Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ulasan Buku: Menguak Misteri Kematian Lewat Akal Manusia

10 Oktober 2020   19:49 Diperbarui: 10 Oktober 2020   19:54 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika menemukan buku ini di lapak agen jasa titip, Molzania merasa telah menemukan harta karun. Buku ini walaupun terdengar menyeramkan, tapi isinya lumayan menggelitik. Berbicara tentang kematian ibarat bercerita mengenai kehidupan manusia itu sendiri. Semua manusia yang hidup di dunia pasti akan mati, bukan?

Benar saja, membaca buku ini Molzania seperti melihat masa depan. Sesuai judulnya, penulis sengaja mengajak kita pembaca untuk menyusuri alam baka. Melihat lebih jauh bagaimana manusia dari berbagai zaman dan kebudayaan memandang kematian.

Lewat berbagai ilustrasi pemakaman, kita bisa belajar untuk menyelami makna kematian yang tercatat dalam sejarah. Bahwa sesungguhnya manusia masih tidak bisa menebak dengan jelas kematian itu sendiri. Terbukti dengan banyaknya imajinasi dan khayalan yang terbentuk. Misalnya pada bangsa-bangsa kuno, cerita dibalik kematian lebih didasari pada dongeng dan mitos-mitos yang dipercayai secara turun temurun.

Sebagian diantara mereka memercayai kehidupan setelah kematian. Tetapi sebagian lagi tidak. Mereka yang memercayai adanya kehidupan setelah kematian, berbondong-bondong melakukan persiapan. Saat menjumpai anggota keluarganya meninggal, mereka yang masih hidup lantas mengubur berbagai harta benda bersama jenazahnya. Tujuannya supaya anggota keluarga yang telah meninggal itu dapat melanjutkan hidupnya dalam damai di alam baka.

Pemikiran seperti ini juga memengaruhi kematian di kalangan para penguasa suatu negeri dan keluarganya. Para raja itu menolak menjadi miskin bahkan ketika sudah tiada. Makanya mereka lantas membangun istana pemakaman yang megah. Lengkap dengan patung para pengawal dan dayang-dayangnya. Di dalam pemakaman tersebut, mereka menimbun harta dan kekayaan sebanyak-banyaknya. Mungkin agar kekuasaannya abadi, meskipun telah mati.

Melihat kenyataan tersebut, tentunya menjadi hal yang menggelikan. Mengingat hal yang bertolak belakang justru terjadi pada mereka yang tak memercayai adanya alam baka. Umumnya mereka hanya menggeletakkan jenazah begitu saja di suatu tempat, alih-alih menguburnya. Membiarkan jenazah tersebut membusuk perlahan dan menjadi santapan burung.

Perubahan terjadi menjelang abad pertengahan. Saat itu umat manusia sudah mengenal agama dan kepercayaan dengan lebih baik. Sedikit banyak kematian diyakini dengan adanya surga dan neraka. Mereka yang berdosa akan masuk neraka. Sementara itu mereka yang berbuat baik siap-siap berada di surga.

Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam juga memiliki konsep serupa itu. Akan tetapi, Islam menjabarkan lebih jauh lagi tentang kehidupan setelah kematian. Dalam agama Islam, seseorang yang telah mati akan mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Jika kita meninggal, pakaian yang tersisa hanyalah kain kafan.

Lain lagi halnya jika membahas kematian pada era modern. Masalahnya dunia ini sudah semakin ramai. Orang-orang lebih suka membicarakan tentang pembangunan. Lihat saja gedung-gedung tinggi di sekitar kita. Tempat hiburan masa kini membuat area pekuburan menjadi semakin sempit. Muncul bisnis-bisnis pemakaman eksklusif yang dibeli oleh orang-orang kaya. Serupa tapi tak sama dengan yang dilakukan para raja pada zaman dahulu kala.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Lewat buku ini, dibahas pula kremasi sebagai pilihan pemakaman abad 21. Orang-orang modern zaman sekarang lebih memilih kremasi daripada pemakaman biasa. Alasannya selain praktis, hemat biaya pula. Tentu saja sebagai muslim, pilihan tersebut tidak berlaku. Akan tetapi, Islam memberikan keluwesan. Jika terdapat lebih dari satu jenazah, boleh dimakamkan satu liang lahat

Menurutku buku ini sangat menarik dan unik. Membacanya kita menjadi kaya akan perspektif kematian. Sesungguhnya kematian itu adalah sebuah keniscayaan. Maka hendaklah mempersiapkan kematian dengan cara memperbanyak amalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun