Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demokrat, Berdarah-darah

9 Maret 2021   05:43 Diperbarui: 9 Maret 2021   05:48 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah berdarah-darah disampaikan John Allen Marbun. Dalam banyak pemberitaan, seiring dengan kemelut di Demokrat, salah satu kader Demokrat yang diberhentikan Pengurus PD AHY, berkomentar, ""SBY bergabung dengan Partai Demokrat setelah lolos verifikasi KPU dengan memasukkan almarhumah Ibu Ani Yudhoyono sebagai salah satu wakil ketua umum. Dan hanya menyumbang uang Rp 100 juta dalam bentuk 4 lembar travel check di Hotel Mirah Bogor," ucap Jhoni melalui video, Senin (1/3) ".

Sebagai orang awam, yang melihat politik dari  mata luar saja, tidak begitu memahami maksud dan tujuan dari pernyataan itu. Benar-benar membingungkan, dalam pengertian, sulit menebak arah pemikiran yang hendak dimaksudkannya. Tetapi, selepas kita melihat KLB Demokrat di Deli Serdang kemarin, ada sedikit lorong yang bisa dibicarakan di sini. 

Komentar ini, sudah tentu, lebih merupakan komentar luaran, jika belum dinaikkan status-kualitas komentarnya sebagai sebuah analisis.

Pertama, berdarah-darah mengandung makna turut berjuang dan membangun sebuah organisasi dari awal. Setidaknya itulah, makna awal yang bisa diartikan dari konsep itu. Seseorang dianggap tidak berdarah-darah, manakala hadir sebagai penumpang di tengah jalan, apalagi menjadi penumpang gelap. 

Kedua, berdarah-darah, mengandung makna sarat pengorbanan. Kemerdekaan Indonesia, merupakan contoh nyata dari buah sebuah pengorbanan yang berdarah-darah. Bukan hanya harta dan waktu yang diluangkan, bukan hanya pikiran dan tenaga yang dikerahkan, tetapi nyawa pun dijadikan taruhannya. 

Berdarah-darah maknanya adalah pengorbanan yang tak ternilai tingginya. Bila makna serupa ini diambil, maka kader partai, siapapun, hendaknya menjadi kader yang siap berkorban.

Ketiga, berdarah-darah dalam pengertian kiasan, yang memiliki peran nyata dalam perjuangannya. Mohon maaf, bisa jadi, nilai juang berdarah-darahnya Panglima Besar Soedirman akan jauh ril, nyata, dan faktual dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Beliau bukan saja memimpin Pasukan, tetapi mengomandoi dan terjun langsung ke medan peperangan. Begitu pula dengan Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro atau Teuku Umar. Mereka tampak melakukan perjuangan yang berdarah-darah.

Namun demikian, akan sulit untuk dipungkiri, bahwa perjuangan Soekarno, Hatta, Syahrir bahwa WR. Soepratman, sebagai bagian dari tokoh yang juga berdarah-darah dalam perjuangan bangsa Indonesia. Hanya saja, bentuk 'pendarahan' yang mereka lakukan, bukan dalam pengertian merah-darah-cair, namun merahnya semangat.

Dalam kontek serupa ini, kehadiran tokoh dalam sebuah organisasi, yang kemudian mampu menggeliatkan semangat dan dukungan publik terhadapnya, sejatinya adalah bentuk 'pendarahan' seorang tokoh dalam menjaga kestabilan organisasi. 

Walaupun dalam banyak ada pebedaan kisah perjuangannya, namun fenomena Megawati di PDIP, Amin Rais dengan tetap di PAN, SBY di PD, bisa jadi perlu diartikan 'pendarahan' seorang tokoh dalam membesarkan organisasi. 

Tapi, entahlah, apa makna serupa ini, bisa diterima atau tidak !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun