Sudah lama saya tak login Kompasiana (selama ini hanya baca-baca tanpa login), tulisan terakhir di Kompasiana dipublikasikan pada Mei tahun lalu. Menulis di Kompasiana rasanya susah untuk saya. Apa pasal?
Yang pertama, bagi saya yang kadang-kadang menulis di blog pribadi, menulis di Kompasiana membutuhkan ‘usaha dan keberanian ekstra’. Mengapa? Menulis di Kompasiana artinya lebih banyak orang yang membaca. Dengan popularitas situs ini yang terbilang tinggi, kita tidak tahu seberapa besar jangkauan tulisan kita, tulisan terpopuler bahkan bisa meraih ratusan ribu pembaca. Bagi saya, tulisan yang masih pas-pasan yang saya publikasikan di situs ini dibaca dua ratus kali saja rasanya ‘aduh’, saya takut tulisan itu (sebenarnya) belum pantas dipublikasikan, belum pantas dibaca orang banyak, dan sebagainya. Karena itu, sering kali setiap mau menulis di sini, saya memikirkan ‘kepantasan’ tulisan saya, dan akhirnya.... tak jadi dipublikasikan.
Yang kedua, menulis di Kompasiana, bagi saya pribadi, haruslah menarik. Artinya, penulis seyogyanya menulis sesuatu yang kiranya menarik publik, bukan sekadar misalnya curhatan galau. Lagi-lagi, karena terkadang memikirkan apakah tulisan itu sebenarnya hanya ‘curhatan’ saja, saya tak jadi mempublikasikannya. Hehe.
Mengutip perkataan salah seorang penulis di sebuah seminar kepenulisan (saya lupa namanya), “Tulisan yang sempurna adalah tulisan yang tak pernah ditulis,” artinya bahwa setiap tulisan pasti ada saja kekurangannya. Menulis lah, menulis saja. Katanya. Kamu tak akan pernah tahu bagaimana tulisan akan membawamu. Misalnya, ketika tiba-tiba beberapa adik kelas bergabung dengan sebuah perkuliahan karena membaca tulisan saya di blog. Mudah-mudahan ada kebaikan yang mengalir dari sana. Bisa jadi juga di ujung negeri ada seseorang membaca tulisanmu, seseorang yang tak pernah bertemu, tetapi terinspirasi oleh tulisan yang bahkan mungkin sang penulis sudah lupa dengannya.
Jadi, menulis di Kompasiana pasti akan susah sekali apabila sang penulis terlalu banyak (mencari) alasan untuk tidak menulis (seperti saya), mulai dari tak ada waktu, tak ada tema untuk ditulis, dsb. Jika menulis adalah kesenangan atau bahkan kebutuhan, maka seseorang akan meluangkan waktu untuk menulis, bukan mencari waktu luang baru menulis. Kalau tema tulisan sih, saya percaya bahwa kita tidak akan pernah kehabisan ide untuk menulis, apa saja bisa ditulis, bahkan seperti tulisan ini yang menuliskan mengapa tidak menulis. Hehe.
Salam Kompasiana!