Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan fisik, mental dan spiritual masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seks di Luar Nikah dan Hancurnya Integritas Biopsikososial

8 Juni 2021   17:17 Diperbarui: 29 September 2023   17:29 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://redemetamorfose.org/

Ternyata dampak seks di luar nikah tidak berhenti di hancurnya integritas memori tubuh, terkuras habisnya vital energy, penyakit menular seksual (PMS), namun juga berdampak pada hancurnya manusia secara psikologis dan sosial. Biopsikososial dirumuskan oleh George Libman Engel terutama saat beliau bertugas di University of Rochester Medical Center. Biopsikososial mencoba memahami kesehatan manusia dan penyakit dalam konteks biologis, psikologis dan sosial. Kita bisa saksikan dampak sosial dari hubungan seks di luar nikah seperti pembunuhan janin (aborsi), penderitaan anak karena kelahiran tanpa asuhan ayah dan/atau ibu kandungnya, kekerasan dalam keluarga karena labilnya jiwa dan perceraian suami istri. Untuk kasus aborsi saja, yang terjadi di Indonesia menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2020, ada dua juta kasus aborsi ilegal setiap tahunnya, dan 30 persen dilakukan oleh kalangan remaja. 

Dampak sosial lebih besar lagi adalah dampak pada generasi selanjutnya. Secara kuantum, data-data memori tubuh manusia bisa menurun ke generasi selanjutnya baik secara langsung atau melompat ke generasi sesudahnya yang pola vibrasi dirinya sesuai dengan data-data memori tersebut. Alam semesta ini terwujud dengan prinsip-prinsip keseimbangan. Apapun yang kita perbuat sekarang entah positif atau negatif ada akibatnya. Berbuat baik dampaknya baik, berbuat buruk dampaknya buruk. Dampaknya bukan hanya ke diri kita tapi juga nanti ke generasi selanjutnya sesudah kita. Kalau seseorang melakukan seks di luar nikah (zina), secara keseimbangan alam akan ada keluarganya entah itu istrinya, suaminya, anaknya atau cucunya dan seterusnya yang akan terjerumus atau jadi korban, entah berzina atau dizinai. Ini yang disebut Pierre Franckh sebagai resonansi atau keterhubungan atas data-data informasi DNA tubuh manusia. Apakah kita rela bila keluarga kita, anak-anak kita, keturunan kita terjerumus atau jadi korban hubungan seks di luar nikah dengan begitu besar dampak kerusakannya secara biopsikososial ?

Secara psikologis, akan selalu timbul ketergantungan (addiction) secara emosional terhadap syahwat/hawa nafsu, lebih mirip sebuah perbudakan diri oleh syahwat/hawa nafsu. Seks di luar nikah menunjukkan pengendalian diri yang lemah terutama pengendalian terhadap dorongan syahwat/hawa nafsu. Integritas diri kalah menyerah pada syahwat/hawa nafsu. Secara hormonal juga terjadi pertentangan antara hormon dopamin dan hormon kortisol yang memicu semakin dalam ketergantungan (addiction). Ini seperti melawan diri sendiri karena tidak melakukan sesuatu karena pilihan kesadaran justru melakukan sesuatu karena dorongan impulsif yang tidak bisa dikendalikan. Timbul guilty feeling seperti dihantui perasaan bersalah dan perasaan betapa bodohnya diri orang yang melakukan seks di luar nikah. Martha Waller Phd, pakar epidemiologi menyampaikan bahwa kelompok orang yang memiliki perilaku berisiko seperti seks bebas dan minum alkohol adalah kelompok yang paling besar mengalami depresi dengan gejala-gejala seperti sulit tidur, dada terasa sesak, sulit konsentrasi, mimpi buruk,  ketergantungan, cemas, mudah curiga, sensitif, mudah marah , tidak bebas dalam mengungkapkan perasaan kesal, kesedihan, sering menangis gak jelas, pesimis, malas, berpikir akan bunuh diri dibandingkan dengan yang tidak melakukannya. 

Yang lebih merusak, seks di luar nikah menyebabkan rendahnya komitmen. Rendahnya komitmen berdampak terhadap sustainability pernikahan. Ketika komitmen rendah adalah seringkali sulit untuk bisa serius ke jenjang pernikahan. Kalaupun sudah menikah berkecenderungan untuk selingkuh dan berujung kepada perceraian. Berdasarkan National Survey of Family Growth tahun 2013 makin banyak seseorang baik pria maupun wanita melakukan hubungan seks di luar nikah sebelum menikah atau setelah menikah (lebih dari 10 kali) makin besar pula kemungkinan mereka akan bercerai (9 kali lipat resiko perceraiannya). Hubungan dengan suami/istri yang syahpun tidak akan bisa merasakan kenikmatan dan kebahagiaan. Hambar, sudah tidak ada komitmen dan rasa. Ini seperti lem perekat yang dilekatkan pada suatu benda dilepas kemudian dilekatkan lagi kepada benda lain, kemudian dilepas lagi, begitu seterusnya. Lama-lama daya rekat lem tersebut semakin melemah dan akhirnya hilang. Penelitian yang dilakukan oleh Shelby B. Scott dkk dari University of Denver, USA tentang 5 penyebab utama perceraian dalam pernikahan yang paling sering yaitu lemahnya komitmen dan perselingkungan. Baru kemudian karena kurang kedewasaan, adanya konflik pernikahan dan kondisi keuangan. 

Yang perlu kita pahami bahwa setiap tetes cairan sel sperma dan sel telur terdiri dari ribuan sel sesungguhnya mengandung esensi energi penciptaan. Sel sperma dalam air mani dan sel telur adalah dasar dari keberadaan hidup baru manusia. Cairan tersebut adalah substansi yang sangat dahsyat dan energi hidup luar biasa bila kita mampu mendayagunakannya. Ada dua tujuan utama mengeluarkan sperma yakni yang pertama pro-creation yakni seks sebagai sarana reproduksi/menghasilkan keturunan yang baik/saleh/saleha. Kedua re-creation yakni hubungan seks sebagai sarana creating kebahagiaan suami istri. Hubungan seks suami istri juga menjadi ekspresi relation yang intim antara suami istri. Orgasme dan ejakulasi adalah hal yang berbeda walaupun kejadiannya hampir bersamaan (beda sepersekian detik). Dalam tujuan seks untuk re-creation, sperma tersebut tidak dikeluarkan lewat ejakulasi namun bersamaan dengan orgasme, energi seks tersebut melalui kesadaran dinaikkan dan ditransmutasikan menjadi energi produktif ke jantung, otak dan seluruh tubuh untuk spiritualitas, kecerdasan, kesehatan, kekuatan, kesuksesan dan kehidupan yang greatness. 

Ketika satu dan lain hal, belum menikah atau belum memungkinkan bertemu dengan istri/suami, maka bisa dilakukan re-creation dengan mentransmutasikan (transmutation sexual energy) dalam karya kehidupan yang lebih produktif dapat dilakukan dengan berpuasa, olahraga, olahjiwa untuk spiritualitas, kesehatan dan kedamaian jiwa. Bisa juga transmutasi itu dengan meningkatkan produktivitas dalam bekerja, berbisnis dan aktivitas produktif lainnya serta membangun peradaban dunia yang lebih baik. Mengeluarkan sperma diluar tujuan pro-creation dan re-creation tersebut diatas seperti dengan seks di luar nikah, pornografi, masturbasi/onani adalah kebocoran energi yang sangat disayangkan dan merupakan kebodohan yang dampaknya merusak baik secara biologis, psikologis dan sosial.

Inilah makna QS 24 : 30 "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". 

Dan makna QS 24 : 31 "Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (boleh) terlihat."

Hubungan seks dengan ikatan pernikahan membuat sehat, bahagia, produktif dan bermakna, sedangkan hubungan seks di luar nikah membuat masalah, sakit dan merusak. Mengapa pernikahan bisa membuat hubungan seks memiliki perbedaan dampak yang signifikan? Pertanyaan ini memiliki pola yang sama dengan pertanyaan mengapa orang yang hidupnya seimbang dalam pola pikirnya, pola makan dan minumnya, pola aktivitasnya dan pola habitnya akan lebih bahagia dalam kehidupan? Seks sangat terkait erat dengan energi vital kehidupan yang harus dijaga kesuciannya dan kemurniannya untuk kesejahteraan kehidupan. 

Pertama, hubungan seks yang dilakukan di dalam pernikahan merupakan ekspresi cinta yang bertanggungjawab. Melakukan seks tanpa pernikahan adalah perbuatan yang tidak bertanggungjawab. Pria yang menjamah atau menyetubuhi wanita tanpa menikahi, sesungguhnya tidak mencintai. Kalau pria yang sungguh mencintai dia akan menghormati wanita dengan menjaga kehormatannya sampai pernikahan. Cinta diekspresikan secara bertanggungjawab setelah di-ikrarkan (aqad nikah) dalam pernikahan dan disaksikan orangtua, keluarga, sahabat dan masyarakat. Erich Fromm dalam risetnya tentang cinta menyampaikan bahwa ada 4 unsur cinta yakni perhatian (care), tanggungjawab (responsibility), menghormati (respect), memahami/mengerti (knowledge). Tidak ada salah satunya belum memenuhi apa yang disebut cinta. Bukti pria mencintai wanita adalah menikahinya secara bertanggungjawab. Dengan pernikahan juga maka anak terlahir dengan kejelasan ayah dan ibu kandungnya dan dalam kasih sayang keduanya. Anak tidak akan mati di aborsi atau menderita seumur hidupnya tanpa kejelasan ayah dan ibu kandungnya serta dalam kasih sayang keduanya. 

Kedua, hubungan seks yang dilakukan dengan suami istri yang syah adalah suci dan sakral. Kesucian dan kesakralan hubungan seks yang dicapai melalui pernikahan lebih membuka eksplorasi bahwa hubungan seks tidak hanya aktivitas fisik yang berpusat pada penetrasi, namun meluas ke seluruh panca indera, niat, motivasi hingga kehidupan pernikahan sehari-hari. Ikatan yang syah dalam pernikahan membuat pikiran yakin/tidak ragu-ragu dan tenang dalam melakukan hubungan seks, tidak hanya karena dorongan impulsif biologis seperti halnya binatang, namun lebih ke aktivitas ibadah yang berkesadaran dan suci. Ini adalah hubungan seks sejati. Ketika suami istri melakukan hubungan seks dengan baik, sesungguhnya sedang membuka diri hingga pada hal yang paling intim, mengalami 'penyerahan diri', berpadu menyatukan diri dan memancarkan sifat Sang Khalik yang Maha Satu/Esa dan Maha Pencipta dengan segenap cita rasa dan pesonanya. Karena itu seks yang dilakukan suami istri adalah akitivitas ibadah yang sakral dan suci. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun