Mohon tunggu...
Moris Mahri
Moris Mahri Mohon Tunggu... Lainnya - PELAJAR

Bagi saya, membaca adalah berhutang dan saya yakin saja bahwa menulis merupakan cara terbaik untuk membayar hutang itu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tuhan, Jangan Dengar Doaku

24 Februari 2021   12:52 Diperbarui: 24 Februari 2021   13:03 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock

Namun, sikap demikian menyisakan pertanyaan-pertanyaan penting yang menyentuh apa yang tadi disebut Kebahagiaan. Jika Tuhan mendengarkan doa-doa semacam ini, apakah Dia tidak memperhatikan Kebahagiaan para musuh sang pendoa juga? Apakah setelah dendam sang pendoa terbalaskan, Tuhan kembali mengangkat tangan-Nya? Apakah pembalasan dendam memungkinkan perwujudan Kebahagiaan? Tidakkah Tuhan juga memperhatikan Kebahagiaan para lawan sang pendoa? Jika Tuhan mendengarkan doa untuk intensi balas dendam, itu berarti Ia bukan Tuhan yang maha adil. Sebab Ia memihak. Ia tidak mendamaikan, tapi malah menambah intensitas ketegangan permusuhan. Maka, Ia tentu bukan Tuhan yang baik. Tuhan itu dari sendirinya baik dan Ia-lah Kebaikan itu. Jika demikian, maka yang mendengarkan doa dengan intensi balas dendam, tentu bukan Tuhan. Sebab Tuhan tidak menghendaki permusuhan di antara ciptaan-Nya.

Maka, ketika sedang berada dalam amukan badai kejahatan, tidak salah bersandar pada doa. Namun, doa yang bernafaskan dendam mesti dihindari. Jika hantaman kejahatan terlampau keras menerpa, menggerutu pada Tuhan mungkin bukan sebuah kejahatan, meski di dalamnya masih tercium aroma permohonan balas dendam. Namun, mendoakan keburukan dan celaka bagi orang lain tentu dari sendirinya sebuah kejahatan di mata Tuhan. Namun, ketika terlanjur kebablasan bergerutu, perlu sekali mengakhiri gerutu demikian dengan sebuah kalimat doa, "Tuhan, jangan dengarkan doaku".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun