Mohon tunggu...
Mohammad Sidik Nugraha
Mohammad Sidik Nugraha Mohon Tunggu... Editor - Textpreneur

Lahir dan besar di Bandung. Pernah rutin mengunjungi Perpustakaan Daerah Jawa Barat, bahkan sebelum jam buka dan pegawainya datang, karena ketagihan baca komik "Dragon Ball". Sejak 2007, berkecimpung di bidang penerbitan buku sebagai editor, proofreader, penerjemah, dan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Nasib Buku di Tengah Konflik Rusia-Ukraina

30 Juni 2022   10:23 Diperbarui: 1 Juli 2022   13:45 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilihat dari luar, tumpukan buku menutupi jendela sebuah bangunan di Kyiv, Ukraina. Pemandangan itu dipotret oleh Lev Shevchenko, kemudian tersebar di dunia maya. Bukan untuk dibaca, buku-buku itu ditempatkan sedemikian rupa sebagai barikade. 

Saat damai, buku adalah jendela dunia. Ketika perang berkecamuk, buku jadi penghalang di jendela rumah. Apa gunanya? Untuk melindungi penghuni dari pecahan kaca kalau ada bom meledak. Ironis. 

Sejauh ini, berita utama seputar serangan militer Rusia ke Ukraina menyoroti kekhawatiran akan gangguan pasokan energi dan pangan. Dampaknya terhadap dunia perbukuan kurang diperhatikan. Padahal, buku berguna untuk menjaga kewarasan manusia di tengah kegilaan perang.

Seiring konflik yang memanas, Ukraina tampaknya ingin menghapus Rusia dari khazanah pustaka mereka. 

Sebaliknya, Rusia tidak mau negara tetangganya itu memiliki wajah budaya yang bebas dari bayang-bayang "Tirai Besi". Siapa yang jadi korban? Rakyat yang membutuhkan pengetahuan utuh dan saling melengkapi---walaupun seperti bertentangan---lewat beragam buku.

Ombudsman Hak Asasi Manusia Ukraina Lyudmyla Leontiyivna Denisova melaporkan hampir 60 perpustakaan di wilayah Ukraina yang menjadi sasaran Rusia rusak dan hancur. 

Menurutnya, tentara Rusia juga menyita dan menghancurkan buku sejarah dan sastra Ukraina (International Business Times, 26/5/2022).

Ukraina juga menganggap buku sebagai "senjata budaya" Rusia yang berbahaya. Setelah Negeri Beruang Merah itu mencaplok Krimea pada tahun 2014, pemerintah Ukraina mempersempit ruang gerak peredaran buku Rusia. 

Mereka berdalih ingin melindungi rakyat Ukraina dari penyimpangan informasi dan melawan ideologi kebencian, fasisme, serta separatisme. Oleh karena itu, mereka melarang peredaran 38 judul buku dari Rusia pada tahun 2015.

Pada Desember 2016, Presiden Ukraina saat itu, Petro Oleksiyovych Poroshenko, melarang impor buku dari Rusia. Penerbit-penerbit asal Rusia yang menguasai 50% lebih pasar buku Ukraina pun terpaksa "tiarap". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun