Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Kegagalan dari Imunisasi

21 Januari 2021   05:11 Diperbarui: 21 Januari 2021   05:16 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kegagalan. Dalam kaitannya dengan sains, adalah sesuatu yang biasanya sudah diprediksi. Standar ketidakberhasilan itu, biasanya sudah dikenali, apakah 5%, 10 % atau lebih kecil dari itu. 

Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan statistik, sesungguhnya, hal itu adalah biasa, dan biasa dijadikan salah satu pertimbangan dalam menetapkan sebuah keputusan.

Maklum, kita adalah manusia, dan memiliki keterbatasan. Sehingga, tidak ada sesuatu hal yang digaransi mutlak oleh manusia, khususnya dalam kaitannya dengan produk keilmuan, termasuk dalam kaitannya dengan hasil kajian dari sebuah analisis statistik.. 

Pasti saja, disertakan perkiraan antisipatif, sekaligus bentuk kearifan dari seorang ilmuwan dalam menghadapi situasi ketidakpastian, yakni dengan menyertakan 'potensi ketidakberhsilan'.

Bagaimana dengan gerakan vaksin yang ada saat ini, dan harapan kita ke depan ?

Dalam hal ini, kita akan merujuk pada pengalaman gerakan imunikasi yang dikembangkan oleh Pemerintah di Aceh. Informasi ini, merupakan sebuah produk kajian etnografis, yang dilakukan Kemenkes (2016)., di diterbitkan oleh Unnes Surabaya.

Pertama, kegagalan komunikasi. Kegagalan komunikasi, baik yang dilakukan Pemerintah maupun Tenaga Kesehatan, serta elit sosial, menjadi salah satu penyebab terjadinya sebuah kegagalan imuninsasi, mungkin dalam konteks faktual, yakni kegagalan vaksinasi. 

Imunisiasi dan/atau vaksinasi, sejatinya tidak menjadi obat-segalanya untuk menangani kasus pandemi. Imunisasi atau vaksinasi adalah upaya preventif untuk mengurangi resiko. Karena itu, bukan berarti, jiak sudah divaksin, seseorang tidak akan terpapar virus.

Jika logika ini, tidak tersampaikan, maka hadir dan munculnya sejumlah kasus, yang terpapar COvid-19, akan menjadi serangan balik dan kontraproduktif dengan agenda vaksinasi.

Kedua, gagal-paham di level masyarakat. Munculnya sejumlah elit sosial, baik pejabat negara maupun selebritis, yang selepas divaksin kemudian melakukan kerumunan, adalah contoh nyata, gagal paham terhadap fungsi dan maksud dari vaksinasi. Tidak mengherankan, bila kemudian,  sikap mereka itu diikuti oleh warga masyarakat, dan kemudian pada ujungnya, ada diantara mereka pun yang terpapar Covid-19.

Itulah yang kita maksudkan bahwa gagal paham terhadap makna, maksud dan tujuan vaksinasi yang kemudian ditunjukkan dalam perilaku yang 'cenderung' membahayakan diri.

ketiga,  kegagalan elit akademik dalam menjelaskan ketangguhan vaksin kepada masyarakat. Bisa jadi, prasangka tidak independen akademisi dalam menjelaskan vaksinasi, dan atau aura-kuasa pemerintah yang cendeurng kuat, dibandingkan keilmiahanya, sehingga opini-ganda (second opinian) di tengah masyarakat, khususnya di medsos, tidak bisa diklarifikasi oleh elit akademik. Ujung dari kondisi ini, adalah menduanya pemahaman masyarakat terhadap program vaksinasi.  

Terakhir, tekanan pemerintah yang memberikan 'ancaman pidana' kepada masyarakat, memberikan aura, bahwa vaksinasi hanya satu-satunya jalan keluar dari pandemi.  Pada saat ada kegaduhan, karena ada efek samping dari vaksinasi, akan menjadi serangan balik kepada Pemerintah. 

Logika sederhanya, jika diwajibkan, maka hasil hendaknya diPASTIKAN, dan tidak ada peluang error. Bila ada peluang error, maka kejelasan dan penjelasannya perlu dikedepankan, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman terhadap makna dan maksud dari kebijakan pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun