Mohon tunggu...
Moh Tamimi
Moh Tamimi Mohon Tunggu... Jurnalis - Satu cerita untuk semua

Mencari jejak, memahami makna.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengenang Kekasih

30 Juli 2021   14:07 Diperbarui: 30 Juli 2021   14:34 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apakah yang tersisa malam ini, kekasih, bila kebahagiaan selalu terlihat sama dan ketidakbahagiaan melalui jalannya masing-masing?*

Kau bukan lagi dewiku, dewi padi yang selalu menghidupiku dengan bulir-bulir kebahagiaan yang kaupersembahkan dalam setiap ketundukanmu.

Aku bukan lagi abdimu, dewi. Aku bukan lagi cinta yang kau harapkan.

Beban berat yang kau angkat dalam ketundukanmu pada matahari diruntuhkan begitu saja oleh para petani dengan sekehendak mereka, tiada lagi persembahan bagi sang dewi.

Peluk aku, peluk aku sekali lagi, dan tinggalkan aku tanpa menyisakan sekeping kenangan pun, bawa semua reruntuhan kenangan ini bersamamu.

Jibril menulis di atas lontar pikiran manusia dengan pena keabadiaan "kun" yang ia dapat dari Sang Rabbi tanpa huruf-huruf atau suara-suara, lahirlah puisi pertama.

Sera Tengah, 25-30 Juli 2021

*terinspirasi tulisan Leo Tolstoy

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun