Dari cara inilah mereka mengais rejeki. Meskipun saya tidak sampai keatas saya tetap bersyukur sudah sampai di gunung Sinai walaupun tidak sampai puncaknya. Namun saya ikut senang karena mereka bersuka cita memperoleh air hujan.
Sampai di depan biara St Katarina kira-kira pukul 06.00, langit masih diselimuti mendung meski tidak hujan. Kami mengabadikan dengan bergantian memotret saat kami masih naik Onta, setelah itu Onta dibawa masuk kekandang dan mereka rupanya tinggal dibawah tanah.
Kami kembali menuju hotel, sarapan dan mandi, kami diminta cepat-cepat meninggalkan hotel karena ada kekhawatiran kalau hujan dijalan, akan mempersulit perjalanan kami. Pukul 7.30 kami meninggalkan St Katrin menuju kota Mesir, meskipun ada sebagian yang menggerutu karena kami memang merasa diburu-buru untuk cepat naik bus, namun tetap menurut saja.
Perjalanan dilanjutkan kami singgah di mata Air Masaah dan Meriba 2 sumur yang tertulis dalam Kitab Suci yang 1 ada airnya berwarna hijau dan yang satunya kering, dari situ kami dapat melihat terusan Suez dari kejauhan, juga kami membeli batu hias yang dirangkai sebagai kalung yang dibuat Suku Kurdi, masing-masing kalung seharga $ 1 s/d $3.
Rombongan sampai di Hotel Zoser, kami makan malam, untuk 1 meja dijatah 1 botol air dan jika kurang kami mesti membeli dan harganya amat mahal 1 botol tanggung sampai $ 4.
Maka ada yang komentar harga air koq lebih mahal dari harga bensin, lalu anaknya menyahut : “ Apa bapak mau minum bensin?” dan kami semua tertawa. Inilah Mesir pada umumnya.
Di Yordania, Israel, dan Mesir harga air sangat mahal. malam itu beberapa orang dari rombongan kami pergi ke sungai Nil disana disebuah kapal besar tempat hiburan malam disajikan tari perut dengan harga tiket $ 25, karena hari sudah malam pukul 23.00, maka sebagian rombongan termasuk saya lebih memilih jalan-jalan disekitar hotel dan istirahat.
Malam penuh kenangan dan pengalaman baru menghantar tidur kami dalam berkat Tuhan untuk menyambut anugerah-Nya di esok pagi ***