Mohon tunggu...
Muhammad Fajar
Muhammad Fajar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Menggagas Sekolah Virtual di Indonesia, Respon terhadap Revolusi Industri 4.0

10 Maret 2019   11:21 Diperbarui: 10 Maret 2019   11:47 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

4. Untuk memberikan dukungan pengelolaan (timing, tutoring, mentoring, dll);

5. Untuk membantu menempatkan produk dari sekolah virtual di situs web;

6. Untuk menciptakan standar sertifikasi sekolah virtual;

7. Untuk membantu mengevaluasi sekolah virtual;

8. Untuk membuat forum terbuka (universitas, keluarga, sekolah, perorangan) mengenai pengajaran dan pembelajaran.

Menurut Clark (2001), ada sembilan poin penting dalam upaya pendirian sekolah virtual antara lain: (1) Pendanaan; (2) Teknologi; (3) Kurikulum; (4) Pengajaran; (5) Kelas; (6) Pendidik; (7) Peserta didik; (8) Penilaian; (9) Kebijakan dan Administrasi. Dalam konteks Indonesia perlu ditambahkan yakni (10) Tenaga kependidikan, dan (11) Akreditasi.

D. Menggagas Sekolah Virtual di Indonesia

Di Finlandia, sekolah virtual sudah didirikan mulai tahun 1993 yang digagas oleh Menteri Pendidikan Finlandia bekerja sama dengan dewan bisnis penyedia jaringan. Saat ini sudah tahun 2019, berarti kurang lebih 26 tahun Finlandia telah memanfaatkan teknologi dalam bidang pendidikan. Maka tidak heran bila Finlandia sangat maju dalam bidang pendidikan bahkan selalu mendapat peringkat terbaik di dunia, sebab mereka telah memulainya 26 tahun yang lalu.

Lalu bagaimana dengan sistem pendidikan di Indonesia? Bila Indonesia menginginkan penguatan dan pemerataan pendidikan, tidak ada salahnya Indonesia mengadopsi sistem pendidikan di Finlandia yang telah mengembangkan sekolah virtual. 26 tahun yang lalu mereka telah menggunakan dunia virtual sebagai basis pendidikannya dalam memanfaatkan teknologi, sedangkan sistem pendidikan di Indonesia belum memanfaatkannya secara maksimal.

Agar pemerintah Indonesia lebih tanggap dengan perkembangan teknologi dan memprioritaskan pendidikan untuk semua, merata, dan berkeadilan, alangkah lebih baiknya bila pemerintah bekerja sama dengan sektor swasta menggagas sekolah virtual. Daripada sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan dunia virtual sebagai tempat untuk menghujat satu sama lain seperti yang terjadi akhir-akhir ini, baik itu lewat facebook, twitter, instagram, email atau lainnya alangkah lebih baik dimanfaatkan di sektor pendidikan.

Bila pemerintah telah bekerja sama dengan pihak swasta penyedia jaringan internet. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kementerian Agama membuat grand planning (perencanaan besar) tentang sekolah virtual melalui sekolah Induk di setiap kabupaten atau kota. Kemudian sekolah percontohan tersebut mengelola sekolah virtual dengan menyusun kebijakan, administrasi, pendanaan, teknologi, kurikulum, pengajaran, kelas, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, penilaian, dan akreditasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun