Mohon tunggu...
Moh Farid
Moh Farid Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa sastra indonesia

Lebih baik bersikap dingin, meskipun menyakitkan, dari pada menyatakan kebenaran yang bisa terkesan seperti alasan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karya Sastra di Tengan Pandemi Covid-19

5 Januari 2021   22:58 Diperbarui: 5 Januari 2021   23:02 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

I

apa peran karya sastra di tengah pandemi ini? apa yang telah terjadi jika karya sastra, entah entah puisi atau prosa, bisa menghentikan laju persebaran virus yang saat ini menjadi musuh bersama umat manusia? Mungkinkah hal ini bisa terjadi atau bahkan--dari saking luar biasanya kekuatan sebuah karya sastra itu sendiri--dapat menyembuhkan orang yang secara medis terjangkit covid-19? Jika benar demikian kenyataannya, akankah karya sastra memiliki tempat khusus di mata dunia? Dengan kata lain para pemimpin negara beserta tim medis akan menghimbau pada seluruh rakyatnya untuk tetap waspada dan selalu membaca karya sastra di tengah pandemi ini.

Pertanyaan-pertanyaan di atas berangkat dari guyonan yang saya lontarkan kepada salah seorang teman kampus beberapa bulan yang lalu. Hanya saja di luar dugaan, sesuai pengakuannya, ia menghabiskan waktu seminggu untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut. Toh walaupun pada kenyataannya, hingga tulisan ini selesai saya buat, dia belum menemukan jawaban yang tepat.

II

Pandemi covid-19 (Corona Virus Disease) tahun 2019 merupakan virus yang teridentifikasi pertama kali di Wuhan, Hubei, China pada Desember 2019 lalu. Virus dengan risiko penyebaran yang sangat cepat ini, telah merambah keberbagai negara. Bak seorang pelancong, virus ini dengan mudahnya masuk ke wilayah-wilayah tanpa kenal rasa takut akan adanya perang saudara ataupun larangan-larangan tertentu akibat perang dagang yang terjadi di suatu wilayah.

Beragam cara telah dilakukan untuk menanggulangi wabah ini, termasuk di negeri yang sangat saya cintai. Beberapa kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus. Dari hal sederhana seperti himbauan agar masyarakat waspada dan tetap tinggal di rumah, hingga kebijakan karantina wilayah yang tentunya akan berdampak pada situasi perekonomian negara.

Tentu seluruh masyarakat Indonesia tak ingin dengan adanya virus corona, krisis ekonomi kembali melanda negeri nan permai ini. Cukup kejadian masa lalu menjadi cerita sejarah di bangku-bangku sekolah. Cukup satu Marsinah saja. Cukup Moses Gatutkaca yang tak bersalah menjadi korban kekejaman suatu rezim. Tak perlu ada Widji Thukul yang lain.

Namun jika keadaan semakin memburuk dan memaksa pemerintah mengambil kebijakan layaknya presiden Ghana yang mengatakan "kami tahu cara menghidupkan kembali perekonomian. Yang kami tidak tahu adalah cara menghidupkan kembali manusia" mari kita saling bahu membahu dalam menghadapinya.

III

Seruan serta tagar supaya masyarakat stay at home, work form home, dan lain semacamnya terus menggaung di media sosial. Tidak hanya itu. Beberapa himbauan yang disampaikan secara langsung oleh jubir presiden, tak jarang berbau kontroversi dan menjadi sasaran empuk netizen +62.

Hal tersebut besar kemungkinan akan berpengaruh terhadap psikologi masyarakat. Apalagi mengingat keberadaan masyarakat yang tinggal di rumah masing-masing dalam waktu tak tentu, kerap disuguhi berbagai berita tentang virus corona yang seakan sangat mengerikan. Tentu masyarakat sangat berpotensi mengalami stres jika hal itu terus menerus terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun