Alhamdulilah, kita sudah menamatkan sebulan ibadah penuh berpuasa, baik yang menganut metode hisab maupun rukyat, jangan lupa Bhinneka Tunggal Ika.
Kita sudah melewati sebulan penuh Ramadan dengan berbagai ujian dan cobaan, mulai dari yang halal seperti makan dan minum hingga hal yang haram, seperti berhubungan suami-istri, gibah, dan "Kapan nikah?"
Idulfitri itu di depan mata, hari yang katanya adalah hari kemenangan, seperti merdeka dari penjajahan dan ujung dari perjuangan.
Yang kemarin-kemarin terbiasa berpuasa di siang hari, di hari lebaran kita bebas untuk kembali makan dan minum, asal jangan berlebihan ya, ingat hakikat puasa itu menahan diri, tapi kalo setelah Ramadan maksudnya jangan melampaui batas.
Oh iya, bagi yang sudah mudik, selamat bersenang-senang ya, manfaatkan waktu bersama sanak famili dan kerabat di kota asal...
Kemenangan atas apa?
Sudah lama banget kira tahu kalo lebaran adalah hari kemenangan, makanya lebih marak ucapan "Minal aidin wal faizin" yang berarti "Semoga menjadi orang yang kembali suci dan menjadi pemenang" daripada "Taqabbalallahu minna wa minkum" yang berarti "Semoga Allah menerima amal kami dan Anda".
Sebenarnya, yang menjadi pertanyaan adalah apa benar Idulfitri dirayakan sebagai hari kemenangan, seperti klub sepak bola yang menjadi juara kompetisi tertinggi?
Pertanyaan yang menggempur isi otak saya juga adalah dari mana benang merah Idulfitri sebagai hari kemenangan yang sudah terlanjur mengakar di benak masyarakat?
Lalu, kita meraih kemenangan atas apa? Dalam berbagai ayat Alquran atau Hadis Rasulullah SAW saja tidak da yang menyebutkan itu.