Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan fisik, mental dan spiritual masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Hatimu Lelah

5 Maret 2021   14:14 Diperbarui: 18 Maret 2021   08:48 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika hati lelah karena hidup tidak berjalan sesuai yang kamu harapkan, yang perlu kita pahami bahwa tidak seorangpun yang hidupnya berjalan lancar-lancar saja. (QS 29 : 2-3) Tidak ada gunanya mengeluh, itu membuang-buang waktu. Alih-alih membuat hidup semakin baik, justru keluhan akan memperburuk keadaan, membuat kita kehilangan keberuntungan dan tidak bisa menikmati hidup. Bila hidup ini adalah suatu cerita, bukankah indah bila cerita itu tidak datar begitu saja. Lihatlah sekeliling, banyak sekali kita temukan orang-orang yang hidupnya lebih menderita dan memiliki nasib lebih buruk dari kita. Selalu ada hal yang bisa kita syukuri. Saat satu pintu pintu kebahagiaan dan kesuksesan tertutup, sejatinya ada dua pintu kebahagiaan dan kesuksesan terbuka . Kita yang memiliki dua mata dan dua telinga, mengajarkan bahwa pengamatan dan pendengaran kita sebaiknya dua kali lebih peka terhadap peluang dan kekuatan yang ada. Selalu ada harapan dan kesempatan untuk kita. (QS 94 : 5-6)

Jika hati lelah karena sakit dan kecewa, sesungguhnya semua luka yang terjadi sejatinya adalah cahaya yang akan membuat kita berkembang sebagai manusia. Ini memang sudah fitrahnya hidup. Sakit kecewa, puasa bahagia datang silih berganti. Tinggal bagaimana kekuatan dan ketegaran kita. Move on dari masa lalu dan bukan terjebak dalam penyesalan tak berkesudahan. Dari sakit dan kecewa kita akan belajar untuk lebih rendah hati, lebih smart dan lebih kuat. Prof. Angela Duckworth dalam risetnya terhadap lusinan orang berprestasi mulai dari CEO JP Morgan Jamie Dimon hingga Seattle Seahawks, Pelatih Pete Carroll menyampaikan bahwa rahasia pencapaian luar biasa bukanlah bakat dan kejeniusan, tetapi perpaduan khusus antara hasrat dan ketekunan yang disebut "grit". Dari sakit dan kecewa pula kita akan belajar untuk hidup lebih indah, bahagia dan bermakna. Jangan mempertaruhkan masa depan dengan meratapi hal yang telah berlalu. Ada saatnya sakit dan kecewa, ada saatnya sehat dan bahagia (pain end). Ini adalah fase hidup yang terus berputar silih berganti, seperti siang dan malam, hujan dan terang, terbit dan tenggelam. Bukankah siklus perubahan ini adalah nature nya alam semesta. Bila kita amati sebenarnya yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. 

Jika hati lelah mungkin kita terlalu berharap ke makhluk. Jangan berharap kepada makhluk, karena pasti kecewa. Makhluk punya keterbatasan, banyak keluhan dan tidak selalu ada untuk kita 24 jam. Hanya Allah yang bisa kita harapkan. Dengan sifatNya yg Maha Sempurna, Dia akan selalu ada untuk kita 24 jam untuk memancarkan keberlimpahan dan cintaNya. Kita makhluk yang banyak ketidaksempurnaan sudah sepatutnya berharap hanya kepada yang Maha Sempurna. Berharap kepada yang selalu standby 24 jam untuk kita. Fokus saja kepada Allah, loving God, blessing others. Apa yang hilang dari kita pasti akan kembali dalam bentuk lain. Perbuatan orang lain yang merugikan kita hakekatnya tidak akan mengurangi rizki kita sedikitpun. Pasti ada keseimbangannya.  Dan kita tidak akan sakit dan kecewa bila kita tidak mengijinkan diri kita sakit dan kecewa. Kita masih punya kebebasan memilih (fee choice) untuk tetap terpuruk dalam kekecewaan dan derita atau memilih membalas dengan kebaikan  hidup lebih baik dan bahagia (QS 1  : 1-7)

Jika hati lelah barangkali kita terlalu banyak tuntutan dan perfeksionis. Banyak sekali keputusan hidup dan mati kita tidak ditentukan oleh pemikiran kita. Kehidupan dan kematian sering terjadi begitu saja. Apa yang sudah terjadi telah menjadi takdir. Bila takdir berjalan sesuai yang kita harapkan, semuanya akan tercapai sesuai waktunya. Alam semesta tidak terburu-buru. Pertolongan Allah memang tidak selalu seperti yang kita harapkan namun selalu tepat dan tidak terlambat. Bila takdir tidak berjalan sesuai yang kita harapkan, sadari sepenuh hati bahwa tidak semua keinginan kita terwujud demi keseimbangan kehidupan itu sendiri. Apapun yang terjadi itulah yang terbaik. Berserah diri kepada Allah dan ridha atas semua ketentuan Allah. Cukup 1 % memikirkannya, setelah itu lupakan/lepaskan/jangan melekat. Sisanya 99% adalah bersyukur dengan bersukacita atas karunia yang ada. Ketika kita melepaskan, kita menerima. Ketika jiwa kita ikhlas dan bersyukur.....peace....alam semesta menyerah dan mendukung.

Referensi : 


Ibn Katsir, Ismail  (774 H) "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah (QS 1  : 1-7) (QS 29 : 2-3) (QS 94 : 5-6)

Duckworth, Angela,  Grit: The Power of Passion and Perseverance, Scribner Book Company; 1st edition (May 1, 2016) 

Muhibbuddin, Muhammad, R.M.P. Sosrokartono : Kisah Hidup dan Ajaran-Ajarannya, Solusi Buku, 2019

Wiseman, Richard, The Luck Factor, Miramax (April 2, 2003) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun