Mohon tunggu...
Mozes Adiguna Setiyono
Mozes Adiguna Setiyono Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang keturunan Tionghoa tetapi hati tetap Merah Putih.

Lahir di Semarang, 2 Maret 1995

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Admin Kompasiana, Tolong Hargai Tulisan Saya!

25 November 2016   01:47 Diperbarui: 14 Desember 2016   15:23 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sekarang sudah ada dua bulan saya tidak menulis di Kompasiana. Kesibukan kuliah membuat saya sulit untuk aktif menulis di Kompasiana. Rasa malas untuk menulis juga sering menghampiri mahasiswa jurusan akuntansi ini. Terakhir saya menulis artikel yang berjudul "Benarkah Belanda Tidak Menjajah Papua? : Sebuah Analisa atas Argumentasi OPM" yang saya pecah menjadi dua bagian. Namun bukan berarti saya tidak pernah mengakses akun Kompasiana selama dua bulan tersebut walaupun hanya sekedar membaca artikel orang lain. Saya sudah pernah bersabar sebelumnya karena artikel saya yang berjudul "Warga Jogja, Usirlah Aliansi Mahasiswa Papua Sekarang Juga!" dihapus oleh admin Kompasiana dengan tuduhan mengandung SARA.

Saya ingat betul pada data statistik saya terdapat dua artikel yang menjadi headline dan sembilan artikel yang menjadi pilihan. Suatu hari saya melihat ada yang aneh dengan artikel saya berjudul "Guantanamera : Sebuah Lagu Perjuangan dari Negeri Cerutu". Ketika saya ingin memberikan sedikit suntingan pada artikel tersebut, saya melihat jumlah pembaca artikel tersebut tiba-tiba menjadi belasan orang saja layaknya artikel yang baru saja diterbitkan. Kemudian saya juga menyadari pada statistik jumlah pembaca, nilai, headline, dan pilihan berkurang drastis. Jumlah artikel headline menjadi nol dan jumlah artikel pilihan menjadi lima.

Saya mencoba berpikir positif. Saya berpikir mungkin ada masalah pada server Kompasiana. Akan tetapi, besoknya saya cek kembali masih tetap sama. Hingga hari ini jumlahnya tetap sama, nol headline dan lima pilihan. Lalu saya sampaikan pesan yang berisi protes kepada admin Kompasiana. Pesan saya sama sekali tidak digubris. Untungnya saya dulu sempat iseng-iseng mendata artikel mana saja yang pernah menjadi headline dan pilihan. Artikel-artikel yang menjadi headline adalah "Guantanamera : Sebuah Lagu Perjuangan dari Negeri Cerutu" dan "Aksi-Aksi Kriminal Mahasiswa Timor Leste di Indonesia". Artikel-artikel yang menjadi pilihan adalah "Jangan Samakan Mahasiswa Timor Leste dengan Mahasiswa Lokal!", "Mobil Timor Leste Ikut Konsumsi BBM Subsidi di Indonesia", "Biaya Kuliah Mahal, Salah Siapa?", "Australia Ancam Boikot Pariwisata, Indonesia Dapat Ancam Boikot Sapi", "Dibandingkan Korea Utara, Timor Leste Lebih Memalukan", "Lorosae yang Terlupakan : Sebuah Puisi untuk 40 Tahun Integrasi Timor Timur", dan "Benarkah Belanda Tidak Menjajah Papua? : Sebuah Analisa atas Argumentasi OPM (Bagian 2)".

Kembali ke artikel saya yang pernah dihapus, menurut saya tindakan penghapusan yang dilakukan oleh admin tidak bijak. Artikel tersebut telah dipublikasikan sejak tahun 2014 tetapi baru dipermasalahkan oleh admin di tahun 2016. Selain itu, tulisan saya tidak dapat dianggap menyinggung SARA. Aliansi Mahasiswa Papua berbeda dengan orang Papua. AMP adalah sebuah organisasi sedangkan orang Papua adalah sebuah etnis. Anda tidak bisa dianggap membenci orang Muslim ketika Anda mengkritik FPI. Anda tidak bisa dianggap membenci orang kulit putih Amerika ketika Anda mengkritik KKK. Sebagian besar pembaca pun memberikan komentar yang positif pada artikel saya. Saya masih ingat saya mendapatkan 15 nilai pada artikel tersebut. Itu adalah jumlah nilai tertinggi yang pernah saya dapatkan pada sebuah artikel selama saya menjadi seorang penulis di Kompasiana. Jika isi artikel saya buruk, bagaimana mungkin bisa sampai sebanyak itu orang yang memberikan nilai pada artikel saya?

Jika admin membaca artikel saya ini, saya mohon berikan jawaban kepada saya dan kembalikan data statistik saya seperti semula. Jumlah artikel headline dan artikel pilihan pada data statistik merupakan sebuah kebanggaan bagi para Kompasianer. Jumlah artikel headline dikurangi bagi seorang Kompasianer rasanya seperti ada tulisan gelar yang hilang pada nama seseorang. Kompasiana memang telah memiliki brand value yang besar dan jumlah anggota yang sangat banyak. Akan tetapi, ini bukan berarti pihak admin Kompasiana bisa bertindak seenaknya dan tidak peduli terhadap keluhan para anggotanya maupun keluhan masyarakat. Demikian keluhan saya sampaikan kepada admin Kompasiana. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun