Mohon tunggu...
Moh Tamimi
Moh Tamimi Mohon Tunggu... Jurnalis - Satu cerita untuk semua

Mencari jejak, memahami makna.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Murid Demam Nilai, Minim Proses

3 April 2021   21:27 Diperbarui: 3 April 2021   21:33 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jangan Silau pada hasil, tetapi berbanggalah pada proses.

Anak-anakku yang baik lagi berbudi pekerti. Ini bukan nasehat seorang guru sufi kepada muridnya. Ini nasehat seorang guru yang juga tengah belajar kepada murid-muridnya.  Cintaku pada kalian setinggi bubungan dalam kelas, sedalam laci dalam bangku.

Anak-anakku, kalian belajar dengan susah payah, berangkat sekolah dengan uang saku dari orang tua. Orang tuamu menaruh harap masa depan cerah untukmu  dengan ilmu pengetahuan, samg cahaya kehidupan.

Aku tahu kalian lelah, letih, lesu, ingin cepat pulang, liburan, bermain, dan semacamnya. Itu fitrah anak-anakku. Aku pun begitu. Aku ingin tidur saja kadang, namun kebanyakan tidur juga tidak enak dan lesu. Lalu, aktivitas apa saja yang tidak bikin lesu?

Aku tidak tahu, mungkin semua yang disenangi kita membuat kita tidak lesu mengerjakannya.
Akan tetapi, jika banyak hal membuat kita lesu pada akhirnya, mengapa kita melakukan yang bermanfaat saja, lesu boleh, tapi ada manfaatnya.

Melakukan sesuatu tanpa didasari ilmu pengetahuan akan mengurangi nilai dan kualitas apa yang kita kerjakan. Sama-sama bongkar pasang motor, namun orang dengan tanpa pengetahuan yang mumpuni, ia hanya bisa menduga-duga, tidak bisa menganalisis dengan benar. Berapa kecepatannya, kekuatannya, penggunaan bahan bakar seberapa irit? Mungkin kita yang suka "bengkelin" motor, memperbesar gasnya, memindahkan jarum gas di mesin, supaya makin kencang dengan konsekuensi semakin boros. Tidakkah kita berpikir, bagaimana caranya membuat motor cepat dengan bahan bakar irit?

Seorang siswa SMP di Jawa mampu membuat "kontak" motor dengan menggunakan e KTP, sehingga kemungkinan dicuri dengan kunci seribu (kunci T) semakin sulit, tak ada colokannya di situ.

Anak-anakku,  masihkah kita akan bermalas-malasannya dengan hanya mengandalkan orang tua, padahal orang tua kita mengandalkan kita untuk masa depan kita sendiri. Mereka banyak berkorban, membelikan kita hp, laptop, motor, demi kelancaran proses belajar kita, walaupun dapat ngutang.

Anak-anakku,  bukan nilai yang membuatmu ahli. Nilai tidak bisa sepenuhnya dipertaruhkan, proses belajarlah yang lebih penting daripada sekadar nilai. Mungkin kaku akan mendapat beberapa keberuntungan dari nilaimu yang tinggi, nilai cukup dijadikan motivasi untuk terus berproses.
Sudahlah, yang penting belajar, tidak dapat nilai tidak kenapa. Jika konteksnya di sekolah, nilai penting, karena para guru menilai kinerjamu, prosesmu, sebagai apresiasi terhadapmu. Jangan terlalu bangga dengan nilai tinggi,  jika kita tidak menjalani proses dengan baik.

Bagiku, tak usah demam nilai, tapi minim proses. Akan tetapi, teruslah berproses, kita akan mendapat nilai dari proses kita.

*Tamimi, guru murid-murid kece.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun