Mohon tunggu...
Mohd. Yunus
Mohd. Yunus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peminat kajian ekologi, politik, dan sejarah

Silahkan kunjungi https://mohdyunus.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Gambut, Kearifan Lokal, dan Perubahan Iklim

29 November 2017   14:44 Diperbarui: 29 November 2017   15:20 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rawa gambut merupakan salah satu tipe ekosistem lahan basah dengan sumber daya hayati yang potensial untuk dikembangkan sebagai sistem pendukung kehidupan (life supporting system). Ekosistem rawa gambut mempunyai fungsi untuk pelestarian sumberdaya air, peredam banjir, pencegah intrusi air laut, pendukung berbagai kehidupan, keanekaragaman hayati dan pengendali iklim.

Kearifan lokal merupakan suatu pandangan bahwa setiap kelompok masyarakat lokal memiliki seperangkat pengetahuan budaya yang mengagungkan budayanya sebagai suatu pola untuk menginterpretasikan tindakannya. Lokalitas merupakan konsep bahwa setiap kelompok masyarakat berada di dalam lokus sosial budaya dan geografis yang tetap dan melakukan tindakan sesuai dengan lokalitasnya tersebut. Nilai-nilai kearifan lokal muncul sebagai akumulasi dari interaksi yang kuat dan lama antara masyarakat dengan lingkungannya, salah satunya adalah kearifan lokal pengelolaan lahan gambut yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir.

Kearifan Lokal Dalam Pengaturan Tata Air

Kearifan lokal tidak hanya berguna untuk kehidupan subsisten dan bersifat statis. Kearifan lokal juga melahirkan sistem teknis dalam pertanian seperti sistem parit. Pengetahuan ini dikembangkan dalam kurun waktu yang lama. Kearifan lokal terkait pengaturan tata air banyak ditemui pada masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir. Perantau Banjar yang pertama kali datang ke Indragiri Hilir pada tahun 1885 mengembangkan teknik drainase lahan gambut dengan pembuatan saluran primer dan sekunder.

Salah satu komponen penting dalam pengaturan tata air lahan gambut adalah bangunan pengendali berupa pintu air di setiap saluran. Masyarakat di Indragiri Hilir sudah menguasai teknologi ini, yaitu melalui sistem tabat yang berfungsi mempertahankan keberadaan air dengan mencegah air keluar sewaktu surut tetapi sewaktu pasang air dapat mudah masuk.

Sistem parit yang dikembangkan pada masyarakat Indragiri Hilir adalah sistem tertutup dan menyebabkan keluar masuknya air terjadi pada saluran yang sama sehingga terjadi akumulasi senyawa beracun dan lumpur. Namun, untuk menjamin siklus air tetap terjaga, masyarakat membuat ketinggian tabat lebih rendah daripada tanggul dan ketinggian air pasang kecil ketika musim kemarau. Hal ini menyebabkan air masih dapat melimpasi bagian atas tabat dan masuk ke anak parit.

Sistem pengelolaan tata air yang dikembangkan mengedepankan aspek kerjasama kelompok dan solidaritas, hal ini mengingat air merupakan sumberdaya yang dibutuhkan bersama guna menunjang produktivitas mereka. Walaupun tata air merupakan miliki bersama (common property), namun tidak serta merta membuatnya memiliki akses yang terbuka. Kelembagaan lokal terkait tata air berbeda dengan kelompok tani dimana mereka lebih berorientasi kepada pengembangan usahatani dan identitas kelompok.

Aspek pengendalian, pengawasan dan penegakan hukum dilaksanakan secara bersama-sama melalui kendali kepala parit. Kepala parit adalah tokoh yang ditunjuk secara non formal untuk memimpin masyarakat yang ada dalam kesatuan wilayahnya (setiap kepala parit memimpin satu parit). Kepala parit mengatur berbagai upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan terkait sistem tata air di lahan mereka.

Salah satu faktor penting dalam pemeliharaan tata air adalah pemerataan biaya (cost sharing). Cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan sistem waqaf. Dalam prosesnya, pola ini diwajibkan bagi pemilik kebun kelapa yang melakukan kegiatan ekonomi di sekitar sungai tersebut. Setiap pemilik kebun menghibahkan hasil kelapanya sebanyak 2 baris.

Proses panen dan pengolahan kelapa dikoordinasi oleh kepala parit dan hasil yang didapat akan digunakan untuk melaksanakan pengelolaan sungai tersebut. Mekanisme pengelolaan sungai tersebut dilaksanakan setiap 1 bulan sekali dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat melalui kegiatan gotong royong yang disebut "jumat bersih". Kegiatan mencakup pengerukan sungai dan saluran air, pembersihan sungai dari sampah dan gulma, pembuatan pancangsungai yang berfungsi menghalangi masuknya sampah dan gulma ke hulu sungai.

Upaya Mendukung Pengendalian Perubahan Iklim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun