Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Fasilitasnya Ada Namun Tidak Bisa Digunakan, Benarkah LRT di Palembang Ramah Difabel?

13 September 2018   13:34 Diperbarui: 13 September 2018   14:18 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lift stasiun LRT yang belum bisa digunakan. sumber: dok. pribadi

Sejak awal pembangunan, saya sangat antusias dengan keberadaan LRT di kota Palembang. Apalagi pemerintah berkomitmen untuk membuat fasilitas yang ramah difabel untuk pengguna kursi roda seperti saya.

Sempat terbayang kalau LRT Palembang akan bisa seperti di negara maju di mana pengguna kursi roda bebas untuk pulang-pergi naik LRT sesuka hati.

Sudah lebih kurang 1,5 bulan lalu sejak resmi diluncurkan, LRT di Palembang beroperasi akhir Juli lalu dan dibuka untuk umum.

Gaung event pertandingan olahraga Asia bertajuk Asian Games pun sudah berakhir. Maka saya yang seorang difabel pengguna kursi roda pun memberanikan diri untuk mencoba moda transportasi publik terbaru ini.

Saya merasa inilah saat yang tepat untuk menjajal LRT Palembang setelah sekian lama.

Beberapa hari lalu, saya pergi bermaksud untuk menjajal LRT pada pagi hari saat jam kerja. Saat-saat seperti itu, diharapkan tidak banyak orang berkunjung, agar bisa leluasa menggunakan kursi roda.

Saya sendiri cenderung menghindari tempat-tempat ramai. Tidak mampu jika harus berdesak-desakan dengan banyak orang lainnya.

Dulu waktu awal-awal LRT resmi diluncurkan, saya sebetulnya sudah memiliki rencana untuk mencoba LRT pada saat pelaksanaan Asian Games. Tetapi urung saya lakukan karena ketika saya berkali-kali melewati stasiun LRT yang kebetulan salah satunya dekat rumah.

Alasan utamanya, lift masih diperbaiki. Pun situasinya crowded karena antusiasme warga Palembang. Terlintas di pikiran, kalau saja lift itu bisa digunakan sesudah Asian Games berlalu.

Saya pun mencoba untuk menghubungi komunitas Palembang Local Guides. Kiranya mereka sebagai anggota komunitas travelling mengetahui cara teraman bagi pengguna kursi roda untuk naik LRT di Palembang.

Salah satu alasannya karena beberapa kali melewati depan beberapa stasiun LRT, lift masih belum bisa digunakan. Barangkali mereka, teman-teman saya itu, tahu alternatif untuk naik LRT. Atau mungkin barangkali tanpa sepengetahuan saya sudah ada lift di salah satu stasiun LRT yang sudah beroperasi.

Lalu saya mendapatkan balasan yang cukup membuat saya tertegun. Mereka bilang satu-satunya jalan bisa dari jembatan penyebrangan yang terletak di Mall OPI Palembang.

Namun jembatan penyebrangan itu jaraknya lumayan jauh untuk bisa masuk ke stasiun. Ukuran manusia normal, jembatan itu sangat panjang untuk bisa membuat kaki pegal.

Saya pun juga mencoba untuk melewati kawasan OPI Mall tersebut. Melihatnya dari jauh saja sudah membuat saya menghela nafas. Saya memperkirakan jaraknya bisa mencapai ratusan meter.

Tangan saya bisa pegal jika saya menempuh jarak sepanjang itu dengan cara mendorong kursi roda manual. Saya juga mengkhawatirkan kondisi ayah yang sudah tua jika harus ikut mendorong.

Hal yang lebih mencengangkan lagi, itu adalah satu-satunya stasiun LRT yang bisa saya tempuh dengan kursi roda.

LRT itu diperuntukkan untuk alat transportasi, masa iya saya harus pulang dan pergi menuju stasiun yang sama?

Sementara itu tidak ada satupun lift yang beroperasi. Fasilitasnya ada dan sudah tersedia, namun tak bisa digunakan sama sekali. Alasannya? Tidak tahu.

Saya pun mencoba berkeliling ke stasiun LRT lainnya. Pilihan saya jatuh ke stasiun LRT yang satu lokasi dengan Palembang Icon Mall. Menurut saya lokasinya sangat strategis daripada stasiun LRT lain.

Di sini tersedia lahan parkir yang cukup luas karena saya harus memarkirkan mobil jika ingin menjajal LRT. Tapi lagi-lagi, di sana, lift tidak beroperasi.

Ayah saya pun menemui seorang satpam LRT yang bertugas di sana. Alternatifnya saya bisa naik ke atas stasiun dengan cara digotong beberapa orang petugas menggunakan eskalator berikut kursi rodanya. Pilihan ini ditolak mentah-mentah oleh ibu saya yang kebetulan ikut menemani saat itu.

Menurutnya, eskalator dan tangga LRT terlalu curam untuk dinaiki menggunakan kursi roda.

Eskalator yang tersedia bukanlah yang bisa dinaiki dengan kursi roda seperti yang sering saya lihat di Youtube.

Demi keselamatan diri sendiri dan orang lain, saya pun kembali urung untuk menaiki LRT.

Sayang sekali, padahal menurut petugas yang saya temui saat itu, pengerjaan lift LRT di stasiun PI sudah selesai. Harusnya telah bisa digunakan.

Namun entah mengapa belum beroperasi atau memang tidak dioperasikan. Entah kapan waktunya diaktifkan.

Mendengar hal tersebut, saya lantas bersedih. Apakah fasilitas difabel yang digaung-gaungkan pada LRT Palembang hanya sekadar lip service belaka? Sementara difabelnya sendiri tidak bisa sama sekali mencoba naik ke stasiun LRT.

Sebagai warga difabel Kota Palembang, saya merasa berkewajiban untuk meninjau pengalaman menaiki moda transportasi terbaru di Indonesia yang "katanya" ramah difabel.

Tidak banyak warganet yang bercerita tentang LRT Palembang dari sudut pandang seorang difabel. Saya merasa bangga dengan kehadiran LRT yang diharapkan bisa membawa kemajuan bagi dunia disabilitas di Indonesia. Meski saya masih harus kecewan.

Satu-satunya yang bisa saya lakukan saat ini hanyalah menunggu. Entah sampai kapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun