Oleh karena itu, tiga tokoh ini tentunya memiliki tanggungjawab moral untuk mengungkap fakta dibalik realita yang terjadi di Papua, karena sudah terlanjut memberikan pernyataan kepada publik bahwa ada aktor intelektual di balik semua rusuh Papua.
Rakyat Indonesia, terutama saya akan menunggu pengungkapan kasus ini hingga ke akar-akarnya, bukan hanya yang nampak di permukaan saja yang diungkap, tapi juga harus ke akar-akarnya.
Menurut saya, ini sangat penting diungkap hingga ke akar-akarnya karena kondisi ini bak gunung es yang suatu ketika akan muncul lagi dan meledak lagi. Apalagi, kita tahu bersama bahwa kejadian seperti ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali, tapi sudah beberapa kali ada oknum-oknum yang buat rusuh dan meminta Papua merdeka.
Selain pengungkapan kasus ini, penting kiranya pemerintah juga terus mengakampanyekan bahwa Indonesia rumah bersama, termasuk rumah bagi warga Papua.
Ajakan untuk tidak terprovokasi juga penting untuk digaungkan supaya kondisi Papua terus aman dan kondusif.
Surat cinta untuk "SAUDARAKU" di Papua
Ku panggil kau saudara karena kita dilahirkan di tanah air yang sama, tanah air Indonesia.
Ku panggil kau saudara karena kita berada di payung negara yang sama, payung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ku panggil kau saudara karena kita menghormat bendera yang sama, bendera sangsaka merah putih.
Saudaraku....
Jika kau menuntut pemerintah untuk mengadili pelaku rasisme di Surabaya, itu sudah dilakukan, bahkan oknum TNI yang diduga berucap rasis sudah diadili.