Mohon tunggu...
Icompass
Icompass Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema Bagi-bagi Kondom

5 Desember 2013   16:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:17 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manfaat Kondom

Selain sebagai alat kontrasepsi, kondom juga dipakai sebagai alat pencegah penularan penyakit kelamin dan virus HIV penyebab AIDS.

Virus HIV ditularkan melalui medium darah dan cairan kelamin (selain urine) yang terkena kontak dengan luka sehingga bisa masuk ke aliran darah. Pada saat hubungan seks tanpa proteksi kondom, bila ada bagian kulit yg terluka karena adanya gesekan, ataupun karena luka yang sudah ada sebelumnya, virus yang terkandung dalam darah atau cairan kelamin bisa tertular dari pembawa virus ke orang dengan HIV negatif.

Pemakain kondom tidak bisa mencegah 100% penularan HIV karena banyaknya faktor faktor yang menentukan seperti kualitas kondom dan juga seberapa banyak anggota tubuh yang terlibat dalam kegiatan seks. Tetapi hanya dengan melihat faktor kondom, memakai kondom sudah tentu mengurangi resiko penularan HIV dengan tingkat pengurangan bisa sampai 10 x.

Virus HIV yang kecil masih bisa melewati pori kondom dengan tingkat penetrasi yang berbeda antara kondom latex dengan polyutherene. Kondom latex lebih mampu menahan penetrasi virus dengan tingkat penetrasi yang sangat rendah.

Test yang dilakukan pada pasangan dengan HIV positif dan negatif yang memakai kondom latex membuktikan bahwa pasangan yang HIV negatif tidak tertular AIDS selama kondom yang dipakai tidak cacat dan dipakai dengan benar.

Jadi kalau ditanya apakah karena kondom tidak bisa mencegah AIDS 100% maka kampanye pemakaian kondom adalah hal yang sia sia? Tentu jawabanya tidak sia sia. Kondom terbukti dapat mencegah sebagian besar penyakit kelamin dan HIV. Misalnya bila 1 dari 10 pemakai terjangkit atau bahkan 1 dari 5, maka pemakaian kondom tetap menjadi salah satu alat yang ampuh dalam mengurangi merebaknya penyakit AIDS. Sebagai perbandingan, penyebaran HIV di negara dimana kondom banyak dipakai lebih rendah dibanding dengan negara dimana pemakaian kondom tidak tersosialisasi.

Disebut salah satu cara karena cara lain seperti abstinence (tidak melakukan kegiatan seksual), dan tidak berganti ganti pasangan (terutam yang beresiko) adalah dua cara yang lebih ampuh. Tetapi bila dua cara di atas gagal untuk dijalankan, maka safety net terakhir adalah menggalakkan pemakian kondom terutama bagi kalangan beresiko.

Dalam kasus pembagian kondom dalam acara PKN, sebagai menteri kesehatan, apa yang sudah dilakukan Nafsiah Mboi sudah tepat bila dilihat dari wewenang tugasnya. Jangan melihat bahwa apa yang dilakukan adalah memfasilitasi tindakan seks bebas. Metode abstinence dan punya pasangan tetap adalah metode yang lebih layak atau menjadi tugas dan wewenang para agamawan atau dalam hal ini mentri agama. Selain protes yang tidak menghasilkan apapun, bukankan lebih baik membikin program yang mengkampanyekan hidup abstinence bagi yang single dan tidak ganti ganti pasangan bagi yang menikah. Saya tidak melihat adanya kendala bagi agamawan dan menteri agama untuk melakukan hal ini. Justru bila mereka berhasil dan semua masyarakat Indonesia bertanggung jawab dalam kehidupan moral dan seksual mereka, justru tidak perlu adanya bagi bagi kondom gratis untuk mensosialisasikan pemakaian kondom karena tidak akan ada resiko penularan. Tapi ini tentu saja hal idealis yang jauh dari kenyataan. Pasti ada sebagian masyarakat yang lolos  dari jaring keagamaan, dan di Indonesia kasus ini cukup banyak.

Bila penekanan nilai agama adalah hal yang jangka panjang, maka sosialisasi kondom adalah hal yang jangka pendek dalam arti lebih gampang mendidik orang untuk mengetahui resiko dan bertindak mengurangi resiko daripada mengubah perilaku seks bebas. Dua duanya harus dilakukan. Bila jangka pendeknya tidak dilakukan, atau malah ditentang dengan alasan hanya jangka panjangnya yang harus dilakukan, maka resikonya adalah menyebarnya HIV dan penyakit kelamin. Jika ini yang terjadi maka suatu saat ketika masyarakat sudah sadar dan jadi alim, akan ada banyak yang harus membayar harga kelalaian ini terutama istri/suami/anak yang terjangkit penyakit bukan karena kesalahannya.

Referensi: 1, 2, 3, 4, 5, 6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun