Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan fisik, mental dan spiritual masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

The Light of "Sholat" (Bagian Kedua)

13 Agustus 2022   10:30 Diperbarui: 7 Mei 2023   07:09 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Sejatinya Allah, "Diri yang Tinggi", satu yang sejati, sumber segala realitas, wujud sempurna dan absolute, tidak dibatasi ruang, waktu, materi, energi dan informasi tidak perlu kita cari kemana-mana. Dia ada di dalam diri kita sendiri.  Sebenarnya semua di alam semesta ini adalah perwujudan Allah. Alam adalah ungkapan empirisNya yang berbeda dalam segala hal. Artinya Dia immanent sekaligus transendent. KeberadaanNya tidak bergantung pada alam semesta yang terbatas dalam ruang, waktu, materi, energi dan informasi namun meresapi apa pun yang ada. Tak ada tempat di dunia ini di mana tidak ada kehadiranNya di situ. 

Setelah kita memenuhi syarat dan aturan (syar'i), selebihnya sholat adalah "spiritual journey" yakni perjalanan diri, melalui diri, perjalanan ke dalam, menuju diri sendiri, menuju Allah (taraqqi). Sebuah perjalanan/pendakian spiritual seorang hamba "melepaskan" kemelekatan terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu serta mengakses Allah, "Diri yang Tinggi", satu yang sejati, sumber segala realitas, wujud sempurna dan absolute, tidak dibatasi ruang, waktu, materi, energi dan informasi. Mengalami kehidupan sejati (haqiqi) yang penuh kemurnian, kedamaian, pencerahan, rasa syukur, kepuasan hidup, keberlimpahan, sukacita, keseimbangan hidup serta kesehatan secara fisik, mental dan spritual.

Karena itu konsep yang benar dalam sholat, bahwa sholat itu di dibangun/didirikan (aqimish sholah), bukan sekedar dikerjakan. Ada 5 pilar yang harus dibangun/didirikan dalam sholat.

Pertama, kontrol nafas. Sholat bukan mengosongkan pikiran dan perasaan. Sebagai manusia, tidak mungkin kita bisa mengosongkan pikiran dan perasaaan. Melalui niat, bacaan, makna, gerakan sholat kita membawa pikiran dan perasaan yang liar meloncat kesana kemari menyatu dengan tubuh kita. Sholat membawa pikiran, energi, emosi dan tubuh selaras dengan aliran nafas kita. Kontrol nafas berarti membangun keselarasan pikiran, energi, emosi dan tubuh. Betul-betul menikmati setiap tarikan dan hembusan nafas kita secara natural.  Bila kita bisa menikmati setiap tarikan dan hembusan nafas secara natural di dalam sholat, maka kita akan akan mengalami purifikasi/pemurnian diri. Merasakan rasa syahdu atas keberlimpahan (abundance) dan cinta (love) dari dalam diri. Merasakan sumber keberlimpahan dan cinta dari satu yang sejati. Maha keberlimpahan (Ar Rahman) dan Maha Cinta (Ar Rahiim) adalah sifat utama Tuhan. Ketika mengalami sejatinya diri serta mengalami keberlimpahan dan cinta sejatinya kita sedang mengalami sejatinya Tuhan, mengalami energi keberlimpahan dan energi cintaNya. 

Setelah sholat pun, kondisi menikmati setiap tarikan dan hembusan nafas kita tetap kita jaga. Kondisi mengalami keberlimpahan (abundance) dan cinta (love) yang merupakan sifat utama Tuhan tetap kita jaga. Ini yang disebut bagian dari upaya untuk tidak lalai dalam sholatnya ('an sholaatihim sahuun). (QS 107 : 5). Ini juga yang disebut bahwa sholat itu bisa mencegah perbuatan buruk yang melampaui batas dan melanggar nilai, norma dan aturan yang benar (innas sholata tanha 'anil fahsya'i wal munkar). (QS 29 : 45)Bukan sekedar menghirup nafas (inhale) dan menghembuskan nafas (exhale), sholat adalah menghirup kebaikan dan kebenaran, melepaskan keburukan dan kemunkaran. Sholat adalah menghirup masa kini, here and now serta menghembuskan diri dari sikap meratapi masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan. Sholat adalah menghirup keberlimpahan dan cinta Tuhan serta menebarkan keberkahan dan kebaikan ke alam semesta. (QS 6 : 125). Sholat adalah juga menghirup kehidupan dan menghembuskan kematian. Alam semesta ini memiliki kesadaran kehidupan maupun kesadaran kematian. Kapan waktunya harus hidup dan kapan waktunya harus mati. Tidak peduli sekuat, sekaya, se-secure apapun kita, semua sama di hadapan kematian yang pasti datang kapan saja. Walaupun ego, keinginan dan hawa nafsu kita berharap bisa hidup terus selamanya. Namun suka atau tidak suka alam semesta terus memurnikan diri menuju pada kesejatian dirinya terus berproses seperti nafas, terus berproses dalam siklus hidup dan mati, tidak ingin terjebak dan melekat dalam pernik-pernik dunia fana yang kita kumpulkan.

Kedua, penyucian diri/pemurnian diri/purifikasi. Berhenti menyalahkan sana-sini, mengambil tanggungjawab sepenuhnya, membersihkan diri dari dosa dengan pertaubatan, "melepaskan" kemelekatan terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu dan menata kemurnian (keikhlasan) vibrasi, frekuensi dan energi kita.. Pekerjaan spiritual terbesar adalah "melepaskan" kemelekatan terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu hingga menjadi murni (ikhlas). Pondasi semua aktivitas adalah ikhlas, al-khuluus min as-syawaa'ib, murni/jernih tidak terkontaminasi dengan sesuatu dari luar. Vibrasi, frekuensi dan energi mengalami purifikasi menjadi murni. Bisa melepaskan semua servo mechanism diri yang sakit, menderita dan gagal. Melepaskan hambatan-hambatan emosi dan kotoran-kotoran hati yang sering jadi penghalang (hijab/distraction). Melepaskan semua pusaran energi rendah (force/dun-yā) seperti prasangka buruk, pikiran negatif, kesombongan, cinta dunia, keserakahan, suka pamer, kemarahan, kebencian, tidak bisa memaafkan, luka-luka batin, sampah-sampah emosi, malas, putus asa, rendah diri, kesedihan berlarut-larut, memori kontraproduktif yang sering ramai dan antri di hati. serta menahan naiknya jiwa kita ke level energi yang lebih tinggi. Vibrasi, frekuensi dan energi yang memancar dalam diri adalah pusaran energi tinggi (power/akhirah) (QS 98 : 5). 

Semua pekerjaan spiritual terbesar ini dilakukan di dalam sholat. Semua gerak jiwa dan gerak raga dalam sholat dimulai Allahu Akbar. Transisi geraknyapun diiringi dengan kalimat Allahu Akbar. Menyadari bahwa sebenarnya kita ini sangat kecil"Melepaskan" kemelekatan terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu. Melakukan pertaubatan, penyerahan diri, pemurnian diri. Seberat apapun beban hidup, sebesar apapun masalah yang kita hadapi, setinggi apapun impian, sehebat apapun kita...masih jauh lebih besar dan lebih hebat Allah. Melepaskan semua kepentingan, harapan, tujuan selain kepada satu yang sejati, sumber segala realitas dan absolute. Terjadi transendensi sensorik dengan pengendalian panca indera serta melepaskan kemelekatan terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu terutama terhadap segala distraksi duniawi yang fana dan penuh keterbatasan.

Ketiga, khusyu'sa'ah wa sa'ah. Khusyu'sa'ah wa sa'ah adalah kondisi flow dalam setiap moment bacaan dan gerakan dinamis sholatLarut dalam perasaan cinta kepada Allah. Seperti mengalami kematian, pulang kembali kepada Sumber Kehidupan, pulang kembali kepada Allah. Masuk di gelombang theta. Flow/mengalir apa adanya dalam setiap niat, bacaan dan gerakan sholat sesuai syarat dan aturan (syar'i). Biarkan pikiran dan perasaan yang meloncat-loncat kesana kemari hingga menjadi hening. Saat tubuh, energi, gerakan, bacaaan, pikiran dan emosi terstimulasi sedemikian rupa dengan bacaan dan gerakan sholat tersebut maka  terjadi alignment dengan tingkat persisi yang sangat tinggi. Saat tubuh dan energi dilibatkan, selaras dan berpadu dengan pikiran dan emosi secara sempurna, saat diri sadar penuh hadir utuh maka spiritual akan bangkit. Khusyu' ini menghasilkan keyakinan murni, totalitas pengabdian, kenikmatan, kesadaran dan kebermaknaan hidup. (QS 2 : 45-46). Khusyu' ini menggetarkan hati, merasakan kedamaian dan mengalami ekstasi kebahagiaan. (QS 50 : 37). 

Sholat mengajarkan kita untuk mengendalikan pikiran, energi, emosi dan tubuh.  Kita seringkali tidak bisa selalu mengontrol apa yang terjadi di luar, tapi kita selalu bisa mengendalikan apa yang terjadi di dalam.  Dalam kehidupan kita bisa jadi sering berinteraksi dengan orang lain atau peristiwa alam yang bermacam-macam karakteristiknya. Interaksi tersebut sedikit banyak bisa mengkontaminasi kemurnian diri kita dengan pikiran-pikiran toxic, emosi-emosi sampah yang membuat diri kita tidak seimbang dan sakit jiwa raga. Kewajiban menjalankan sholat minimal 17 putaran (rak'ah) di waktu yang telah ditentukan adalah "pilar kehidupan" yang menjaga jiwa raga kita tetap seimbang dan sehat. Sholat menjadi penyangga pikiran, energi, emosi dan tubuh tetap murni dan memancarkan keberlimpahan (abundance) dan cinta (love).

Keempat, kesadaran diri. Menyadari setiap bacaaan dan gerakan sholat. Menjadi diri seutuhnya. Menyatu dengan jangkar kesadaran kita yaitu nafas kita. Meniti jalan nafas dan masuk kepada kedalaman kesadaran. Sadar penuh hadir utuh dalam setiap niat, bacaan dan gerakan sholat serta terjadi keselarasan /congruent antara hati, bacaan dan gerakan (tuma'niah).  Melakukan pengulangan aktivitas tersebut dalam satu, dua, tiga, empat putaran (rak'ah) dalam bacaan ayat-ayat kitab suci dan/atau zikr baik secara diam-diam (khafi) atau terdengar (jahr) serta dalam gerakan baik itu berdiri (qiyyam), the half forward bend pose (ruku') maupun posisi sujud (sijdah). Terus menikmati tarikan dan hembusan nafas hingga melampaui diri secara keseluruhan, mengakses Tuhan yang satu, sumber segala realitas dan absolute dalam zat, sifat dan perbuatan. Jiwa terbuka, cahaya Tuhan masuk, mengalami pencerahan. Bila sholat kita belum bisa sadar penuh hadir utuh maka ada something wrong dalam sholat kita.

Ketika melampaui diri secara keseluruhan, mengakses Tuhan yang satu, sumber segala realitas dan absolute dalam zat, sifat dan perbuatan itu terjadi, kita menjadi no thing, no body, no one, no time, no where. Kita bukan apa-apa. Kita bukan siapa-siapa. Kita sejatinya tidak ada, tidak tahu apa-apa kapanpun dan dimanapun.  Masuk ke medan titik nol (zero quantum field). Masuk di medan kuantum, dimana ruang dan waktu sudah tidak eksis lagi. Kita mengalami fana, kita lebur di dalamNya. Kesadaran jiwa kita naik di level energi sangat tinggi, ekspansi menjadi everything, everybody, everyone, everytime, everywhere. Menyatu dengan segalanya dan mengakses sumber segala realitas. Ini adalah pengalaman transendental. Diri naik pada kesadaran tinggi dan mengalami ekstasi pencerahan, ledakan suka cita, kedamaian, keikhlasan, rasa syukur, cinta kasih, rasa keberlimpahan serta hidayah seakan terus menyirami tubuh dan jiwa kita. Ini sangat penting dan dibutuhkan bagi kualitas hidup kita, kebahagiaan kita dan keseimbangan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun