Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Renang di Kolam Takdir

25 Januari 2022   05:54 Diperbarui: 25 Januari 2022   05:56 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam tiga minggu terakhir. Pergi bulak-balik ke dokter, menjadi bagian jalan hidup. Tidak ada yang manis, dalam situasi serupa itu. Rasa dan dirasakannya, perjalanan ini amat sangat mengerika dan menekankan segala aspek rasa dalam hidup. Pikiran, perasaan, tenaga, dan juga kekayaan, dan bahkan hubungan sosial.

"kasihan, dia sedang sakit..." ucapkan seseorang, yang baru saja, takziah terhadapnya. Ucapan dan doa kesembuhan, dilantunkan sekali, dan setelah itu, banyak diantara mereka larut kembali dalam kegiatan masing-masing. Sementara sang pesakit, terkulai sendiri dalam ranjang pesakitannya.

"semoga cepat sembuh.." ucap yang lainnya, agak lebih santun dari sebelumnya. Tanpa harus membuka tirai terlalu dalam, ucapan itu pun, hanya terlontar dihadapan sang pasien. Selepas itu, kembali mereka bergelut dengan dunia dan permainan hidupnya masing-masing. Sementara sang pesakit, kembali menyendiri dalam kesepian.

Hati manusia itu, ibarat  mutiada dalam tirai. Untuk mengetahui keasliannya, butuh keseriusan untuk membuka lembar demi lembar. Tetapi, cahaya cemerlang, sejatinya masih bisa dilihat dengan jelas dan kentara. Sayangnya, kecemerlangan itu, hanya bisa tampak pada orang yang memiliki mata netra juga.

Di sela-sela kesendirian itu, sang pesakit membiarkan ruhnya berjalan. Entah ke mana, dan entah di mana. Hingga sampai pada satu kolam penghentian yang menyediakan, kursi untuk seseorang bisa duduk santai di pinggir kolam dimaksud.

"wahai ikan, apa indahnya, kau berjalan dalam kolam yang seukuran telapak tangan ini ...?" ujar sang penunggu.

Ikan yang ditanya, hanya tersenyum, dan malah kemudian mengeluarkan tawa, kendati tak berbunyi. Hanya semburan air yang membuncah ke angkasa, seakan memberi tanda, saking senangnya ikan meluapkan ekspresi tawanya saat itu. "taka da manfaatnya, kau bertanya-tanya tentang kebahagiaan orang lain, atau keindahan tempat lain.." ujar sang Ikan, "alangkah indah dan bijaknya, justru, manakala kau bisa menemukan kebahagiaan dan keindahan terhadap kelakuanmu sekarang ini...?"

Mendengar ucapan itu, sang pesakit tersentak. Terdiam. Dan kemudian malah mengernyitkan dahi, pertanda ada masalah besar yang memaksanya untuk segera diselesaikan. "lha, emangnya, apa indahnya blolak-balik ke dokter..?" ucapnya polos, dan diajukan kepada sang ikan.

Mendengar pertanyaan itu, sang ikan pun bernyanyi. "kau berada dalam kolam takdir tuhan. Kau berenang diantara dua tepi. Tepi ujung takdir,  menuju tepi takdir yang lainnya. Sadarilah, bahwa disetiap ujung tepi kolam, ada keindahan kolam yang berbeda. Disanalah dan kesanalah kau, akan berjalan. Kesungguhanmu dalam berenang, akan memberikan peluang hadirnya hadiah tepi kolam indah yang ada di sebarang..." ungkapnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun