Mohon tunggu...
Mouna Sri Wahyuni
Mouna Sri Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - statistisi Ahli Muda di BPS Kab.Kediri

statistisi Ahli Muda di BPS Kab.Kediri

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inflasi Sambut Idul Fitri

11 Mei 2021   22:18 Diperbarui: 11 Mei 2021   22:29 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebentar lagi sebagian besar kita akan menjalani lebaran, namun kembali terulang seperti tahun lalu yaitu perayaan dengan segala keterbatasan. Lebaran Idul Fitri yang biasanya menjadi perayaan paling meriah di Indonesia menjadi berbeda suasananya karena masih adanya pandemi Covid-19 di bumi pertiwi ini.

Dalam perspektif sosial budaya Idul Fitri menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu Muslim Indonesia. Secara psikologis, ada sesuatu yang hilang jika tidak dirayakan dengan penuh sukacita bersama sanak saudara yang ada di kampung halaman.

Di sisi lain, justru pemerintah telah menetapkan larangan untuk melakukan mudik Lebaran 2021. Dimana aturan ini dituangkan dalam Surat Edaran Kepala Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik pada Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah selama 6-17 Mei 2021. Hal ini untuk mencegah penularan virus corona yang menyebar akibat mobilitas masyarakat yang meningkat saat Lebaran.

Meski demikian moment ramadhan dan lebaran tetap menjadi penggerak terjadinya inflasi. Baru saja Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,13 persen di bulan April 2021. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020. Gangguan COVID-19 pada inflasi sudah terlihat pada rendahnya inflasi di bulan yang sama tahun yang lalu. Dimana waktu itu inflasi April 2020 sebesar 0,08 persen sedangkan Mei 2020 menunjukkan angka deflasi 0,07 persen. Tentu saja tren inflasi ini sudah meninggalkan pola lamanya, tidak lagi tinggi ketika menyongsong ramadhan dan idulfitri . Namun dari inflasi tahunannya pada bulan April 2021 sebesar 1,42 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 1,37 persen

Inflasi terjadi karena adanya dorongan kenaikan harga barang dan jasa, utamanya bahan pangan, dimana permintaan biasanya meningkat pada bulan Ramadhan dan jelang Idul Fitri. Tampak bahwa terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,15 pada Maret 2021 menjadi 106,29 pada April 2021. Berdasarkan pengeluaran masyarakat, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya memegang andil inflasi tertinggi sebesar 0,29 persen disusul oleh  kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga sebesar 0,26 persen kemudian kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,20 persen. Beberapa komoditas penyumbang inflasi diantaranya adalah daging ayam ras, minyak goreng dan emas perhiasan.

Bulan April 2021 dan juga moment menjelang lebaran daging ayam ras  mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi, secara umum dikarenakan panjangnya proses dan jalur distribusi dari peternak atau petani hingga sampai ke tangan konsumen. Sedangkan permintaan masyarakat cukup tinggi untuk keperluan lebaran. Bahkan daging ayam ras merupakan komoditas yang menjadi buruan untuk persiapan lebaran disetiap tahunnya.

Pun begitu yang terjadi pada komoditas Perhiasan emas menjadi komoditas yang menyumbang inflasi cukup besar.  Faktor musiman selama Ramadhan dan menjelang hari raya Idulfitri menyebabkan adanya kenaikan permintaan emas perhiasan di masyarakat. Sehingga timbulnya pergerakan transaksi harga perhiasan emas yang cukup tinggi.

Kendati terjadi kenaikan beberapa barang/jasa yang biasa di konsumsi oleh masyarakat, tidak mengurangi niat masyarakat untuk tetap mempersiapkan segala kebutuhan dalam menyambut lebaran datang. Refleksi dari inflasi, semakin banyak masyarakat membelanjakan uang mereka untuk kebutuhan lebaran harapannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, serta  dapat meningkatkan daya beli di masyarakat  meskipun masih ditengah pandemi.

Fenomena menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang pada umumnya terjadi kecenderungan kenaikan harga pangan pokok, dimana pelaku pasar/pedagang cenderung menaikkan harga komoditi karena biasanya terjadi lonjakan permintaan dari konsumen. Untuk menghadapi hal tersebut, Pemerintah melakukan upaya Stabilisasi Pasokan Pangan Pokok dan Stabilisasi Harga Pangan Pokok. Sangat diperlukan koordinasi secara intensif dengan asosiasi produksi, penjual, distribusi, dan seluruh pemangku kepentingan terkait lainnya guna memastikan ketersediaan bapok nasional maupun daerah.

Komitmen pemerintah untuk berupaya mendorong pemulihan ekonomi, sekaligus tetap melakukan penanganan COVID-19 secara ketat.  Pemerintah menjadikan Ramadan dan Lebaran Idul Fitri tahun 2021 ini sebagai momentum untuk mengungkit ekonomi, dengan tetap menjaga pengendalian pandemi Covid-19.

Bagaikan dua sisi mata uang, di satu sisi pemerintah ingin pertumbuhan ekonomi meningkat, namun disisi lain berharap daya beli masyarakat naik namun tidak ada gejolak harga di pasaran. Untuk memenuhi keinginan tersebut tentu harus ada upaya-upaya optimal yang dilakukan. Baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun