Mohon tunggu...
Uus Khusaeni
Uus Khusaeni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengacara : Pengangguran Banyak Acara

Strategi besar maksudnya adalah seni memAndang jauh mlampaui pertempuran dan membuat perhitungan lebih dahulu. Strategi ini menuntut Anda untuk fokus pada sasaran Anda yang paling hakiki serta cara untuk mencapainya. Biarkan orang lain terperangkap dalam liku-liku pertempurannya, biarkan mereka meraih kemenangan-kemenangan kecil. Strategi besar akan membawa upah yang paling hakiki: menjadi yang terakhir tertawa. Robert Green

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buya, Muslim Scholar Paling Liberal

20 Februari 2017   08:41 Diperbarui: 20 Februari 2017   09:13 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beliau adalah salah satu ulama NU. Seorang doktor lulusan Kairo. Rekan dari profesor Quraisy Syihab.Pengikutnya ribuan khususnya di Indramayu dan cirebon.

Kiprah beliau tidak begitu mentereng seperti tokoh muslim nasional lainnya seperti Quraisy Syihab, Aqil Syiradj ataupun buya Syafi'i Maarif. Ini mungkin dikarenakan beliau tinggal dan mendirikan pesantren di ujung Indramayu. Perbatasan dengan Cirebon. 

Pemikiran beliau  cukup revolusioner karena mengharapkan banyak dari ajaran Islam di di Indonesia untuk ditinjau ulang. Kajian terhadap fiqih dibuat lebih fleksibel tidak hanya mengikuti text book aja. Ajaran Islam di Indonesia harus lebih welcome terhadap nilai nilai kebaikan universal yang diterima dunia internasional. Seiring sejalan dengan kehidupan modern. Bisa menyesuaikan diri terhadap peradaban saat ini dan kemajuan science dan tekhnologi yang tidak mungkin bisa dibendung.

Buya meyakini bahwa Islam adalah salah satu agama yang benar, sempurna, modern, dan elegan. Islam tidak mungkin salah, anti ilmu pengetahuan, anti mengajarkan kerusakan, Islam mengajarkan cinta, kasih sayang, kedamaian , peradaban yang tinggi dan toleransi dan banyak kebaikan.

Dua bulan belakang aku mengikuti pengajian mingguan yang rutin dilaksanakan dua kali. Aku dibuat cukup surprise dengan kajian kajian yang dipaparkannya. Kajian tersebut spektrumnya cukup luas tapi pada intinya ia di dasarkan pada kitab tafsir dari Sayyid Qutub ( setiap malam jumat) dan buku ROAITULLAH (DR Mustafa Mahmud).

Selama ini saya tidak pernah mendengarkan ada ulama yang memberikan kajian islam seliberal ini. Beliau bebas mengungkapkan pemikirannya namun tetap saja sebagai seorang pendakwah dan pemikir beliau tidak pernah keluar dari code of conduct sebagai mujtahid yang senantiasa berpegang teguh kepada nilai nilai kebenaran secara universal dan ruh Islam yang bertujuan memerdekakan manusia dari kebodohan dan kemiskinan fisik maupun jiwa.

Kenapa buya bisa bersikap seperti itu ? Karena buya berprinsip dan mendasarkan pemikirannya kepada asumsi bahwa ajaran Islam sudah seharusnya berlaku disetiap jaman, untuk siapa saja dan dimanapun.

Maka dari itu bagi buya Qur'an, hadis maupun fiqih bukanlah harga mati. Qur'an bagi beliau adalah kebenaran mutlak tapi diperlukan penafsiran yang cerdas dan kontekstual. Oleh karena itu terkadang nilai nilai yang dianut oleh orang Amerika dan eropa dalam beberapa hal lebih mencerminkan nilai nilai moral seperti yang diajarkan quran seperti supremasi hukum, demokrasi, penghargaan terhadap hak asasi manusia dan penghormatan yang tinggi terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Islam for mankind. Islam for international civilisation.  Itu yang penting. Islam memang harus liberal. Liberal dalam artian yang sebenarnya yaitu membebaskan manusia dari belenggu kemiskinan dan kebodohan. Manusia harus dihargai sebagai manusia. Nilai nilai islam harus tercermin nyata dalam kehidupan. Tidak boleh ada kekerasan, toleransi, kerja keras, punya social responsibility. Islam not for islam tapi for mankind. Kita sebagai pemeluk islam boleh saja punya sikap ekslusive berupa keyakinan spiritual bahwa kita adalah yang paling benar tapi sikap dalam hal kehidupan berbangsa dan bernegara dan dalam kehidupan internasional kita  tidak boleh bersikap paling benar. Kita tidak boleh memonopoli kebenaran.

Merekapun memiliki dimensi kebenarannya sendiri. Oleh karena itu kitapun harus menghormatinya dengan tulus.

Sayang sekali, tokoh sekaliber buya ini tinggal dan menyebarkan nilai nilai islam ( ini menurut saya ) yang sesungguhnya dari dan di Indramayu. Ini dikarenakan disana mereka tidak bisa menangkap pesan buya secara utuh dan lebih baik dibandingkan dengan masyarakat yang berada di kota besar seperti jakarta, Jogja atau Bandung. Justru sering sekali buya mendapatkan perlakuan tidak hormat. Mungkin ini disebabkan oleh tingkat pemahaman yang rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun