Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Flexing Jangan Bawa-bawa Tuhan!

21 Maret 2023   22:44 Diperbarui: 21 Maret 2023   22:59 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu simbol kekayaan. (Foto: Unsplash.com/Victor Furtuna)

Sering ditemukan orang dengan membawa mobil yang harganya sangat fantastis dan ditempeli stiker dengan tulisan Arab yang artinya "Ini adalah keutamaan dari Tuhanku".

Ada yang berbagi foto dengan mobil mewahnya, lalu menulis caption yang diawali dengan syukur dan membawa nama Tuhan.

Masih banyak lagi contoh orang yang bangga menunjukkan apa yang dimilikinya dengan membawa nama Tuhan di depan banyak orang.

Sebenarnya, ada zona abu-abu ketika seseorang membawa-bawa Tuhan ketika berfoto dengan mobil atau rumah mewah.

Tidak jelas antara berniat ingin berbagi cerita sebagai bentuk rasa bersyukur atau ada unsur flexing di dalamnya.

Namun, semua tergantung hari nurani apakah pantas memamerkan harta di saat masih banyak masyarakat yang serba kekurangan.

Jangankan membeli Rubicon atau vila, makanan untuk hari ini saja belum tentu bisa didapatkan meskipun sudah bekerja keras.

Nurani menjadi alat kontrol seseorang untuk memaksa seseorang untuk bertindak sesuai norma dan kata hati yang bersih.

Beda cerita lagi apabila hati nuraninya mati dan akal sehatnya tidak berfungsi, kecuali di otaknya hanya memikirkan cara untuk pamer.

Sebelum pamer yang seharusnya tidak perlu, cobalah untuk berpikir kembali, pantaskah membawa-bawa Tuhan untuk sombong?

Pantaskah juga untuk pamer kekayaan di saat banyak orang yang kondisi ekonominya sangat mengenaskan.

Tidak selamanya hidup itu sesuai dengan keinginan seseorang, ada aturan dan norma seperti perikemanusiaan.

Apakah manusiawi ketika pamer kekayaan, terlebih lagi membawa-bawa nama Tuhan yang sangat suci untuk tindakan kotor tersebut?

Padahal, apa saja yang dimiliki oleh manusia sebenarnya adalah titipan dari Tuhan, kurang tepat apabila dikatakan sebagai milik sendiri.

Harta yang melimpah adalah ujian dari Tuhan, sejauh mana manusia bisa menjaga amanah kekayaan tersebut, apakah bersyukur atau malah kufur apalagi pamer.

Terlebih jika pamernya membawa nama Tuhan, nama itu terlalu suci dari segala macam keburukan, seperti pamer kekayaan.

Hati-hati jika Tuhan bertindak karena kesombongan manusia, harta yang dibanggakan selama ini akan ditarik kembali.

Perantaranya bermacam, salah satunya adalah penyitaan aset yang dimiliki karena terjadi suatu hal.

Jauh sebelum ingin pamer, coba renungkan kembali bersama akal dan nurani, pantaskah atau layakkah untuk dilakukan?

Idealnya, memiliki harta yang melimpah seharusnya digunakan untuk kebajikan, seperti berbagi kepada yang membutuhkan.

Itu jauh lebih baik daripada menyombongkan harta dengan membawa nama Tuhan, padahal harta yang dimilik sebenarnya hanyalah titipan dari Tuhan.

Maka dari itu, sebagai persiapan Ramadan 2023, tidak ada salahnya untuk membersihkan kerak kesombongan dan pamer kekayaan sebelum memasuki bulan suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun