Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Dia Sosok Pak Sukardi, Bapak Kos Mas Menteri Nadiem

9 Oktober 2021   10:02 Diperbarui: 10 Oktober 2021   06:09 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Pak Sukardi mendadak dikenal sejak ia menjadi "Bapak Kos"-nya Mas Menteri Nadiem Makarim beberapa waktu lalu. Siapa sih sebenarnya beliau ini? Saya kebetulan ada di lokasi tersebut.

Malam itu saya lihat rombongan Mas Menteri meluncur dari Ponpes Qomarul Huda Bagu, Pringgarata Lombok Tengah NTB, tanpa pengawalan sama sekali. Ya tanpa pengawalan mobil patroli polisi sekali pun. Alasannya? Agar tidak menganggu warga. Dari situ saya berfikir bahwa lokasi yang akan dikunjungi adalah perumahan.

Ternyata malam itu rombongan tiga mobil Mas Menteri menuju Desa Mujur di Praya TImur Lombok Tengah. Sesampainya di desa tersebut, mobil perlahan masuk jalan kecil lalu ada sebuah rumah di sudut jalan yang lokasinya lebih rendah dari jalan. Mas Menteri masuk halaman, di situ ada Pak Sukardi yang sudah menanti tamu yang tak menyangka jika tamu yang datang adalah seorang menteri.

Ya, Pak Sukardi memang sedang deg-degan menunggu tamu, kabarnya adalah seorang pejabat dari Dinas Pendidikan di Mataram. Tentu kabar ini membuat Pak Sukardi cemas dan berdebar-debar. Maka ia dan isterinya Ibu Nirwana pun sibuk membenahi ruang depan. Lantas siapa yang kira jika yang datang berkunjung malam itu adalah seorang menteri termuda yang ada di kabinet. Demikianlah kira-kira ungkapan perasaan Pak Sukardi sesaat setelah bertemu dengan Mas Menteri Nadiem.

Mas Menteri Nadiem pun menenangkan Pak Sukardi dengan mengajaknya duduk santai di bale-bale, bukan ruang tamu yang malah jadi kaku. Keduanya pun duduk bersila santai di bale-bale bertikar. Ikut pula bergabung Pak Iwan Syahril, Dirjen GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan).

Pak Sukardi ini usianya menjelang 60 tahun, seorang guru honorer yang sudah puluhan tahun mengenyam pengalaman mengajar mulai dari SMP, SMA, sampai mengajar di Madrasah. Hal ini ia lakukan demi memenuhi kebutuhannya. Karena ia tidak bisa bergantung pada  penghasilan yang ada. Satu kesempatan perbaikan kesejahteraannya adalah dengan mengikuti ujian ASN-PPPK. Apa sih ASN P3K ini? Yaitu ASN Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak Kerja. Jika Pak Sukardi lulus maka ia akan menjadi ASN kontrak dan akan mendapatkan penghasilan yang berbeda dari sekedar guru honorer.

Nadiem Makarim - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Dokpri)
Nadiem Makarim - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Dokpri)
Ujian ini dilakukan oleh Panitia Seleksi Nasional, yang mana mengikuti ujian lewat komputer ini pun tentu tidak mudah untuk Pak Sukardi yang menurutnya sudah tidak muda lagi atau istilah dia TBC, Tidak Bisa Computer. Ini adalah ujian kali kedua, Pak Sukardi pun sudah pasrah dengan hasilnya, begitu pun isterinya.

Suasana saat Mas Menteri selfie bersama Pak Sukardi sekeluarga (Dokpri)
Suasana saat Mas Menteri selfie bersama Pak Sukardi sekeluarga (Dokpri)

Obrolan santai mengisi suasana malam yang sepi dan gelap sekali, karena di sekitaran rumah Pak Sukardi tidak ada penerangan jalan. Rumah-rumah tetangganya pun tidak berdekatan. Mas Menteri minta izin untuk bermalam di rumah Pak Sukardi. Pak Sukardi senang namun rikuh karena rumah dan fasilitasnya khawatir tidak pas untuk kebutuhan seorang Menteri. Mas Menteri pun menjawabnya dengan santai karena sebelumnya ia pernah tidur di tengah hutan di sebuah pondok bersama dengan beberapa warga Suku Anak Dalam di Jambi, sambil seraya mengganti sepatunya dengan sandal. Lalu minta izin ke "Bapak Kos"-nya untuk masuk dan melihat-lihat ruang istirahatnya.

Kami pamitan ke Pak Sukardi dan Mas Menteri, perjalanan pulang lumayan jauh yang harus kami tempuh dari Praya Timur sampai Mataram pada tengah malam, ah tapi tidak masalah karena sesampainya kami di hotel, kami bisa mandi air hangat dan tidur nyaman di kasur yang empuk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun