Fenomena perkembangan teknologi yang menarik untuk membahas pertanyaan-pertanyaan ini ialah revolusi industri, mulai dari revolusi 1.0 hingga 4.0.Â
Penemuan teknologi mesin uap menandai terjadinya revolusi industri 1.0. Teknologi mesin uap menjadikan pekerjaan industri berjalan lebih cepat dibanding tenaga manusia/buruh (Sharma & Singh, 2020, p.1).Â
Efeknya adalah industri berjalan pesat dan produk yang dihasilkan melimpah. Namun, kelimpahan produk tidak diimbangi dengan jumlah pasar.Â
Artinya, ada banyak produk tidak terjual. Ini kemudian yang membuat bangsa Eropa memutuskan untuk melakukan ekspansi ke luar benuanya. Awal ekspansi Eropa pada mulanya memang untuk berdagang, baik untuk mejual hasil industri, maupun untuk mendapatkan bahan baku murah.Â
Selanjutanya, ekspansi tersebut berubah menjadi kolonialisme. Selain itu, penemuan teknologi mesin uap juga membuat harga buruh menjadi lebih murah, karena tenaga uap dinilai lebih berharga dan lebih efektif dalam dunia industri.
Dua revolusi selanjutnya, yakni revolusi 2.0 dan 3.0 berjalan dalam abad yang sama. Ravolusi 2.0 terjadi pada awal abad 20, sedangkan revolusi 3.0 berjalan beberapa dekade sebelum abad 20 berakhir (Thangaraj & Narayanan, 2018, p. 3).Â
Revolusi 2.0 dicirikan dengan penemuan kereta uap, listrik, dan produksi massal, sedangkan revolusi 3.0 adalah penemuan di bidang mesin, komputer dan elektronik (Thangaraj & Narayanan, 2018, p. 4). Penemuan moda transportasi membuat mobilitas manusia menjadi tinggi.Â
Pada era revolusi industri 2.0 ini lah banyak alat tempur, seperti jet tempur dan tank, diciptakan. Revolusi di periode ini banyak berperan dalam Perang Dunia.
Pada revolusi 3.0, penemuan komputer, perangkat elektronik, dan perangkat-perangkat otomatis berkembang pesat. Perkembangan berbagai teknologi di era ini juga turut andil dalam konflik dunia, salah satunya adalah Perang Dunia II.Â
Penemuan terbesar pada periode itu adalah komputer Colossus. Komputer ini pertama kali dioperasikan pada tahun 1943 dan digunakan oleh Inggris untuk keperluan berperang dan memecahkan sandi milik Jerman (Randell, 1982, p. 349).Â
Saat pertama kali dioperasionalkan, Colossus hampir sebesar ruangan dan hanya dapat dioperasikan dengan pita khusus, tidak dapat menerima perintah dari keyboard.Â