkat bebannya, Syahrul beristirahat sambil sesekali melirik papan catur di sudut ruangan. Itu adalah salah satu hobinya. Ia sering bermain catur dengan teman-temannya di sore hari. Cita-citanya sederhana namun mantap: menjadi pengusaha, mengikuti jejak sang ayah dalam hal kemandirian dan kesuksesan.

Saat libur sekolah tiba, Syahrul lebih sering menghabiskan waktu di rumah, terkadang hanya rebahan sambil menonton televisi. Sesekali, ia dan keluarga pergi berlibur. Sayangnya, belum banyak tempat wisata di dalam provinsi Lampung yang mereka kunjungi. Namun, ada satu kenangan manis tentang liburan ke luar kota, tepatnya ke Dufan di Jakarta Utara pada tahun 2021. Ia masih ingat jelas sensasi mendebarkan saat menaiki wahana Kora-Kora.

Di Bandar Lampung sendiri, Syahrul pernah beberapa kali mengunjungi Stadion Pahoman. Ia tahu betul letak lapangan bola, tribun suporter, bahkan toilet di sana. Untuk urusan berenang, Slanik di Karang Anyar menjadi pilihan favorit. Perjalanan sekitar 30 menit menggunakan mobil terasa menyenangkan. Selain Slanik, ia juga pernah berenang di LW, yang lokasinya lebih dekat, hanya 10 menit dari rumah. Di sana, bermain perosotan menjadi kegiatan yang paling ia sukai.

Sore itu, di ruang tengah yang hangat, Syahrul membayangkan masa depannya. Ia ingin menjadi pengusaha sukses seperti ayahnya, membanggakan keluarga, dan mungkin suatu saat nanti, bisa mengajak seluruh keluarganya berlibur ke tempat-tempat yang lebih jauh. Sambil tersenyum kecil, ia meraih papan catur, siap untuk pertandingan berikutnya di benaknya. Bandar Lampung, dengan segala kesederhanaannya, adalah panggung pertama bagi impian seorang Muhammad Syahrul Azhim.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun