Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Nasib Karier Saat Pindahan Tempat Kerja

17 Agustus 2020   07:20 Diperbarui: 17 Agustus 2020   07:22 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"aku merasa cape..." ungkapnya. "jadi, rencananya, tahun depan mau mencari pekerjaan baru, yang jauh lebih santai..."

Sebuah pandangan dan pemikiran, serta harapan yang biasa kita dengar. Setiap diantara kita, berharap bisa bekerja di tempat yang nyaman, santai, tetapi bergaji besar. Itulah harapan atau impian kita. Karena ada perasaan itu juga, kegelisahan dalam diri, untuk kemudian pindah ke tempat kerja baru, kerap menjadi pilihan.

Banyak alasan untuk pindah kerja. Tidak nyaman. Tidak cocok. Jauh.  Keluarga pindah tugas. Keamanan. Kepentingan anak. Ada orang tua yang sakit dan butuh perhatian kita. Gaji kurang memuaskan. Ada tawaran bari di tempat lain. Atau ada alasan lainnya. Sangat beragam alasan yang biasa dikemukakan seseorang untuk pindah tempat kerja.

Secara resmi, pindah tempat itu tidak bisa sembarangan. Banyak rambu yang perlu diperhatikan. Ada rambu perjanjian. Karena perjanjian tertulis antara dua belah pihak, maka seseorang tidak bisa pindah kerja secara sembarangan. Waktu kontrak kerja yang dipenuhi dulu, atau malah akan terkena denda. Bila tidak ada kontrak perjanjian, ada prosedur yang harus ditempuh. Tidak bisa mengajukan pindah kerja hari ini secara lisan, kemudian besok sudah lepas tanggungjawab.

Semua itu, bukan masalah pribadi atau politis. Semua itu menyangkut nasib seseorang dan juga perusahaan. Kalau kita keluar dan pindah kerja secara seenak sendiri, bahkan mengagetkan banyak pihak, tetapi agenda organisasi dan perusahaan akan kacau. Pos pekerjaan yang biasa kita lakukan, akan kosong seketika, dan dapat mengakibatkan banyak program tidak jalan. Karena kita keluar tanpa ada persiapan untuk mengganti posisi di jabatan itu.

Selain hal itu, rambu yang paling penting untuk diperhatikan adalah rambu-rambu makna atau maksud dari pindah kerja tersebut.  Aspek ini, sifatnya wacana, dan lebih mengarah pada aspek kesadaran atau pencerahan diri, mengenai makna atau pentingnya pindah tempat tersebut.

Misalnya, setiap kita merencanakan untuk pindah tempat itu, jadikan tempat kerja sekarang ini sebagai sebuah pengalaman. Pengalaman kerja di tempat yang akan ditinggalkan perlu dijadikan sebagai pengalaman untuk meningkatkan kualitas diri. Pindah kerja itu bukan untuk mengulangi nasib dan perjalanan. 

Banyak diantara kita, pindah kerja, hanya sekedar memperpanjang pengalaman penderitaan. Karena selepas pindah kerja, tidak ada perubahan apapun, baik dari sisi ekonomi maupun status sosial. Hal itu menggambarkan bahwa pengalaman kerja yang kemarin, bukanlah pengalaman yang mendidik, tetapi pengalaman yang terulangi. Yang terulanginya kembali status diri sebagai orang yang tidak pernah maju.

Kemarin jadi karyawan. Sudah lima tahun kerja, karena alasan tidak betah pindah ke perusahaan lain. Di tempat itu pun, jabatan yang diembannya adalah sebagai karyawan.

 Masih mending bila ada perbedaan gaji yang nyata lebih besar, kadang pula malah memiliki upah yang lebih kecil. Itulah yang saya sebut, pindah kerja itu sekedar mengulangi nasib dan perjalanan. Pindah kerja sekedar memperpanjang pengalaman penderitaan. Sehubungan hal itu, mestinya kita punya kesadaran bahwa pindah kerja itu, perlu jadikan sebagai sarana untuk maju, bukan untuk melestarikan dan memperpanjang masa penderitaan.

Kesuksesan untuk pindah kerja, bisa jadi terasa pada langkah pertama dan kedua. Tetapi, bila sudah menjadi kebiasaan, dan membiasakan diri untuk pindah kerja dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang cepat, akan menjadi preseden buruk ketidakpercayaan orang lain kepada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun