Hujan turun di pinggiran kota ini, tepat pada awal April, bulan yang pernah menjadi saksi indah awal kita menjalin kasih.
Turunnya pun sore hari, seharusnya tadi bisa bercengkerama ria bersama senja yang menghangatkan, harusnya.
Namun, nuansa sore tidak akan hilang kesakralannya meski tidak ada senja karena digantikan oleh hujan.
Hujan yang sebagian orang bilang berkah, sebagiannya bilang musibah, tetapi bagiku ada kenangan yang meruah.
Siapa lagi jika bukan tentangmu dan tentang kita yang pernah berjalan 1 tahun 8 bulan sebelum kandas karena hujan awal Januari.
Unik ya, aku mengenangmu di saat hujan turun hari ini, tepat saat kita berpisah saat hujan deras melanda kota ini.
Ah, mengapa saat hujan, selalu ada semua tentang masa lalu indah kita yang terkenang di alam pikiranku ini?
Abaikan tentang anggapan hujan penuh dengan kenangan, aku tidak berpikiran itu saja tiba-tiba muncul rasa mengenang saat hujan.
Kamu ingat, aku mendadak menyatakan rasa yang kupendam selama ini, padahal aku meminta kita saling berkenalan seminggu dulu.
Ajaibnya, kamu langsung menerimaku tanpa berkenalan lebih intens, dan hubungan kita tetap berlanjut baik-baik.
Kurasa, memiliki dirimumu adalah anugerah terindah yang pernah kuterima seumur hidupku.