Mohon tunggu...
Moh NurKholis Majid
Moh NurKholis Majid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa basabasi mengejar mimpi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Elaborasi Konflik Radikalisme dan Terorisme sebagai Ancaman Dunia

7 April 2021   22:57 Diperbarui: 8 April 2021   12:36 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waktu acara Simposium Kepemudaan

Radikalisme yang kerap mengarah pada terorisme merupakan isu penting, khususnya bagi umat Islam saat ini. Berbagai aksi teror dan pengeboman telah melabeli Islam sebagai keyakinan agama yang mendukung kekerasan, yang dianggap sebagai metode "paling suci" dalam menyebarkannya. Bahkan jika hal itu dapat dengan mudah dibantah hari ini, fakta bahwa teroris memang Muslim yang tangguh memberikan beban psikologis yang berat pada umat Islam saat ini.

Di Indonesia sendiri, radikalisme yang cenderung mengarah pada identitas agama, dan pelaku terorisme yang kerap dikaitkan dengan umat Islam, semakin mencekik keberadaan keberagaman dan dapat menimbulkan trauma bagi umat Islam lainnya.

Sejak abad ke-21, terorisme sendiri telah menjadi ancaman yang sangat nyata dalam sistem politik nasional, regional dan internasional. Tidak peduli apakah itu negara maju atau berkembang, tidak ada negara yang kebal dari ancaman terorisme. Perubahan luar biasa dalam kehidupan masyarakat berdampak pada proses transformasi dan perubahan lanskap politik global. Di satu sisi, ada riak demokrasi yang mengedepankan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan.

Dalam hal ini juga muncul terorisme yang diwujudkan dalam bentuk bom bunuh diri, radikalisme agama, bom buku, dll. Padahal, praktik terorisme sudah berlangsung lama. Sejak 11 September 2001, istilah terorisme telah menjadi topik publik, dan dua menara kembar WTC di New York dan Pentagon di Washington runtuh.

istilah terorisme berkaitan dengan ideologi politik tertentu. Upaya untuk mendefinisikan istilah "terorisme" biasanya didasarkan pada asumsi bahwa semua tindak kekerasan, terutama kekerasan politik, dapat dibenarkan, sedangkan bentuk kekerasan lainnya tidak beralasan. Bentuk kekerasan kedua diklasifikasikan sebagai teror.

Skema Konflik Timur Tengah

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, dunia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kapitalis di Amerika Serikat dan kelompok sosialis di Uni Soviet. Perang dingin pecah antara kedua negara ini. Di era ini telah terjadi perlombaan senjata, perebutan pengaruh ideologis, dan perjuangan untuk meningkatkan fungsi intelektual. Di era Perang Dingin ini, Amerika Serikat berusaha membuat negara-negara Islam dan kelompok Islam di dunia bersimpati.

Kecerdikan kapitalis yang dikepalai Amerika Serikat telah menganalisa dan mempengaruhi berbagai mazhab Islam dan kelompok Islam yang tegas menentang ideologi komunis.Hal ini memungkinkan para kapitalis bebas untuk dengan leluasa menggunakan umat Islam dan negara-negara Islam sebagai garda depan melawan komunisme.

Ketika Uni Soviet menginvasi Afghanistan, ia juga melihat ketangkasan Amerika Serikat dalam upaya menghancurkan komunisme. Amerika Serikat secara sukarela membantu Afghanistan melawan Soviet dalam perang yang berlangsung selama sepuluh tahun (1979-1989). Sampai kehancuran Uni Soviet. 

Dengan runtuhnya Uni Soviet, dunia berubah dari bipolar menjadi unipolar. Selama periode ini, hubungan antara Islam Timur dan Barat serta Islam Barat telah mengalami perubahan yang mendasar. Untuk lebih mengkonsolidasikan dominasinya di seluruh dunia, Amerika Serikat telah melakukan segala upaya untuk menemukan cara paling efektif untuk mengontrol kekuasaannya. Untuk mewujudkan ambisi politik ini, Amerika Serikat telah mengadopsi metode propaganda.

Amerika Serikat menuduh Irak, Somalia, Sudan, Suriah dan Iran mendukung teroris. Pada saat yang sama, organisasi Islam seperti Jihad Islam, Hamas dan Hizbullah telah dinyatakan sebagai sasaran perang melawan terorisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun