Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan fisik, mental dan spiritual masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bisnis yang Valuable, Bisnis yang Berkontribusi

8 Januari 2021   07:27 Diperbarui: 8 Januari 2021   07:30 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seluruh skenario kehidupan dilahirkan untuk berproses menjadi bernilai (valuable) (QS 3 : 191) Apapun yang tidak bernilai pada akhirnya akan jadi sampah dan mati. Hadiah terbesar yang Allah berikan kepada makhluk adalah potensi nilai. Dan hadiah terbesar yang makhluk berikan kepada Allah dan seluruh pancaran manifestasiNya adalah nilai manfaat. Inilah dasar penciptaan seluruh makhluk, termasuk manusia. Karena itu tugas utama manusia mengabdi kepada Allah dengan terus belajar, berlatih, bekerja, berbisnis dan melakukan segala aktivitas yang diperlukan untuk menjadi bernilai dan bermanfaat bagi kehidupan. Inilah yang disebut ibadah, focusing on Allah for doing whats valuable. (QS 51 : 56). 

Ketika kita bisa melakukan ini maka kebahagiaan adalah bonusnya. Tidak bisa dibalik. Orang yang hidupnya didasari keinginan mencari atau mengejar kebahagiaan, tanpa melakukan sesuatu diperlukan untuk menjadi bernilai dan bermanfaat bagi kehidupan tidak akan pernah mendapat kebahagiaan. Dan sebaliknya, orang yang hidupnya sibuk melakukan sesuatu diperlukan untuk menjadi bernilai dan bermanfaat bagi kehidupan, maka kebahagiaan adalah automatically. 

Kebanyakan pebisnis di Indonesia, terutama UKM, tidak bisa scale up dan naik level menjadi perusahaan kelas dunia karena mindsetnya bisnis hanya untuk memenuhi kebutuhan survival atau  hanya bisa jadi orang kaya dengan berbagai simbol status sosial. Sementara di negara-negara maju, mindset pebisnisnya jauh lebih tinggi. Ketika membangun bisnis, mindsetnya adalah menjadi perusahaan kelas dunia yang punya cabang di 150 negara. Bisnis adalah wadah untuk belajar, berlatih, bekerja, berbisnis dan melakukan segala aktivitas yang diperlukan untuk menjadi bernilai dan bermanfaat bagi kehidupan. 

Pada sekitar tahun 1935, terjadi wabah river blindness di  Afrika yang disebabkan cacing filaria parasit yang ditularkan oleh lalat.  Wabah ini merupakan wabah penyakit kulit tropis yang bisa menyebabkan buta. Penyakit yang menyebabkan penderitaan ini menjangkiti jutaan orang. Saat itu Perusahaan Merck berinisiatif membentuk sistem distribusi incependen untuk membawa obat-obat penyakit tersebut ke jutaan orang secara gratis. Merck bukanlah perusahaan amal, namun sumbangannya untuk umat manusia benar-benar luar biasa.

Perusahaan Merck tumbuh secara konsisten sebagai perusahaan yang membukukan laba sangat besar, mengalahkan pertumbuhan laba rata-rata pasar hingga tahun 2000. Dan sekarang Merck adalah brand internasional di hampir 200 negara di dunia. Di tahun 1950, George Merck 2d, putra pendiri, mengemukakan falsafah perusahaannya.

"Kami mencoba untuk ingat bahwa obat adalah untuk pasien...Obat bukan untuk laba. Laba mengikuti, dan bila mengingat hal itu, laba tidak pernah gagal untuk muncul. Semakin baik kita mengingatnya, laba semakin besar."

Mentalitas abundance seperti ini harus dibangun kepada para pebisnis-pebisnis Indonesia, agar tidak hanya sekedar jago kandang, namun bisa pecah mindsetnya memberikan kontribusi bagi dunia, bagi umat manusia di muka bumi ini. Bisnis bukan hanya untuk sekedar hidup atau hanya alat menumpuk kekayaan dan kesenangan tertentu (hedonism). Atau kalau tidak bangsa Indonesia ini hanya sekedar pasar konsumen, tetap jadi negara berkembang, tak pernah beranjak jadi negara maju. Dan yang membangun value dan berkontribusi adalah perusahaan-perusahaan multinasional yang memang mindset dan dedikasinya di level yang tinggi.

Referensi :

George W. Merck, "An Essential Partnership the Chemical Industry and Medicien," speech presented to the Division of Medical Chemistry, American Chemical Society, April 22, 1935

Ismail bin Katsir, (774 H) "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah (QS 3 : 191) (QS 51 : 56)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun